OLEH : MISBAHUDDIN
Definisi judul di atas
sudah sangat familiar dikalangan umat islam yaitu memerintahkan dalam hal
kebaikan dan mencegah hal-hal yang tidak baik. konteks kebaikan ini tentu
ditinjau dari segi sudut panjang iman dalam islam yaitu segala hal yang
diperintah allah. Begitupun yang tidak baik adalah segala hal yang dilarang
oleh allah. Ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur’an sungguh sangat banyak yang
menjelaskan tentang untuk menyeru dalam kebaikan dan mencegah dalam
kemungkaran. Ayat yang mungkin selalu dibaca oleh kalangan umat islam setiap
hari tapi tidak mengerti terhadap isi dan makna dari ayat telah dibacanya.
Sehingga aplikasi dalam keseharian tetap saja tidak ada perkembangan yang signifikan
dikarenakan tidak adanya usaha untuk memahami dan menjalani.
Seorang mahasiswa yang
telah berwawasan luas dan lebih dari pada sekedar memahami teks tentunya sudah
tercermin jiwa amar ma’ruf dan nahi munkar. Tapi yang ada saat ini dikalangan
akademisi empat kata itu hanya teraplikasikan amar ma’rufnya saja. Begitu sulit
mengimplementasikan yang namanya nahi munkar dengan alasan bahwa ada hal
kelumrahan dan kebiasaan. Suatu yang menjadi budaya dalam instansi dan lembaga
adalah keterlambatan dalam segala kegiatan baik pengajar atau peserta didik.
Dan hal ini bukan merupakan kemunkaran yang sudah jelas di depan mata. Apalagi
kemunkaran yang tidak tampak di depan mata. Tidak perlu terlalu jauh terkadang
dalam konteks persahabatan kita sering tebawa arus oleh yang namanya lingkungan
sosial. Ketika teman dekat kita tidak sholat atau melakukan maksiat yang
terjadi bukan mencegah melainkan terbawa untuk ikut-ikutan tidak sholat dan
melakukan maksiat pula. Mengapa demikian? Karena ketika kita menegur pasti teman
kita yang ditegur berprasangka sok atau sombong kepada kita. Rasa ini
mengakibatkan kita enggan menegur dan lama kelamaan terjerumus dalam lingkaran
setan hitam.
Bagaimana dengan
kalangan yang hanya bisa amar ma’ruf saja? Hal ini banyak kita jumpai dikalangan
elit kyai atau da’i panggung. Mereka semua bisa untuk menyuruh kepada hal-hal
yang baik, bisa untuk memberikan berbagai motivasi agar semua orang berlaku
sesuai norma agama. Ini perlu menjadi kajian bagi kalangan kita sebagai
mahasiswa. Apakah cukup berbicara di atas panggung dengan kondisi kerusakan
moral saat ini. Salah satu alasan dari seorang kyai bahwa ketika manusia sadar
terhadap apa yang telah dan akan dilakukan tentu akan memilih mana yang baik
pada dirinya atau orang lain. Ketika seseorang berlaku baik maka hal jelek
pasti ditinggalkan. Walaupun masih ada keburukan yang dilakukan dimungkinkan
ada ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan itu akan disadari untuk menutupi dengan
hal yang baik.
Maraknya politik di
negeri ini membuat masyarakat resah dan tidak tahu apa yang mau dilakukan.
Mahasiswa sebagai agent of social control selalu ikut bagian untuk membela
rakyat kecil. Bentuk pembelaan ini terkdang menyimpang dari konsep amar ma’ruf
nahi munkar. Walaupun niat ini begitu mulia dan bermartabat tapi cara yang
dilakukan tidak mencerminkan sebagai orang yang berintelektual, sebagai orang
yang punya spritual, dan orang yang emosional. Kalaupun para elit politik atau
para wakil kita melakukan hal menyimpang dari norma agama atau norma sosial
cara mencegahnya tidak perlu anarkis dan arogant. Masoh banyak cara yang lebih
baik untuk mencegahnya, salah satunya melalui hukum islam dengan efek
penjeraan.
Islam merupakan agama
yang selalu bisa memberikan jalan keluar. Jika dalam kehidupan kita umat islam
tidak mengerti tentang cara-cara dalam melakukan sesuatu disebabkan minimnya
pengetahuan tentang islam. Tulisan al-quran yang begitu sempurna serta dibaca
tidak membosankan sepanjang waktu terkadang hanya menjadi lantunan-lantunan indah
saja. Banyak orang islam sendiri tiidak mengerti apa yang dimaksud dari ayat
yang di dengar dari kaset, vcd, atau qori. Hal itu memang bernilai iadah, akan
tetapi kita seakan-akan malu jika kitab kita sendiri belum mengerti sepenuhnya.
Sehingga terjadilah interaksi yang kurang baik dalam kehidupan ini. Baik dalam
hal hablum minallah dan hablum minannas. Lebih-lebih bahasan penulis saat ini
mengenai amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sudah jelas banyak dalam al-quran ayat
yang menerangkan amar ma’ruf nahi munkar. Mahasiswa islam tentu tidak perlu
dituliskan panjang lebar mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan judul dalam
tulisan ini. Mereka sudah sangat lumrah dan bahkan hafal diluar kepala. Pada tingkatan
ini mereka sudah mulai menafsirkan dari ayat yang terdapat dalam alquran salah
satu ayat yang menjadi perdebatan diantaranya :
"Kamu
adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (Ali
Imran: 110)
"Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104)
"Dan
orang-orang beriman, lelaki dan wanita, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf dan
melarang dari yang munkar dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(At-Taubah: 71)
"Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran."
(Al Ashr: 1-3)
"Mereka
itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah),
yang melawat, yang ruku', yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat
munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang rnakmin
itu." (At-Taubah: 112)
"sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya, sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan
kedudukan mereka di maka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (Al Hajj: 40-41)
Ayat-ayat
itulah yang sebagian saya ambil dari Dr. Yusuf Qordowi dalam blognya masyarakat
islam. Dalam hal penafsiran saya tidak bisa memberikan penjelasan mengenai
makna yang terkandung dalam teks ayat tersebut. Karena pengetahuan yang masih sangat
dangkal seperti yang saya katakan diatas hanya bisa mendengar lantunan-lantunan
indah dari bacaaan al-quran dan tidak bisa mengerti terhadap makna yang
tersirat didalamnya. Akan tetapi inti dari pada ayat-ayat diatas bahwasanya
kita sebagai manusia utamanya umat islam harus bisa merefleksikan untuk selalu
berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari baik dengan sesama manusia atau dengan
mahluk yang lain. Karena ketika kehidupan itu sudah bisa dibilang damai,
tentram, dan baik-baik saja saya kira tidak ada lagi yang perlu disuruh-suruh
untuk berbuat baik, tidak perlu lagi ada pencegahan dalam hal kejelekan. Karena
pada dasarnya hidup ini mencari kesejahteraan.
+ komentar + 1 komentar
ajiiib (y)
Posting Komentar