Hidup
rukun memang tidak mudah didapat, jika tidak mampu mengontrol diri. Untuk mampu
mengontrol diri maka diperlukan latihan membiasakan diri dengan terus berpikir
yang baik. Karena terkadang permasalahan muncul dari sebuah tingkah dan ucapan
yang kerap kali tidak terkontrol dengan baik. Misalkan seperti emosi, amarah,
dan prasangka buruk.
Mengapa
kerukunan menjadi sangat penting? Karena kerukunanlah yang menjadikan manusia
damai, tentram dan tidak ada prasangka negatif. Kerukunan dimulai dari sikap
diantara pribadi dalam membangun keluarga. Antara suami dan istri, orang tua
dengan anak, lebih dari itu dapat rukun dengan tetangga sebelah kanan dan kiri.
Lalu kemudian berkembang pada toleransi kepada sesama manusia dimanapun ia
tinggal.
Tidak
ada manusia yang sempurna, maka di sinilah manusia dituntut untuk terus
belajar, membiasakan yang baik, berikhtiar secara istiqomah untuk terus berbuat
baik. Ketika pikiran manusia masih ingin untuk berbuat baik, masih ingin untuk
berubah lebih baik, maka jalan menuju kebaikan pasti terbuka lebar. Namun sebaliknya,
jika sudah tidak ada keinginan untuk menjadi baik, sudah tutup mata dan telinga
untuk mendengarkan hal-hal baik. Maka bisa jadi harapannya telah pupus.
Kerukunan
lahir dari sebuah kesadaran pribadi, atas apa yang ia pahami sebagai manusia. Ia
berbuat baik bukan karena seagama yang ia anut, bukan karena kepentingan
separtai politik atau dalam satu dukungan pemimpin, bukan karena
kepentingan-kepentingan apapun. Tapi apa yang ia lakukan atas dasar
kemanusiaan. Atas dasar tenggang rasa terhadap sesama. Atas dasar keyakinan atas
maha kasih dan sayangnya Tuhan yang sungguh lebih besar dari apa yang ia telah
perbuat.
Beberapa
cerminan kerukunan diantaranya, tidak pelitnya orang kaya untuk membantu
manusia yang lain yang sedang kekurangan, yang sedang ada musibah dan ujian
hidup, serta ia tidak memilih kepada siapa harus dekat. Yang kedua tidak pilah
pilihnya seorang pemimpin, ia tidak dekat hanya kepada ustadz dan kyai saja
semata, ia tidak dekat pada saudagar-saudagar kaya saja, melainkan tanpa
pandang bulu semua ia dekati. Begitupun yang ketiga adalah seorang yang ‘alim
dan berilmu, atau seorang ulama dan tokoh, ia tidak dekat pada
pemimpin-pemimpin saja, ia terbuka pada semuanya, mampu mengayomi umat tanpa melihat
stasus sosial masyarakat.
Menjadi
penting bagi kita semua, untuk berusaha hidup rukun. Setidaknya sesama anggota
keluarga. Kita boleh menjadi apapun di tempat kita bekerja, kita boleh menjadi
apapun di tempat kita menuntut ilmu, kita boleh menjadi apapun di tempat
perantauan di luar tanah kelahiran. Tapi tetap menjadi pilar pendidikan
keluarga. Tetap menjadi pengayom terbentuknya keluarga yang selalu dalam kasih
sayang. Selalu dalam tegur sapa kebaikan. Selalu dalam ingat mengingatkan pada
hal yang baik. Pada jalan ridho Allah Swt dan Syafaat Rosulullah Saw.
Semoga
kita semua mampu berusaha untuk mewujudkan hidup rukun. Semoga Allah Swt
meguhkan hati kita, memberikan pandangan positif untuk berprasangka baik,
memberikan jalan mudah untuk terus hadir dalam majelis ilmu. Sehingga dapat
menambah wawasan pemahaman agama, kemanusiaan, dan lebih-lebih dapat
mengamalkan sedikit demi sedikit ilmu yang kita dapatakan. Waallahu ‘alam
bisshowab.
Denpasar,
7 Oktober 2018
Posting Komentar