Oleh: Misbahuddin
Sungguh menarik ketika saya mengajar anak-anak SMA Terbuka Kepanjen di Pakis, Kab. Malang. Betapa tidak, sistem pembelajaran yang memadukan media tradisional yang juga tidak mau ketinggalan dengan media modern.
Saya menyebutnya media tradisional karena papan tulisnya masih blackboard yang ditulis dengan kapur tulis. Di kampung saya pun di Pamekasan baik sekolah pagi maupun madrasah diniyah sore sudah tidak lagi menggunakan blackboard dan kapur tulis.
Apalagi yang saya temui di kota, baik di kota pamekasan maupun di Kota Malang. Secara kasat mata alasan yang dapat diketahui dari tidak digunakannya blackboard dan kapur tulis. Pertama, kurangnya tingkat kejelasan tulisan. Kedua, cepat banget kotor. Ketiga, kapur tulis hanya sekali pakai. Keempat, debu kapur tulisnya bisa-bisa mengganggu pernafasan.
Itulah sebagian yang saya alami dari penggunaan blackboard dan kapur tulis. Secara penggunaan lebih nyaman dan hemat whiteboard dan spidol. Tulisan pun lebih terang. Bisa diisi ulang. Setiap guru juga bisa mempersiapkan spidol berwarni warni untuk kreatifitas mengajar.
Problemnya, mampukah sekolah untuk papan tulis baru dengan menggunakan spidol. Sepertinya tidak semua lembaga mau dan mampu.
Balckboard dan kapur tulis tersebut ternyata tidak membuat siswa kelas XI dan XII SMA Terbuka merasa malas belajar. Karena ada media modern yang dapat membangkitkan semangat belajar mereka. Media apa itu? Apalagi kalau bukan tabloit.
Para siswa sudah menggunakan tabloit sebagai media pembelajaran. Tabloit ini dipinjamkan sekolah selama tiga tahun. Terlihat asyik dan menggembirakan ketika siswa menggunakan tabloit ini.
Materi dan soal-soal sudah disajikan secara online dari sekolah pusat. Tugas-tugas pun dikumpulkan secara online. Secara tidak langsung setiap siswa mampu mengoprasikan media online ini.
Di kota pun fasilitas seperti ini belum saya temui. Apalagi di kampung tempat saya lahir. Siswa yang kesehariannya disibukkan kerja, dengan adanya tabloit ini sangat terbantu untuk bisa belajar otodidak dari setiap materi pembelajaran.
Bagaimanapun juga, kecanggihan teknologi semacam ini juga banyak negatifnya. Tergantung kecerdasan siswa dalam memanfaatkan. Jika ia merasa alat ini untuk pengembangan keilmuan maka ia akan menggunakannya dengan bijak. Dengan searching hal-hal positif. Hal-hal keilmuan dan pengetahuan. Namun, jika siswa tidak bisa menggunakan dengan baik. Maka ia akan terjerumus pada hal-hal negatif.
Keberadaan blackboard dan kapur tulis, dan juga tabloit inilah yang menjadikan ide saya untuk menulis "tradisional tapi modern".
Wallahu a'lam
Malang, 25 September 2017
Posting Komentar