DosenPembimbing:
Anis Fuady, M.Pd
MAKALAH
DisusunOleh:
Isofa Zulfania Wilansyah (2130720076)
Nur Habibah Lisiana Mukhlis (2130720082)
Khafidoh (2130720084)
Lailatul Fadilah (2130720095)
Misbahuddin (2130720096)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM
MALANG
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Strategi Pembelajaran Matematika yang membahas “Pembelajaran Pemecahan
Masalah Matematika atau PBL”
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah memperoleh bantuan,
bimbingan, petunjuk serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat.
2.
Orang tua penulis yang telah memberi do’a dan dukungan baik moril
maupun materil yang tak terhingga kepada penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
3.
Bapak Anis Fuady, M.Pd, selaku guru pembimbing matakuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis
dalam proses belajar mengajar hingga tersusunnya makalah ini.
4.
Tidak lupa kepada kru yang bertugas menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Malang, 29 Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan
kualitas bangsa karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah
suatu kebanggaan sendiri bagi negara tersebut. Suatu negara harus dapat
mengembangkan mutu pendidikan dengan mengikuti perkembangan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar dapat bersaing dengan negara-negara
lain. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka masalah-masalah kehidupanpun
bermunculan satu persatu dan semakin kompleks. Perkembangan zaman tersebut
menuntut kita untuk berkompetisi dalam memenuhi segala kebutuhan hidup. Oleh
karena itu, untuk dapat mengatasi permasalahan kehidupan tersebut harus
didukung dengan mutu kualitas pendidikan yang baik.
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003
disebutkan bahwa:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari
Undang-undang di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia
diharapkan mampu mengarahkan peserta didik agar mampu mengembangkan potensi
dirinya.Potensi tersebut terukur dari kemampuan peserta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri dalam masyarakat, akhlak mulia
dan ketrampilan yang mampu memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.Dalam
hal ini peserta didik harus mampu memiliki kemampuan yang profesional sesuai
bidang ilmu yang dipelajarinya. Kemampuan tersebut tidak lepas dari peran
seorang dalam proses pembelajaran di sekolah. Seorang peserta didik akan
mendapatkan banyak nilai–nilai kehidupan di sekolah yang akan terbawa dan
tercermin terus dalam tindakan peserta didik di kehidupan bermasyarakat. Oleh
karena itu, seorang guru mempunyai peranan sangat besar untuk ikut membina
kepribadian siswanya. Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk tidak hanya
menekankan
aspek kognitif semata, tetapi lebih dari itu, aspek afektif dan psikomotor
siswa juga harus dikembangkan.
Keberhasilan
suatu pembelajaran bergantung dari peran guru dalam memberikan
stimulus-stimulus.Hal ini tergantung dari pemilihan metode dan model
pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru.Pemilihan model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan
kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini
disadari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode
pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa,
guru harus menggunakan metode yang tidak saja membuat proses pembelajaran
menarik, tapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreativitas dan
terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa
mengalami kesulitan salah satunya.
Model
pembelajaran yang masih monoton dimana masih didominasi oleh guru akan membuat
peserta didik merasa jenuh dan bosan sehingga tak jarang saat guru menjelaskan,
peserta didik akan bermain sendiri atau malah gaduh di kelas. Begitu juga
dengan pembelajaran Matematika. Guru harus secermat mungkin untuk mencari
metode atau model pembelajaran yang tepat karena mengingat Matematika adalah
pelajaran yang dianggap paling sulit dan paling ditakuti bagi siswa, terutama
yang berhubungan dengan soal-soal cerita.
Pembelajaran
Berbasis Masalah (problem based learning) merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar Matematika.Kemampuan
tersebut tidak hanya dibutuhkan ketika belajar Matematika atau mata pelajaran
lain, namun sangat dibutuhkan setiap manusia pada saat memecahkan suatu masalah
yang pada akhirnya membuat suatu keputusan. Kemampuan tersebut memerlukan pola
pikir yang memadai, dimana melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan
kreatif. Pola pikir seperti itu dikembangkan dan dibina dalam belajar
Matematika.
1.2 RumusanMasalah
Dari latar belakang diatas
dapat ditarik permasalahan yaitu:
1.
ApaPengertian Problem
Based Learning (PBL)?
2.
Bagaimana Langkah-langkah
(sintaks) Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Problem Based Learning?
3.
Bagaimana Implementasi
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Matematika?
4.
Bagaimana Strategi
Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika?
1.3 Tujuan
Tujuanpembuatanmakalahini adalah:
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Problem Based
Leraning (PBL).
2. Untuk Mengetahui Langkah-langkah atau (sintaks) Dalam
Pembelajaran Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL).
3. Untuk Mengetahui Implementasi Model Pembelajaran
Problem Based Learning Dalam Pelajaran Matematika.
4. Untuk Mengetahui Strategi Pemecahan Masalah Dalam
Pembelajaran Matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
ProblemBased Learning (PBL)
atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM
merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan
secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai
pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua
definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.PBL adalah
metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) merupakan
metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia
nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan
secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah
proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam
kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya
(prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin
utama dalam penerapanPBL.
Pembelajaran berbasis masalah(PBL) bermaksud
untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari
konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan
oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar siswa memahami
konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki ketrampilan
tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam
sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam
dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang
ditemukan pada kehidupan sehari-hari.
Masalah adalah suatu situasi atau
kondisi (dapat berupa issu/pertanyaan/soal) yang disadari dan memerlukan suatu
tindakan penyelesaian, serta tidak segera tersedia suatu cara untuk mengatasi
situasi itu. Pengertian tidak segera dalam hal ini adalah bahwa pada saat
situasi tersebut muncul, diperlukan suatu usaha untuk mendapatkan cara yang
dapat digunakan semestinya.
Bell (1981:310) memberikan defenisi masalah
sebagai: situasi yang dapat digolongkan sebagai masalah bagi seseorang adalah:
bahwa keadaan ini disadari, ada kemauan dan merasa perlu melakukan tindakan
untuk mengatasinya dan melakukannya, serta tidak segera dapat ditemukan cara mengatasi
situasi tersebut.
Di dalam matematika, suatu
pertanyaan atau soal akan merupakan suatu masalah apabila tidak terdapat
aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau
menyelesaikannya (Hudojo, 1988). Hal ini berarti bahwa suatu soal
matematika akan menjadi masalah apabila tidak segera ditemukan petunjuk
pemecahan masalah berdasarkan data yang terdapat dalam soal.
Sebuah pertanyaan yang
merupakan masalah bagi seseorang apabila masalah tersebut bersifat: 1. Relatif, tergantung
situasi dan kondisi seseorang yang menghadapinya, 2. Tidak dapat diselesaikan
secara langsung dengan prosedur rutin tetapi masih memungkinkan orang tersebut
untuk menyelesaikannya melalui seleksi data informasi dan organisasi konsep
yang dimilikinya, 3. Dapat dimengerti, artinya suatu pertanyaan pada bidang
tertentu akan merupakan masalah hanya bagi mereka yang mempelajari atau
berkecimpung pada bidang tersebut (Cahya, 2006: 201).
Pemecahan masalah adalah suatu proses yang
mempunyai banyak langkah yang harus ditempuh oleh seseorang dengan menggunakan
pola berfikir, mengorganisasikan pembuktian yang logik dalam mengatasi masalah.
Ciri-ciri utama Problem Based Learning adalah
meliputi:
1. Pemberian pertanyaan atau masalah.
2. Siswa secara individual maupun kelompok
dihadapkan pada masalah untukdicari pemecahannya.
3. Masalah berhubungan dengan dunia siswa. Masalah yang diberikan kepada siswa hendaknya
berkaitan erat dengankehidupan siswa sehari-hari sehingga masalah tersebut
tidak asing bagisiswa, karena hal ini akan memotivasi siswa untuk mencoba
mencaripemecahannya.
4. Memberikan siswa tanggung jawab utama untuk
membentuk dan mengarahkanpembelajarannya sendiri.
5. Menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam
pembelajaran.
6. Menuntut siswa untuk menampilkan hasil dari
setiap penyelesaian masalahyang ditemukan.
v
Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Wee dan Kek dalam Amir (2010:32) mengemukakan beberapa
keunggulanmodel pembelajaran Problem Based Learning, sebagai berikut:
1. Punya keaslian seperti di dunia kerja.
2. Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan
sebelumnya. Masalahyang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman pebelajar
ataspengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Jadi, sementara
pengetahuanpengetahuanbaru didapat, ia bisa melihat kaitannya dengan bahan
yangtelah ditemukan dan dipahaminya sebelumnya.
3. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif.
Metakognitifartinya mencoba berefleksi seperti apa pemikiran kita atas satu
hal. Pebelajar menjalankan proses Problem Based Learning sembari mengujipemikirannya,
mempertanyakannya, mengkritis gagasannya sendiri,sekaligus mengeksplor hal yang
baru.
4. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
Dengan rancanganmasalah yang menarik dan menantang, pebelajar akan tergugah
untukbelajar. Bila relevansinya tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya
pebelajar akan terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untukmenyelesaikan
masalahnya. Diharapkan, pebelajar yang tadinya tergolongpasif bisa tertarik
untuk aktif.
v
Kelemahan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Disamping kelebihan, Problem Based Learning juga
memilikikelemahan di antaranya:
1. Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaanbahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akanmerasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan model pembelajaran ini membutuhkan cukup
waktu untukpersiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalahyang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang merekaingin pelajari.
2.2 Langkah–langkah Dalam
Proses Pembelajaran PBL
Tabel sintaks untuk Pembelajaran Berbasis
Masalah
Tahap
|
Kegiatan
|
Tingkah
Laku Guru
|
1
|
Mengorientasikan
siswa kepada masalah
|
Guru
menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, memotivasi siswa agar terlibat dalam
kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
|
2
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah itu.
|
3
|
Membantu
penyelidikan mandiri maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, mencari penjelasan dan solusi.
|
4
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai
seperti laporan, rekaman video, dan model serta membantu mereka berbagi karya
mereka.
|
5
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atas penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
|
Menurut
Polya (Syaban:2009), ada empat langkah dalam menyelesaikanmasalah yaitu:
·
Memahami Masalah
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang diketahui,apa
yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yangharus
dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebihoperasional
(dapat dipecahkan).
·
Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari
ataumengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripandengan
sifat yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusunprosedur
penyelesaian.
·
Melaksanakan rencana
Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuatpada
langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian
·
Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi
apakahprosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah
adaprosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapatdigunakan
untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah prosedur dapatdibuat
generalisasinya.
2.3 Implementasi
Model Pembelajaran Problem Based Learning DalamPembelajaran Matematika
Pelaksanaan
model pembelajaran Problem Based Learning meliputikegiatan, yaitu:
Tahap – 1: Mengorientasi siswa pada masalah
Pada
kegiatan ini guru memulai pelajaran dengan memberikan salampembuka,
mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasisiswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menjelaskan model pembelajaranyang akan dijalani. Pada
kegiatan ini guru mengajukan permasalahan yangberkaitan dengan kehidupan
sehari–hari sesuai dengan materi yang diajarkan misalkan materi tentang
persamaan kuadrat, melalui pemberian Lembar Kegiatan Siswa.Selain itu gurujuga
meminta siswa untuk mempelajari masalah tersebut dan menyelesaikannyasecara
berkelompok.
Contoh permasalahan:
·
Umur Nisa 4 tahun lebih tua dari Maulana. Jumlah
kuadrat umur mereka adalah136.
a. Bagaimanakah bentuk persamaan yang terjadi?
b. Tentukanlah berapa umur mereka
masing-masing!
Tahap -2: Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Dalam tahap
ini, pertama guru meminta siswa untuk berkelompok sesuaidengan kelompoknya
masing-masing.Pembagian kelompok dapat dilakukanberdasarkan kesepakatan bersama
antar siswa dan guru.Membimbing siswa untukaktif dalam pembelajaran,
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungandengan masalah tersebut.
Tahap -3: Membantu siswa memecahkan masalah
Pada tahap
ini, siswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah secarabebas dalam
kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa mengumpulkan datadan melaksanakan
eksperimen aktual hingga mereka benar-benar mengertidimensi situasi
permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa mampumengumpulkan informasi yang
cukup yang diperlukan untuk mengembangkandan menyusun ide-ide mereka
sendiri.Untuk itu guru harus lebih banyak tahutentang masalah yang diajukan
agar mampu membimbing siswa dan memecahkanmasalah.
Ø
Langkah -1: Memahami Masalah
Mengarahkan
siswa mengamati soal dan mengerti apa yang diminta dalamsoal. Siswa berdiskusi
dengan pasangannya bagaimana cara menyelesaikanpermasalahan yaitu dengan cara:
§ Menuliskan apa yang diketahui dalam soal.
§ Menuliskan apa yang ditanya dalam soal.
Contoh:
§ Diketahui: Umur Nisa 4 tahun lebih tua dari
umur Maulana
§ Jumlah kuadrat umur mereka = 136
§ Ditanya:
a. Bentuk persamaan
b. Umur Nisa dan Maulana
Ø
Langkah -2: Merencanakan penyelesaiannya
Strategi yang digunakan menggunakan kalimat terbuka
§
Setiap kelompok mengilustrasikan masalah yang ada pada
contoh tersebut.
§
Siswa menentukan variabel yang dapat digunakan untuk
menyelesaikanmasalah ke model matematika.
§
Kemudian membuat masalah ke dalam model matematika.
Misalkan:
umur Maulana = x dan umur Nisa = y
Sehingga model matematikanya y = 4 + x
Ø
Langkah -3: melaksanakan masalah sesuai rencana
§
Mengarahkan siswa dalam menetapkan konsep yang telah
dipelajari untuk menyelesaikan masalah berdasarkan model
matematika.
§
Melakukan penyelesaian masalah.
Misalnya:
Jumlah kuadrat = y2 + x2
= 136
(4 + x)2 + x² = 136
16 + 8x + x2 + x2 =
136
2x2 + 8x – 120 = 0
x2 + 4x – 60 = 0
Bentuk persamaan yang terjadi adalah x2
+ 4x – 60 = 0
Untuk mengetahui umur Maulana dan Nisa,
terlebih dahulu diselesaikanpersamaan x2 + 4x – 60 = 0, dengan cara
memfaktorkan:
x2 + 4x – 60 = 0
(x – 6)(x + 10) = 0
x– 6 = 0 atau x + 10 = 0
x = 6 atau x = -10 (Tidak Memenuhi)
sehingga diperoleh umur :
Maulana = x = 6 tahun
Nisa = y = 4 + x
= 4 + 6 = 10 tahun
Ø
Langkah -4: melakukan pengecekan kembali terhadap
semua langkah yangdikerjakan
Dengan melihat kembali dari langkah 1 sampai 3, maka pemecahan
masalahdisimpulkan guru apakah semua langkahnya sudah benar.
Memasukkan nilai x = 6 dan nilai y = 10 ke persamaan
y2
+ x2 = 136
10² + 6² =
136
100 + 36 =
136
136 = 136 (benar)
Sehingga
dapat disimpulkan semua langkah dan jawabannya sudah benar.
Tahap-4: Mengembangkan dan menyajikan hasil
pemecahan masalah
Pada tahap
ini guru memilih secara acak kelompok yang mendapat tugasuntuk mempresentasikan
hasil diskusinya, serta memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi dan membantu siswa mengalami kesulitan.Kegiatan ini berguna untuk
mengetahui hasil sementara pemahaman danpenyusunan siswa terhadap materi yang
disajikan.
Tahap -5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Pada tahap
ini guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasiproses pemecahan masalah
yang telah mereka kerjakan. Sementara itu siswamenyusun kembali hasil pemikiran
dan kegiatan yang dilampaui pada tahappenyelesaian masalah.
2.4 Strategi
Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika
Pemecahan masalah
adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu
seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Made Wena, 2011:60).
Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah, Polya (dalam Sudarmin Usman,
2007:343) mendefinisikan Pemecahan Masalah sebagai usaha mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat
dicapai.
Suatu strategi yang
dijadikan dasar untuk proses pemecahan masalah tersebut adalah model empat
tahap yang di usulkan oleh George Polya. Secara operasional tahap-tahap
pemecahan masalah tersebut yaitu:
a.
Memahami masalah
b. Membuat rencana
penyelesaian
c. Melaksanakan rencana
penyelesaian
d. Memeriksa kembali, mengecek
hasilnya (Kremes dkk dalam Made Wena, 2011:60)
Menurut johnson dan
Rising (dalam Sudarmin Usman, 2007:345 ) terdapat beberapa alasan sehingga
pemecahan masalah menjadi suatu kegiatan belajar yang paling signifikan dalam
setiap pembelajaran matematika. Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk
belajar suatu konsep baru, pemecahan masalah adalah suatu cara yang paling
tepat untuk memprakekkan keterampilan komputasional, melaui pemecahan masalah
belajar mentransfer konsep dan keterampilan yang dimiliki kesituasi baru.
Pemecahan masalah dapat meransang rasa keingintahuan intelektual, dan melalui
pemecahan masalah di peroleh pengetahuan baru.
Strategi pemecahan masalah dapat diterapkan manakala:
1. Guru mengharapkan agar siswa tidak hanya sekedar
dapat mengingat materi pelajaran, tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
2. Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berfikir rasional siswa.
3. Guru menginginkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4. Guru ingin mendorong siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajarnya.
5. Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara
apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam strategi pemecahan masalah:
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang
mengandung konflik.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang familiar
dengan siswa, sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik.
3. Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga
terasa bermanfaat.
4. Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sesuai dengan kurikulum,
5. Bahan yang dipilih
sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
mempelajarinya.
Menurut Reys (dalam Nyimas Aisyah, dkk, 2007:11) disebutkan beberapa macam strategi
pemecahan masalah yaitu:
a. Beraksi (Act It Out)
Strategi ini menuntut untuk melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat
hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian saksi
fisik atau manipulasi objek. Penggunaan manipulasi objek agar hubungan antar
komponen dalam permasalahan menjadi jelas.
b. Membuat gambar atau diagram
Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan
masalah dan memperjelas hubungan yang ada. Untuk membuat gambar atau diagram
ini, tidak perlu membuatnya detail tetapi cukup yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada.
c. Mencari pola
Pada prinsipnya, strategi mencari pola ini sudah dikenal sejak di Sekolah
Dasar.Untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa sering kali diminta untuk
membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan
dengan permasalahan yang ada.
d. Membuat table
Strategi ini membantu mempermudah siswa untuk
melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang. Dengan kata lain strategi
ini sangat membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun informasi atau data
dalam jumlah besar.
e. Menghitung semua kemungkinan secara sistematis
Strategi ini sering digunakan bersama-sama dengan strategi mencari pola dan
membuat tabel, karena kadang kala tidak mungkin untuk mengidentifikasi seluruh
kemungkinan himpunan penyelesaian.Dalam kondisi demikian, dapat menyederhakan
dengan mengkategorikan semua kemungkinan kedalam beberapa bagian.Namun, jika
memungkinkan kadang-kadang perlu mengecek atau menghitung semua kemungkinan
jawaban.
f. Menebak dan menguji
Strategi menebak yang terdidik ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan
dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman
sebelumnya.Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenaranya serta diikuti oleh
sejumlah alasan yang logis.
g. Bekerja mundur
Strategi ini sangat cocok untuk menjawab
permasalahan yang menyajikan kondisi atau hasil akhir dan menayakan sesuatu
yang terjadi sebelumnya.
h. Mengidentifikasi informasi yang didinginkan,
diberikan, dan diperlukan.
Strategi ini membantu menyortir informasi dan memberi pengalaman
dalam merumuskan pengalaman. Dalam hal ini perlu menentukan permasalahan yang
akan dijawab, menyortir informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan
memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.
i.
Menggunakan kalimat terbuka
Strategi ini dapat melihat hubungan antara
informasi yang diberikan dan yang dicari.Untuk menyederhanakan permasalahan,
dapat menggunkan variabel-veriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal.
j.
Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa
Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan
dengan cara menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana.
k. Mengubah pandangan
Strategi ini dapat digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba
tanpa ada hasilnya.
Jika diperhatikan
secara seksama antara strategi satu dengan yang lainya adalah selalu berkaitan
dan berhubungan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika.Bahkan dalam
satu soal pemecahan masalah matematika dapa menggunakan lebih dari satu
strategi.Untuk memilih strategi manakah yang paling tepat digunakan untuk
memecahkan suatu permasalahan, diperlukan suatu keterampilan dan
langkah-langkah secara rinci.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaranpemecahanmasalahmatematikamerupakan metode pembelajaran yangmendorong siswa untuk mencari
penyelesaian masalah-masalah dalam matematika. Pembelajaran berbasis masalah
(PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa
untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar
siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalahantara lain:Memahami masalah, membuat rencana
penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, memeriksa kembali,
mengecek hasilnya. Pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi
pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Selainitu, dengan menggunakan pendekatan PBL siswa tidak hanya sekedar menerima
informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan
fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh
proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari.
3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca
khususnya pendidik atau calon pendidik bisa memahami secara dalam dan luas
tentang pembelajaranpemecahanmasalahmatematikasehinggametodepembelajaraninidapatdijadikanreferensidalampelaksanaanpembelajaranmatematika.
DAFTAR PUSTAKA
Amir,
M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Duch,
J.B. 1995. What is Problem Based Learning? (online). Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html.
(diakses 1 Mei 2015)
Mumun,Syaban.(2009). Menumbuh
Kembangkan Daya Matematis.(online)
Tersediahttp://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content&task=vi
(diakses 1 Mei 2015).
Polya,
G. 1973. How to Solve it. New
Jersey: Princeton Univercity Press.
Suradijono, SHR. 2004. Problem Based Learning: Makalah Seminar
Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran : Pendekatan Problem Based Learning
Berbasis ICT (Information and Communication Technology), 15/5/2004: Yogyakarta.
UU.SISDIKNAS
no. 20 tahun 2003. 2009. tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Zulkarnaini, 2011.Strategipembelajaranmatematikakontemporer.
Jakarta: JICA
Bell. 1981. Teaching and Learning Mathematichs. Dubuque
Lowo: Win.C. Broom Company Publisher.
Cahya, Antonius. 2006. Pemahaman Dan
Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hudojo,
Herman. 1977. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Dirjen
Dikti PPLPTK.
+ komentar + 2 komentar
Bayar Pakai Dengan Pulsa AXIS XL TELKOMSEL
Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vit
Capsa Susun, Bandar Poker,QQ Online, Adu Q, dan Bandar Q
Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
Sabung Ayam S1288, CF88, SV388, Sportsbook, Casino Online,
Togel Online, Bola Tangkas Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO GOPAY
Whatsapp : 0812-222-2996
POKERVITA
👍
Posting Komentar