Oleh: Misbahuddin
Doa yang biasa disingkat dengan
kata SAMAWA bukanlah kata singkatan biasa. Maknanya sangat dalam dan
implementasinya sangat menantang. Kata singkatan inilah yang sering diucapkan
kepada pasangan pengantin baru. Termasuk saya dan istri yang kemarin baru
berikrar sebagai pasangan suami istri. Begitu banyak kami mendapatkan ucapan
yang mengandung doa untuk menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah itu. Dari hati
yang paling dalam, kami berdua mengucapkan ribuan terimakasih, hanya Allah yang
mampu membalas doa-doa dari kalian, keluarga, saudara, teman, dan kerabat.
Untuk mendapatkan keluarga yang
SAMAWA tentu agama yang menjadi peran utama. Karena di dalam Agama yang
terdapat ketentuan-ketentuan Tuhan untuk membimbing dan mengarahkan manusia
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Di dalam Islam, membangun keluarga sudah
diatur sedemikian rapi, teratur, dan bijaksana. Allah SWT memberi petunjuk
melalui Quran-Nya dan Rosulullah memberi risalah melalui Haditsnya untuk
dipahami dengan baik dan benar, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam pandangan Al-Quran
sebagaimana pemahaman saya, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk
menciptakan keluarga Sakinah, Mawaddah Warahmah antara pasangan suami istri
bersama anak-anak dan keturunannya. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran
surat Ar-Rum ayat 21, yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya
diantaramu Mawaddah dan Rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
Sejauh yang saya pahami dari
potongan ayat yang kemudian disingkat menjadi SAMAWA diantaranya sebagai
berikut:
1. Sakinah memiliki arti Ketentraman atau Ketenangan
Tentu ketentraman dan ketenangan
dapat diraih jika kedua mempelai dan mendahulukan sifat saling memahami,
mengerti dan saling mengisi kekurangannya. Suami akan tenang ketika apa yang ia
inginkan dari istrinya tercapai. Begitupun istri akan tenang ketika apa yang ia
inginkan dari sang suami terpenuhi. Keduanya saling terpenuhi hak dan
kewajibannya. Jika salah satu tidak pernuhi maka ketimpangan akan terasa
sehingga kemudian timbul ketidaksesuaian pada harapan. Dan kemudian pasangan
suami istri menjadi kurang tenang.
Doa dari pada undangan tentunya
hanya sekian persen sebagai faktor eksternal atas terwujudnya keluarga yang
tentram dan tenang. Yang menjadi pondasi dasar adalah ikhtiar dari kedua
mempelai. Mereka yang menjalani kehidupannya. Mereka yang hidup bersama. Dan mereka
yang tahu dengan masalah dan solusi penyelesaiannya. Maka doa dan usaha mereka
berdua, antara suami dan istri yang menjadi faktor penting terbangunnya
keluarga yang memberi ketenangan.
Sakinah terlihat dari raut
wajah yang murah senyum, hati yang lapang dada, budi bahasa yang santun dan
halus. Maka untuk mewujudkannya itu tentu atas dasar saling memahami dan
mengerti. Saling akur, saling menghormati. Semoga doa dari teman-teman
sekalian, diterima oleh Allah sebagai nilai tambah dari usaha dan doa kita
berdua.
2. Mawaddah Mengandung Arti Rasa Cinta
Kalau meminjam kata-kata dari
sujiwo tejo, “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana
menikahi siapa saja, tapi tidak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. Dari
kata-kata ini cinta itu lahir dari keadaan yang berbeda, ada cinta yang lahir
sebelum menikah, ada yang lahir setelah menikah. Sehingga muncul pernikahan
karena mereka saling mencintai, ada yang lahir pernikahan karena perjodohoan.
Dalam hal ini, yang menjadi
pondasi penting adalah mencintai. Dari faktor apapun itu kita menikah, yang
terpenting setelah kita terjalin dalam hubungan pernikahan maka bangunlah cinta
diantara keduanya. Baik pernikahan dari hasil saling kenal dan saling mencintai,
atau pernikahan hasil perjodohan maka yang terpenting setelah dinyatakan sah
sebagai suami istri ia dapat membangun cintanya. Apa yang ia pilih sebagai
istri, dan apa yang ia pilih sebagai suami, ia adalah titipan Tuhan yang
terbaik.
Semoga adinda yang Tuhan
ciptakan sebagai takdir Cintaku, dapat tetap kokoh dan berjodoh sampai kita
berdua disidang Tuhan kelak. Semoga adanya cinta yang kita miliki ini
menjadikan kita semakin cinta pada yang menciptakan kita, yakni pada Allah SWT,
pada kedua orang tua kita, pada kemanusiaan yang selalu hidup bersama kita.
Rasa cinta juga hadir atas
pemahaman yang saling menyatu. Segala sifat yang kurang dari sang suami
diterima dengan lapang dada oleh sang istri. Dan segala sifat yang kurang dari
sang istri dapat diterima dengan lapang dada oleh sang suami. Keduanya saling
menerima kelemahannya sebagai sebuah pelajaran untuk bersama-sama berikhtiar
menjadi lebih baik.
3. Rahmah Mengandung Arti Rasa Sayang
Rasa sayang tidak
terdefinisikan dengan kata-kata indah, karena implementasinya bisa lebih indah
dari apa yang kita tulis. Kita bisa saja berkata sayang kepada siapapun, tapi
yang merasa disayangilah yang mengerti kalau kita benar-benar sayang. Banyak sekali
kata sayang bertebaran, entah dari seorang laki-laki atau dari seorang
perempuan. Tapi sangat sedikit yang tampak bukti yang sebenarnya dari apa yang
ia katakan. Maka rasa sayang dari pasangan suami istri itu, bukan yang tampak
foto romantisnya, bukan yang tampak story-story di sosial medianya. Tapi dari
sikap, sifat dan pengorbanan setiap waktunya.
Maka sudah sangat lengkap
ketiganya saya bahas satu persatu, sejauh pengalaman dari apa yang saya lihat, dari
apa yang saya amati dan dari apa yang saya alami sendiri. Bahwa sakinah
mawaddah warohmah itu tidak datang begitu saja, tetapi banyak syarat dan
tantangan yang perlu diperjuangkan. Tidak cukup berdoa saja, tetapi harus
diiringi dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Ikhtiar bisa dilakukan dengan
terus saling membuka hati untuk saling belajar satu sama lain. Menjadikan keluarga
ibarat sekolah, menjadi keluarga ibarat lembaga pendidikan.
Melalui tulisan ini, semoga
saya dan istri dapat terus saling belajar untuk terus membangun keluarga yang
sakinah, mawaddah warahmah. Semoga ikhitiar kita semakin giat dan
sungguh-sungguh. Semoga saya dapat dapat menjadi imam yang baik, menuntun istri
ke jalan yang sesuai dengan kita suci Allah, dan hadis Rosulullah. Dan semoga
istri tercinta Indana Zulfa dapat menjadi istri yang bermakmum pada suami dari
segala ajakan yang baik. Dan dapat menolak ajakan suami dari segala yang jelek.
Semoga kita berdua dapat melewati bait-bait masalah dengan penyelesaian yang
tulus. Wallahu a’lam bish showab.
Tulisan Jumat untukmu
Denpasar, Jumat 21 September
2018
Posting Komentar