PEMBELAJARAN “STAT DE SFCT” UNTUK
KEMAMPUAN CRITICAL THINKING AND PROBLEM SOLVING KELAS XI
Ultha
Superi Andhani1), Siti Nur Fitri Alawiyah2), Ade Irma
Widyo3)
1Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
2Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
3Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
ABSTRAK
Kemampuan
critical thinking and problem solving
siswa dalam menghadapi masalah matematika sangatlah perlu dikembangkan, karena matematika bukan hanya berguna untuk memberikan
kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif tetapi juga dalam penataan
cara berpikir. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan critical thinking
and problem solving. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
dan mendeskripsikan kemampuan critical
thinking and problem solving siswa dengan pembelajaran “Stat de SFCT”dan
tanpa pembelajaran “Stat de SFCT” di kelas XI khususnya pada program IPA SMAN 1
Purwosari. Pembelajaran “Stat de SFCT” merupakan pembelajaran Statistika dengan
model pembelajaran SFCT (search, find and
construct together). Penelitian ini merupakan penelitian campuran (mixed method) dengan desain Concurrent Embedded yakni penggabungan
metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara tidak seimbang dengan
persentase 70% menggunakan metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif.
Penelitian ini menggunakan jenis quasy
experimental atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian
yaitu XI IA-5 sebagai kelas eksperimen dan XI IA-4 sebagai kelas kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving siswa
dengan pembelajaran “Stat de SFCT” yang tanpa pembelajaran “Stat de SFCT”. Kemampuan
critical thinking and problem solving siswa
dengan pembelajaran “Stat de SFCT” juga lebih baik dari pada siswa tanpa
pembelajaran “Stat de SFCT”. Hal ini dapat dilihat rata-rata tes pada kelas
dengan pembelajaran “Stat de SFCT” lebih tinggi dari kelas tanpa pembelajaran “Stat de SFCT”.
Kata-kata kunci: pembelajaran
“Stat de SFCT”, kemampuan critical
thinking and problem solving, Statistika
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu unsur penting dalam
pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak
tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 19 (ayat 1) berbunyi : “Proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta fisiologis peserta didik”. Untuk
mencapai tujuan proses pembelajaran tersebut, pemerintah memberi kebijakan
dengan menyempurnakan kurikulum yang gunakan sebelumnya yakni KTSP menjadi
kurikulum 2013. Berlakunya Kurikulum 2013, menuntut perubahan paradigma pada
proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered) beralih pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). Dalam pembelajarannya,
matematika bukan hanya berguna untuk memberikan kemampuan dalam
perhitungan-perhitungan kuantitatif tetapi juga dalam penataan cara berpikir
terutama kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang sangat erat kaitannya pada kehidupan sehari-hari. Cooney
mengemukakan bahwa dengan memiliki kemampuan pemecahan masalah akan membantu
siswa berpikir analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari
dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi situasi
baru (Hendriana dan Utari, 2014:23). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan critical thinking
atau berpikir kritis sangat erat kaitannya dengan problem solving atau pemecahan masalah karena peserta didik akan
dengan maksimal menggunakan kemampuan critical
thinkingnya saat menjadi problem
solver atau pemecah masalah.
Untuk itu guru perlu menerapkan model pembelajaran
yang tepat yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan critical thinking and problem
solving. Menurut Amri (2013:4) , model
pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan pada interaksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan
efisien.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan
agar kemampuan critical thinking and
problem solving siswa dapat tercapai secara maksimal adalah model SFCT (Search, Find and Construct Together). Model pembelajaran SFCT (search, find and construct together)
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan daya pikir
peserta didik melalui aktivitas dan interaksi belajar, yaitu kegiatan mencari (search), menemukan (find) konsep dari kegiatan pemecahan masalah yang diberikan oleh
pendidik, kemudian konsep yang telah ditemukan dari hasil pemecahan masalah
tersebut dibangun bersama (construct
together) dalam kegiatan pembelajaran (Rohmaniyah, 2015:53). Pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran SFCT (search,
find and construct together) ini
diharapkan dapat memaksimalkan kemampuan
critical thinking and problem solving peserta didik khususnya dalam materi Statistika. Materi ini merupakan salah
satu materi yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan penuh
dengan masalah sehingga memerlukan kemampuan critical thingking atau berpikir kritis untuk dapat
menyelesaikannya. Untuk membuat judul yang menarik, peneliti menggabungkan
model pembelajaran SFCT dengan materi Statistika menjadi pembelajaran “Stat de
SFCT”. Pembelajaran “Stat de SFCT” merupakan singkatan dari Statistika dengan
model pembelajaran SFCT.
Adapun rumusan masaalh yang di ambil oleh peneliti
adalah :
1.
Apakah terdapat perbedaan
kemampuan critical thinking and problem
solving pada kelas dengan
pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan
pembelajaran “Stat de SFCT” pada kelas XI?
2.
Bagaimana kemampuan critical thinking and problem solving
pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan pembelajaran
“Stat de SFCT” pada kelas XI?
Dengan rumusan masalah yang ada, peneliti
berharap dengan adanya penelitian ini dapat .
1.
Mengetahui adanya perbedaan
kemampuan critical thinking and problem solving pada kelas dengan
pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan
pembelajaran “Stat de SFCT”.
2.
Mendeskripsikan kemampuan critical thinking and problem solving
pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan
pembelajaran “Stat de SFCT” pada kelas XI.
METODE
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti
yaitu SMAN 1 Purwosari dengan subjek penelitian kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) dengan desain
Concurrent Embedded. Concurrent Embedded (Sugiyono, 2015) yaitu metode
penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang.
Metode ini digunakan secara bersama-sama dan dalam waktu yang sama, tetapi independen
untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis dengan persentase 70% menggunakan
metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif.
Metode
kuantitatif digunakan untuk membuktikan rumusan masalah pertama. Penelitian ini
menggunakan jenis Quasy Experimental atau
eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas
eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang menerapkan
pembelajaran “Stat de SFCT” dan kelas kontrol yaitu kelompok siswa yang tidak
menerapkan pembelajaran “Stat de SFCT”. Sebelum perlakuan, kelompok diberi
pretest agar mengetahui sejauh mana kemampuan critical thinking and problem solving pada materi Statistika.
Desain
penelitian eksperimen jenis Quasy
Experimental dapat dilihat pada gambar
Keterangan
:
Y1
= Nilai Pretest X1 =
Perlakuan Kelas Eksperimen
Y2
= Nilai Postest X2 =
Perlakuan Kelas Kontrol
Sedangkan metode kulaitatif
berperan menjawab pertanyaan penelitian yang berasal dari hasil pengamatan,
wawancara dan observasi yang telah dilakukan dan di analisis secara kualitatif
dengan mendeskripsikan temuan-temuan yang didapatkan selama penelitian
dilapangan.
Teknik pengumpulan data secara
kuantiatif, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
1.
Tes. Dalam penelitian ini tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan critical
thinking and problem solving siswa pada materi Statistika. Tes ini dilaksanakan pada awal dan akhir
pembelajaran “Stat de SFCT”.
Sedangkan untuk
teknik pengumpulan data
secara kualitatif, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut
:
b.
Wawancara. Wawancara dilakukan
pada beberapa siswa di kelas eksperimen dan guru mata pelajaran matematika
untuk mengetahui sejumlah informasi dalam kelas yang berhubungan dengan
pembelajaran “Stat de SFCT” untuk kemampuan critical
thinking and problem solving.
c.
Observasi. Observasi yang
dilakukan pada penelitian ini adalah observasi partisipan. Observasi ini
dilakukan selama kegiatan pembelajaran “Stat de SFCT” berlangsung untuk
mengetahui dan mengukur kemampuan critical
thinking and problem solving siswa.
Instrumen penelitian pada metode kuantitatif
digunakan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran “Stat de SFCT”.
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari lembar pretest dan postes, LKDK
serta LKPD.
Instrumen penelitian pada metode kualitatif adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan berkaitan dengan pembelajaran
“Stat de SFCT” untuk kemampuan critical
thinking and problem solving.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kuantitatif
1.
Deskripsi Populasi dan Sampel
Penelitian
Penelitian mengenai kemampuan critical thinking and problem solving siswa ini dilaksanakan mulai tanggal 4
April 2017 sampai dengan tanggal 26 April 2017 di SMAN 1 Purwosari. Fokus penelitian
ini adalah pada kelas
XI khususnya kelas XI program IPA
yang ditunjukkan pada tabel berikut :
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
|
1
|
XI IA-1
|
35
|
|
2
|
XI IA-2
|
36
|
|
3
|
XI IA-3
|
36
|
Sampel
Penelitian
|
4
|
XI IA-4
|
36
|
→ Kelas Kontrol
|
5
|
XI IA-5
|
36
|
→ Kelas Eksperimen
|
6
|
XI IA-6
|
38
|
|
7
|
XI IA-7
|
35
|
|
Jumlah
|
252
|
Pada
kelas eksperimen diterapkan pembelajaran “Stat de SFCT” sedangkan pada kelas
kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT”. Sebelum Pretes-Postes diberikan, terlebih dahulu
dilakukan validasi pada ahli yaitu satu dosen prodi Pendidikan Matematika FKIP
UNISMA dan satu guru mata pelajaran matematika di SMAN 1 Purwosari. Dari hasil Pretes akan diuji prasyarat dan hasil Postes akan diuji hipotesis. Data hasil Pretes dan Postes kemampuan critical
thinking and problem solving siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu pada tabel sebagai berikut:
Kelas
|
||||
Eksperimen
|
Kontrol
|
|||
Pretes
|
Postes
|
Pretes
|
Postes
|
|
Jumlah siswa
|
34
|
34
|
32
|
32
|
Jumlah Skor Ideal
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Jumlah Skor Maksimum
|
11
|
17
|
15
|
12
|
Jumlah Skor Minimum
|
1
|
9
|
3
|
5
|
Rata-rata
|
6,88
|
12,18
|
6,53
|
8,06
|
Berdasaran
tabel 3.2 dapat dilihat bahwa selisih rata-rata Pretes dan Postes kelas eksperimen yaitu 5,3 lebih besar dari pada selisih rata-rata Pretes dan Postes kelas
kontrol yaitu 1,53. Hal inimenunjukkan bahwa kemampuan critical thinking and problem solving
siswa setelah diterapkannya pembelajaran “Stat de SFCT” menyebar pada rata-rata kelas dari pada pembelajaran yang tidak
menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT”. Dalam penelitian ini, data
kuantitatif dianalisis menggunakan Software
IBM SPSS Statistic 20.
2. Hasil Analisis Pretest
Analisis
data awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi
yang mempunyai kondisi awal yang sama atau tidak. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam analisis data awal adalah menguji normalitas, uji homogenitas,
dan uji kesamaan rata-rata.
a.
Uji Normalitas
Hipotesis :
H0
: Distribusi data pre-test normal
H1 : Distribusi data pre-test tidak normal Hasil analisis :
Kesimpulan
:
Nilai
signifikansi pada kelas XI IA-4 dan XI IA-5 (0,05), maka H0 diterima, artinya data kelas XI IA-4 dan XI
IA-5 berdistribusi normal.
b. Uji
Homogenitas
Hipotesis
:
H0 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan
XI IA-5 memiliki varian yang sama
H1 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang tidak sama
Levene's Test for Equality of Variances
|
|||
F
|
Sig.
|
||
VAR00001
|
Equal
variances assumed
|
,726
|
,398
|
Equal
variances not assumed
|
Kesimpulan :
Sig = 0,398 > 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5
memiliki varian yang sama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai varian
yang sama atau homogen.
c.
Uji Kesamaan Rata-rata
Hipotesis
:
H0
: Tidak terdapat perbedaan nilai pre-test
kelas XI IA-4 dan XI IA-5
H1
: Terdapat perbedaan nilai pre-test
kelas XI IA-4 dan XI IA-5
Sig = 0,468
> 0,05 sehingga H0 diterima.
Artinya tidak terdapat perbedaan
kemampuan awal antara kedua atau kemampuan awal kedua kelas sama. Jadi kedua
kelas yaitu kelas XI IA-4 dan XI IA-5 dapat dijadikan sebagai sampel
penelitian.
3. Hasil Analisis Postest
Setelah
dilakukan pembelajaran “Stat de SFCT” kelas eksperimen oleh tim peneliti dan
pembelajaran oleh guru mata pelajaran matematika pada kelas kontrol, dilakukan
tes untuk mengetahui kemampuan akhir critical
thinking and problem solving siswa
pada materi Statistika. Hasil analisis data
kemampuan akhir diperoleh sebagai berikut.
a.
Uji Normalitas
Hipotesis :
H0 : Distribusi data pos-test
normal
H1 : Distribusi data pos-test tidak normal
Nilai signifikansi
pada kelas XI IA-4 dan XIIA-5 (0,05),
maka H0 diterima, artinya data kelas
XI IA-4 dan XI IA-5 berdistribusi
normal.
b. Uji
Homogenitas
Hipotesis
:
H0 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5
memiliki varian yang sama
H1 : Kelompok data
nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5
memiliki varian yang tidak sama
Levene's Test for Equality of Variances
|
|||
F
|
Sig.
|
||
nilai
|
Equal variances assumed
|
.022
|
.882
|
Equal variances not assumed
|
|||
Kesimpulan :
Sig = 0,882.
Jelas Sig = 0,882 > 0,05 sehingga
H0 diterima. Artinya nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang sama. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai
varian yang sama atau homogen.
c. Uji
Hipotesis
Hipotesis
:
H0 : Tidak terdapat
perbedaan kemampuan critical
thinking and problem solving antara kelas XI
IA-4 dan XI IA-5
H1
: Terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem
solving antara kelas XI IA-4 dan XI IA-5
Sig = 0,000
< 0,05 sehingga H0 ditolak
maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving antara kelas XI IA-4
sebagai kelas kontrol dan XI IA-5
sebagai kelas eksperimen.
Pada analisis indikator soal juga, terdapat
perbedaan antara jawaban kelas kontrol dan eksperimen. Masing-masing penjabaran
jawaban siswa berbeda pada tiap nomor soal yang telah diberikan saat
pembelajaran.
Analisis Data Kualitatif
Penelitian dilakukan selama 3
pertemuan pada kelas eksperimen dan 2 pertemuan pada kelas kontrol. Pertemuan pertama
pada kelas eksperimen diadakan pretes
selama 1 jam pelajaran, kemudian pembelajaran “Stat de SFCT” selama 3 jam
pelajaran pada pertemuan berikutnya dan postes
selama 1 jam pelajaran di akhir pertemuan. Sedangkan untuk kelas kontrol,
pertemuan pertama diadakan pretes
selama 1 jam pelajaran dan pertemuan kedua postes
selama 1 jam pelajaran. Pada kegiatan pembelajaran “Stat de SFCT” diamati
menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan siswa serta adanya RPP yang
telah disiapkan. Setelah dilakukannya postes
pada kelas eksperimen, juga dilakukan wawancara kepada beberapa siswa dan guru
mata pelajaran matematika.
Observasi
1.
Analisis
Kegiatan Guru dalam Pembelajaran “Stat de SFCT”
Kesimpulan
:
Pelaksanaan
pembelajaran “Stat de SFCT” ditinjau dari kegiatan guru sudah terlaksana
dengan sangat baik.
2.
Analisis
Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran “Stat de SFCT”
Kesimpulan :
Pelaksanaan
pembelajaran “Stat de SFCT” ditinjau dari aktivitas siswa sudah terlaksana
dengan sangat baik.
|
Observasi dilakukan oleh 3 observer
1. Bapak Rahmat Listiyono selaku guru matematika
sebagai pengamat I
2. Muhammad Fikri Zarkasyi selaku teman sejawat
sebagai pengamat II
3. Ultha Superi Andhani sebagai pengamat III.
Taraf keberhasilan tindakan:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Wawancara
·
Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 April 2017
·
1 orang
dari tim peneliti mewawancarai guru mata pelajaran matematika dan 2 lainnya
mewawancarai beberapa siswa dari kelas eksperimen
|
Wawancara dengan guru
Pembelajaran
“Stat de SFCT” lebih menarik karena siswa menjadi lebih aktif dengan kegiatan
diskusi. Siswa tidak hanya menunggu guru memberi materi, tapi siswa mencari
tahu sendiri apa yang akan mereka pelajari. Dari soal yang ada pada LKPD,
siswa dapat mengembangkan kemampuan critical
thinking and problem solving. Dikarenakan guru mata pelajaran matematika
hanya sesekali saja memberi soal bentuk critical
thinking and problem solving.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Wawancara dengan siswa
Sebagian
besar siswa merasa senang dengan pembelajaran “Stat de SFCT” yang diterapkan
tim peneliti dan sebagian besar juga merasa lebih mudah dalam menyelesaikan
dan memahami soal berbasis critical
thinking and problem solving dibandingkan dengan pertama kali mendapatkan
soal berbasis critical thinking and
problem solving. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa merespon dengan baik
pembelajaran yang diterapkan tim peneliti yakni pembelajaran “Stat de SFCT”.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan, maka penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.
Terdapat
perbedaan kemampuan critical thinking and
problem solving antara peserta didik kelas eksperimen yang dengan pembelajaran
“Stat de SFCT” dengan
peserta didik kelas kontrol yang dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
terlihat dari hasil pengujian hipotesis dengan uji Independent Sample t-test diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,000
yang lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima yang artinya terdapat
perbedaan kemampuan critical thinking and
problem solving antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2.
Kemampuan critical thinking and problem solving
peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kemampuan critical thinking and problem solving
peserta didik kelas kontrol. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata postes peserta didik
kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata postes peserta didik
kelas kontrol. Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara
bahwa terdapat perbedaan kemampuan critical
thinking and problem solving peserta didik yaitu kelas eksperimen tidak
merasa kesulitan mengerjakan postes karena
kesesuaian karakteristik yang terdapat pada
pembelajaran “Stat de SFCT” kemampuan critical thinking and problem solving
peserta didik. Perbedaan
kemampuan critical thinking and problem
solving peserta didik ini dikarenakan adanya pengaruh
pembelajaran “Stat de SFCT”
terhadap cara menjawab peserta didik terutama pada tahap diskusi. Peserta didik
dapat berdiskusi dengan teman sekelompoknya setelah mengamati masalah yang ada.
Pada tahap ini peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya sehingga
peserta didik mampu mengembangkan kemampuan critical
thinking and problem solving.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.
Bagi sekolah dan
pendidik matematika khususnya, hendaknya menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT”
sebagai alternatif dalam proses pembelajaran khususnya untuk mengembangkan
kemampuan Critical thinking and problem
solving peserta didik.
2.
Bagi peneliti
selanjutnya hendaknya mengukur seberapa besar pengaruh pembelajaran “Stat de SFCT”
terhadap kemampuan critical thinking and
problem solving peserta didik atau terhadap kemampuan yang lain.
3.
Penelitian ini
fokus pada pelajaran matematika pada pokok bahasan ukuran letak data, maka dari itu untuk penelitian
selanjutnya juga dilakukan pada pokok bahasan matematika yang lainnya.
4.
Pengontrolan
variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan critical thinking and problem solving
peserta didik, sedangkan aspek yang lain tidak dikontrol.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada
kesempatan kali ini, tim peneliti ingin mengucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendoakan
penulis selama masa studi dan dalam penyusunan tugas akhir, terutama kepada:
1.
Kemenristek
dikti yang telah mendanai penelitian
2.
Alifiani,
M.Pd selaku dosen pendamping PKM
3.
Anies
Fuady, M.Pd selaku validator
4.
Drs.
Rahmat Listiyono selaku guru mata pelajaran matematika di SMAN 1 Purwosari dan
validator
5.
Fikri
Zarkasyi selaku observer penelitian
6.
Nanang
Qosim, Wildan Nurul Islam dan Muhammad Syafii
7.
Semua
pihak yang membantu dalam penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Amri,
Sofan. 2013. Pengembangan dan Model
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Hendriana, Heris
dan Utari Soemarmo. 2014. Penilaian
Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
Kemendikbud. 2014. Matematika Untuk SMP/MTs Kelas XI
Semester 2. Jakarta: Kemendikbud.
Murtiyasa, Budi. 2016. Isu-su Kunci dan Tren Penelitian
Pendidikan Matematika. Konferensi
Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I). ISSN:
2502-6526.
Rohmaniyah, Lilin. 2015. Pengembangan
Model Pembelajaran Matematika SFCT (Search, Find, and Construct Together) Untuk
SMA Kelas XI. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: FKIP UNISMA.
Sahrudin, Asep. 2014. Implementasi Strategi Pembelajaran Discovery
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Motivasi Belajar
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan UNSIKA. Vol. 2
No. 1. ISSN: 2338-2996.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombnasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Trilling, Bernie dan Charles Fadel.
2009. 21ST CENTURY SKILLS.
San Fransisco: Jossey-Bass.
Posting Komentar