Seperti apa yang telah saya alami, selama tujuh semester ada
di bangku perkuliahan sampai akhirnya sekarang pada titik akhir semester,
pembelajaran di kampus terdiri dari metode, pertama ceramah dari dosen dan yang
kedua presentasi dari mahasiswa. Dua metode ini saya kira hampir di semua
kampus selalu menjadi metode utama pembelajaran di kelas perkuliahan.
Kemonotonan presentasi menunjukkan bahwa metode ini tak
lagi efektif digunakan. Lain lagi dengan metode ceramah yang sedari dulu sudah
membuat ngantuk dan jenuh. Kecuali sang dosen menggunakan strategi
humoris dan model ceramah yang selalu membuat mahasiswa tertawa, hal itu yang
akan disukai bahkan dirindukan mahasiswa.
Target untuk menjadikan paham audien bukan lagi jadi
satu-satunya tujuan presentasi. Mahasiswa lebih kepada menjalankan tugas dosen.
Selesai presentasi maka selesai pula tanggung jawab menjalankan tugasnya. Presentasi
juga menjadi bagian dari peniliaian dosen, sehingga fokus utama target
mahasiswa hanya mendapat penilaian dosen. Terbukti saat mahasiswa presentasi
tanpa dihadiri dosen maka sama sekali tidak terjadi pembelajaran yang efektif,
diskusi tidak berjalan normal, dan yang ada hanyalah keramaian layaknya pasar.
Ada berbagai macam bentuk presentasi yang dihadapi
mahasiswa. Di dalam satu kelas perkuliahan sangat jarang mahasiswa
mempersiapkan materi untuk diskusi ketika mahasiswa yang lain presentasi. Setiap
mahasiswa hanya sibuk mempersiapkan tugas-tugas presentasi pada topik-topik
yang menjadi sub bahasan presentasinya. Dapat disimpulkan dalam satu semester
mengikuti perkuliahan hanya paham pada pokok bahasan yang ia presentasikan. Mahasiswa
seakan tidak merasa butuh pada materi yang disampaikan temannya saat
presentasi, sehingga yang terjadi tidak mendengarkan, tidak memperhatikan, dan
bahkan mengganggu jalannya aktifitas presentasi.
Tidak heran jika output lulusan kampus hanyalah
bertambah secara kuantitas bukan secara kualitas. Lebih-lebih seorang mahasiswa
hanya mengandalkan pembelajaran di kelas tanpa rajin dan mahir membaca buku,
realitas, dan perkembangan dunia. Maka apa yang membuat presentasi efektif dalam
pembelajaran di bangku perkuliahan? Tiada lain jawabannya adalah kesadaran dari
setiap mahasiswa dan kekreatifan dosen mempengaruhi mindset mahasiswa.
Dalam tulisan ini pun saya tidak bisa memberikan solusi
yang tepat. Selama ini hasil olah pikir, dan referensi bacaan belum ada hal
baru yang sekiranya mampu membangun keefektifan pembelajaran di perkualihan. Sekelas
mahasiswa yang sudah mulai berpikir tingkat tinggi maka seharusnya mudah untuk
dibentuk sesuai apa yang diinginkan dosen. Tingkat ta’dzim dan taatnya lebih
terlihat karena dalam dirinya sudah merasa butuh dosen. Sehingga bagi saya
tiada lain cara yang bisa dijadikan solusi sejauh mana dosen mampu mempengaruhi
mahasiswa, sejauh mana dosen berpikir kreatif, dan sejauh mana dosen tak lagi
dianggap sebagai dosen killer, menakutkan dan ketidak hadirannya dirindukan. Wallahu’alam
bisshowab
Posting Komentar