Pagi adalah
awal hari, saat fajar mulai menunjukkan kemerahannya, disusul mentari,
kicauan burung dan kokokan ayam jantan. Udara pagi hari seberapapun kotornya
nanti, adalah kondisi paling ideal untuk dihirup seluruh makhluq hidup termasuk
kita. Saat itu pula badan kita telah kembali segar dan bergairah, setelah beberapa jam kita terlelap dan kita
biarkan sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya.
Saat itulah kuncup-kuncup bunga kembali bermekaran,
setelah semalaman ia menguncupkan dirinya. Saat itulah bayi-bayi membuka
matanya, tersenyum menebarkan kebahagiaan bagi setiap orang yang menatapnya.
Saat itulah Malaikat mendoakan keberkahan bagi orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itulah
pagi hari. Maka sebaik-baik aktivitas yang baik idealnya kita mulai saat pagi.
Di sebuah perumahan tempat saya tinggal terdapat
tong-tong sampah di setiap rumah warga. Tong sampah itu beranika ragam isinya.
Sampah plastik, dedaunan, kertas dan jenis-jenis yang lain. Dalam waktu dua
kali seminggu sang tukang pindah sampah mengumpulkan ke dalam gerobak untuk
dibuang ke tempat pembuangan. Sambil memenuhi tugasnya sebagai pekerja tukang
angkut sampah ia mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dijual ke rongsokan.
Selain mendapatkan gaji dari pemerintah ia pun punya pengahsilan tambahan.
Lain halnya dengan pemulung yang rutin setiap pagi
mengambil sampah-sampah yang bisa dijual lagi. Ia hanya mencari dari antar tong
sampah dan memilahnya untuk dimasukkan ke dalam karung yang ia bawa. Setiap
pagi ia tak pernah absent untuk
memilah dan memilih sampah yang menurut ia masih bisa dijual. Ia patut diacungi
jempol dari pada pengamen yang kadang mengganggu orang, lebih lagi dari seorang
pengemis.
Ia punya semangat kerja, dan membantu warga mengurangi
beban sampah di tongnya. Ia punya keuletan dan semangat tinggi untuk mengais
rejeki tanpa harus meminta-minta apalagi mengemis. Bagi saya tidak ada masalah
selagi ia berperilaku baik dan bekerja secara baik pula dan tidak mengganggu
etika masyarakat. Mengembalikan sampah-sampah yang tidak terpilih dengan rapi
dan tertata. Tidak sembarang meninggalkan bekas.
Di sebagian warga dan perumahan yang lain, ditemui
tulisan “pemulung dilarang masuk”. Tulisan ini dikarenakan tidak sukanya warga
terhadap kerja pemulung yang sembarang mengambil tanpa memperhatikan etika dan
tatakrama. Ia mengambil dengan seenaknya sendiri. Sampah-sampah yang keluar
tong akibat mengambil sampah yang ia pilih tidak ia masukkan kembali. Ia
biarkan berserakan di luar tong. Inilah yang kemudian menjadi cacat bagi
pemulung.
Pagi buta, ia sudah siap dengan keranjang besar di
punggungnya, tongkat penjepit dan magnet bundar di ujungnya.
Ia datangi satu demi satu tong sampah di setiap rumah.
Ia korek-korek, kadang ia mendapati botol plastik, kadang ia dapati kaleng
bekas minuman bersoda, kadang ia dapati kardus dan Koran. Ia mulai memisahkan
berdasarkan jenisnya.
Menjelang siang hari keranjang besar itu sudah penuh
dengan sampah beraneka jenis. Ia datangi pengepul, ditukarnya sekeranjang
sampah itu dengan beberapa lembar uang ribuan setelah sebelumnya ditimbang
berdasarkan jenisnya. Pemulung memang mendapatkan uang tidak sebesar yang kita
dapatkan, tapi ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil. Wallahu a'lam.
Sumber Referensi : Atep Supriatna
Posting Komentar