AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA

Senin, 08 Desember 20141komentar

OLEH : MISBAHUDDIN

Definisi judul di atas sudah sangat familiar dikalangan umat islam yaitu memerintahkan dalam hal kebaikan dan mencegah hal-hal yang tidak baik. konteks kebaikan ini tentu ditinjau dari segi sudut panjang iman dalam islam yaitu segala hal yang diperintah allah. Begitupun yang tidak baik adalah segala hal yang dilarang oleh allah. Ayat-ayat yang terdapat dalam al-qur’an sungguh sangat banyak yang menjelaskan tentang untuk menyeru dalam kebaikan dan mencegah dalam kemungkaran. Ayat yang mungkin selalu dibaca oleh kalangan umat islam setiap hari tapi tidak mengerti terhadap isi dan makna dari ayat telah dibacanya. Sehingga aplikasi dalam keseharian tetap saja tidak ada perkembangan yang signifikan dikarenakan tidak adanya usaha untuk memahami dan menjalani.

Seorang mahasiswa yang telah berwawasan luas dan lebih dari pada sekedar memahami teks tentunya sudah tercermin jiwa amar ma’ruf dan nahi munkar. Tapi yang ada saat ini dikalangan akademisi empat kata itu hanya teraplikasikan amar ma’rufnya saja. Begitu sulit mengimplementasikan yang namanya nahi munkar dengan alasan bahwa ada hal kelumrahan dan kebiasaan. Suatu yang menjadi budaya dalam instansi dan lembaga adalah keterlambatan dalam segala kegiatan baik pengajar atau peserta didik. Dan hal ini bukan merupakan kemunkaran yang sudah jelas di depan mata. Apalagi kemunkaran yang tidak tampak di depan mata. Tidak perlu terlalu jauh terkadang dalam konteks persahabatan kita sering tebawa arus oleh yang namanya lingkungan sosial. Ketika teman dekat kita tidak sholat atau melakukan maksiat yang terjadi bukan mencegah melainkan terbawa untuk ikut-ikutan tidak sholat dan melakukan maksiat pula. Mengapa demikian? Karena ketika kita menegur pasti teman kita yang ditegur berprasangka sok atau sombong kepada kita. Rasa ini mengakibatkan kita enggan menegur dan lama kelamaan terjerumus dalam lingkaran setan hitam.

Bagaimana dengan kalangan yang hanya bisa amar ma’ruf saja? Hal ini banyak kita jumpai dikalangan elit kyai atau da’i panggung. Mereka semua bisa untuk menyuruh kepada hal-hal yang baik, bisa untuk memberikan berbagai motivasi agar semua orang berlaku sesuai norma agama. Ini perlu menjadi kajian bagi kalangan kita sebagai mahasiswa. Apakah cukup berbicara di atas panggung dengan kondisi kerusakan moral saat ini. Salah satu alasan dari seorang kyai bahwa ketika manusia sadar terhadap apa yang telah dan akan dilakukan tentu akan memilih mana yang baik pada dirinya atau orang lain. Ketika seseorang berlaku baik maka hal jelek pasti ditinggalkan. Walaupun masih ada keburukan yang dilakukan dimungkinkan ada ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan itu akan disadari untuk menutupi dengan hal yang baik.

Maraknya politik di negeri ini membuat masyarakat resah dan tidak tahu apa yang mau dilakukan. Mahasiswa sebagai agent of social control selalu ikut bagian untuk membela rakyat kecil. Bentuk pembelaan ini terkdang menyimpang dari konsep amar ma’ruf nahi munkar. Walaupun niat ini begitu mulia dan bermartabat tapi cara yang dilakukan tidak mencerminkan sebagai orang yang berintelektual, sebagai orang yang punya spritual, dan orang yang emosional. Kalaupun para elit politik atau para wakil kita melakukan hal menyimpang dari norma agama atau norma sosial cara mencegahnya tidak perlu anarkis dan arogant. Masoh banyak cara yang lebih baik untuk mencegahnya, salah satunya melalui hukum islam dengan efek penjeraan.

Islam merupakan agama yang selalu bisa memberikan jalan keluar. Jika dalam kehidupan kita umat islam tidak mengerti tentang cara-cara dalam melakukan sesuatu disebabkan minimnya pengetahuan tentang islam. Tulisan al-quran yang begitu sempurna serta dibaca tidak membosankan sepanjang waktu terkadang hanya menjadi lantunan-lantunan indah saja. Banyak orang islam sendiri tiidak mengerti apa yang dimaksud dari ayat yang di dengar dari kaset, vcd, atau qori. Hal itu memang bernilai iadah, akan tetapi kita seakan-akan malu jika kitab kita sendiri belum mengerti sepenuhnya. Sehingga terjadilah interaksi yang kurang baik dalam kehidupan ini. Baik dalam hal hablum minallah dan hablum minannas. Lebih-lebih bahasan penulis saat ini mengenai amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sudah jelas banyak dalam al-quran ayat yang menerangkan amar ma’ruf nahi munkar. Mahasiswa islam tentu tidak perlu dituliskan panjang lebar mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan judul dalam tulisan ini. Mereka sudah sangat lumrah dan bahkan hafal diluar kepala. Pada tingkatan ini mereka sudah mulai menafsirkan dari ayat yang terdapat dalam alquran salah satu ayat yang menjadi perdebatan diantaranya :

"Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imran: 110)

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104)

"Dan orang-orang beriman, lelaki dan wanita, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah: 71)

"Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran." (Al Ashr: 1-3)

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang rnakmin itu." (At-Taubah: 112)

"sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di maka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (Al Hajj: 40-41)

Ayat-ayat itulah yang sebagian saya ambil dari Dr. Yusuf Qordowi dalam blognya masyarakat islam. Dalam hal penafsiran saya tidak bisa memberikan penjelasan mengenai makna yang terkandung dalam teks ayat tersebut. Karena pengetahuan yang masih sangat dangkal seperti yang saya katakan diatas hanya bisa mendengar lantunan-lantunan indah dari bacaaan al-quran dan tidak bisa mengerti terhadap makna yang tersirat didalamnya. Akan tetapi inti dari pada ayat-ayat diatas bahwasanya kita sebagai manusia utamanya umat islam harus bisa merefleksikan untuk selalu berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari baik dengan sesama manusia atau dengan mahluk yang lain. Karena ketika kehidupan itu sudah bisa dibilang damai, tentram, dan baik-baik saja saya kira tidak ada lagi yang perlu disuruh-suruh untuk berbuat baik, tidak perlu lagi ada pencegahan dalam hal kejelekan. Karena pada dasarnya hidup ini mencari kesejahteraan.


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

4 Januari 2015 pukul 00.28

ajiiib (y)

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger