Oleh: Misbahuddin
Hari ini Ahad 24 September 2017 Masjid Baiturrohman mengadakan kultum dan dzikir bersama yang dikemas dengan menikmati sarapan bareng. Jamaah yang ikut serta terdiri dari komplek perumahan graha joyo family dan perumahan sebelahnya.
Acara ini dilaksanakan setiap hari Ahad pagi sehabis sholat subuh berjamaah edisi minggu terakhir setiap bulan. Tujuan dan maksud diadakan kegiatan ini, sebagaimana yang ustadz Sudirman sampaikan "untuk mempererat kekerabatan dan kekeluargaan".
Pembahasan yang diangkat ustadz yang menjabat sebagai ketua takmir dan sekaligus ketua RT 07 terdiri dari dua tema. Yang pertama terkait "fadhilah mandi di hari Jumat" dan yang kedua "menjaga sholat".
Saya lebih tertarik pada pembahasan tema yang kedua. Ustadz menceritakan sebuah kisah dari salah kaum Bani Isroil yang mengadu kepada Nabiyullah Musa Alaihissalam.
Dalam cerita itu, ada seorang perempuan datang dengan penuh penyesalan dan menangis di hadapan Nabi Musa. Perempuan itu berkata "Wahai Nabiyullah Musa, begitu hina diriku, begitu biadab diriku, dengan kesalahanku ini". Musa pun merespon "ada apa denganmu, wahai perempuan muda". Sang perempuan tersebut kembali menangis sambil berkata "aku telah berzina, kemudian aku hamil dan aku membunuh anakku".
Dengan nada marah Musa pun berkata "keluarlah kamu, pergilah dari sini, kamu sungguh tidak manusiawi dan telah melakukan pelanggaran yang sangat besar". Perempuan itu pun keluar dengan penuh penyesalan.
Akhirnya, datanglah malaikat Jibril menemui Nabi Musa. "Hai Musa, saya ingin menyampaikan pesan Allah kepadamu, taukah kamu, pelanggaran apa yang lebih besar dari pada perempuan yang datang kepadamu itu". Mengapa kamu mengusirnya, padahal ia masih ingin bertaubat.
Musa pun menjawab atas pertanyaan Jibril. "Saya sungguh tidak tahu wahai Jibril, maafkanlah saya". Jibril pun menyampaikan pesan yang Allah kirimkan kepada Musa. "Wahai Musa, sesungguhnya pelanggaran yang lebih besar dari pada si perempuan itu adalah orang yang dengan sengaja meninggalkan sholat, kenapa kamu tidak memberikan ia kesempatan untuk bertaubat".
Kisah ini sebenarnya disampaikan dalam bahasa Arab yang diambil dari sebuah kitab (saya lupa nama kitabnya). Saya menulisnya dengan bahasa yang saya fahami, jika kemudian ada ketidaksamaan maksud, mohon dimaklumi dan dimaafkan.
Kita tentu akan tahu, betapa sholat menjadi kunci kehidupan. Betapa sholat menjadi tiang agama. Betapa sholat menajdi tolok ukur perilaku kita. Tapi, sudahkah kita (terutama saya sendiri) menjaga sholat. Dari waktunya, dari kekhusuannya, dan dari implementasinya dalam kehidupan.
Semoga tulisan singkat ini, memberikan ibroh dan hikmah kepada kita semua.
Wallahu a'lam
Malang, 24 September 2017
Posting Komentar