Menjadi salah satu peserta di Kopdar IV yang Non Sahabat
Pena Nusantara (SPN) menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Berawal dari ajakan
Abdul Halim Fathani seorang Dosen Pendidikan Matematika UNISMA yang menjadi
salah satu penggagas SPN sekaligus motivator saya untuk terus menulis. Tiga
kopdar yang digelar sebelumnya pun saya belum pernah mengikuti. Pertemuan pada
tanggal 20 Mei 2017 itu menjadi kesan yang sangat inspiratif bagi saya yang
masih terus belajar untuk membenahi tulisan, istiqomah, dan tidak pernah
merasa minder untuk menulis. Kesan-kesan itu terangkum dalam berbagai katagori
diantaranya:
Materi
Kemasan
materi yang dipaparkan pada Kopdar IV SPN ini sangat menarik dan unik. Selain
itu bagi peserta pemula seperti saya mudah untuk memahaminya. Kalau kesimpulan
yang ada dalam benak saya, materi terbagi untuk tiga peserta. Ada materi
tentang bagaimana kita bisa menyunting yang baik. Materi ini lebih tepatnya
untuk para penulis yang sudah jadi penulis. Meteri yang kedua tentang “Free
Writing” yang diperuntukkan bagi penulis pemula yang ingin berkomitmen untuk
menulis. Dan materi yang ketiga tentang pemasaran buku yang mengemas strategi
meraih untung dari tulisan yang dimuat dalam buku. Tema ketiga ini bagi penulis
yang sudah berada pada tahap punya keahlian khusus dalam bidang tertentu. Dari
tiga materi yang dibahas tuntas ini memberikan inspirasi akan pentingnya
berkarya seminal mungkin “satu buku sebelum mati”.
Pemateri
Menarik
dan uniknya materi yang disampaikan tidak lepas dari pertanyaan siapa yang
menyampaikan. Sebagus apapun materi yang dikonsep oleh panitia jika pemateri
tidak bisa membawakan dengan nyaman kepada peserta maka materi itu akan gagal
dipahami. Di kopdar IV ini ada tiga pemateri yang bertalenta yang sudah
berkarya sekian buku. Ngainum Naim sebagai pemateri yang mampu menyegarkan
pikiran saya betapa pentingnya teliti dan serius dalam mengarang tulisan. Dan
pemateri yang kedua Bapak Hernowo Hasyim yang mampu mengubah pola pikir saya
untuk komitmen dan konsisten menulis. Sedangkan Pak Khoiri sebagai pemateri
ketiga yang dikenal dengan humoris manisnya mampu memberikan daya semangat
juang untuk berkarya tiada henti sampai mati mengakhiri.
Kedisiplinan
Waktu
Menjadi
penulis salah satunya adalah untuk membina diri menjadi seorang yang disiplin.
Saya tertegun dan tersentuh ketika ikut acara Kopdar IV SPN di ITS Surabaya
dengan schedule yang sangat rapi dan tertata. Tidak ada waktu yang
terlewatkan dan semua berjalan dengan lancar. Sang pembawa acara mampu menjadi
manajer dalam mempengaruihi audien untuk tepat waktu masuk dan keluar
kelas. Kedisiplinan ini hanya saya temui di komunitas penulis yang bernama
Sahabat Pena Nusantara.
Fasilitas
Peserta
Sesuatu
yang tidak disangka, komunitas yang terdiri dari berbagai kalangan ini mampu
memberikan kenyaman kepada peserta. Keminiman dana tentu menjadi kendala dalam
setiap komunitas apapun. Tapi bagi SPN itu bukan satu-satunya alasan untuk
tidak memberikan kepuasaan kepada peserta, sehingga saya pun disuguhkan dengan
berbagai hidangan. Mulai dari hidangan pertama kali masuk ruangan, hidangan
saat-saat break, hidangan pokok makan siang, sampai hidangan penutup.
Sungguh nikmat dan luar biasa.
Konsep
Acara
Dialog
interaktif hanya terjadi jika dan hanya jika pemateri dan materi sama-sama
aktif berargumen. SPN mengemas konsep di Kopdar IV seperti Indonesia Lawyers
Club (ILC) di TV ONE. Sebuah konsep yang baru saya ikuti pertama kali di
Kopdar IV ini. Bagi saya sungguh luar biasa dan memberikan dorongan kuat
sehingga saya pun mampu menulis kesan ini. Terimakasih SPN.
Posting Komentar