Judul ini sedikit aneh, dan manusia saat ini memang sering
belajar dari sebuah keanehan, keunikan dan suatu keadaan dan situasi yang
berbeda. Judul ini pernah ditulis oleh Mariska Lubis di kompasiana yang
diposting pada 9 Februari 2009. Sepertinya sangat menarik diulas lagi
sebagaimana yang Lubis ceritakan dalam tulisan tersebut. Ia memberikan daya
pikir terbuka bagi kita untuk tidak beranggapan sesuatu hanya melihat dzohir
atau yang tampak saja.
Kontrovorsikah judul yang ia angkat, logiskah, atau
seakan melecehkan tuhan? Tentu ada sebagian orang yang berpikir seperti itu. Ia
berpendapat bahwa seks membuka mata hati dan pikirannya menjadi merasa lebih
dekat dengan tuhan dan selalu ingin dekat dengan-Nya. Apa yang Lubis pikirkan
tentang seks bisa dibaca dan dikaji pada buku “wahai pendiri bangsa!!! Belajar
dari seks dong!!!”.
Setiap manusia tentu punya cara-cara yang berbeda untuk
menemukan Tuhan. Jadi sangatlah wajar seorang Lubis bisa menemukan Tuhan lewat
seks. Kita pun bisa berpikir bahwa untuk menemukan Tuhan bisa lewat agama,
lewat kepedihan, lewat kesenangan, lewat kenyamanan, lewat profesi, lewat
tulisan, lewat bacaan, lewat kajian, atau lewat ilmu yang dipelajarinya, misalnya
juga lewat seks seperti yang dipaparkan Lubis. Bahkan ada banyak manusia
menemukan Tuhan lewat kriminal dan kejahatan, lewat perampokan dan begal dan
kejahatan-kejahatan yang lain.
Seorang Lubis sering mempertanyakan keberadaan Tuhan.
Siapa Dia? Kenapa semua orang memuja Dia? Untuk apa?! Apakah Tuhan itu? Ia
bertahun-tahun bertanya dengan kebingungannya itu. Ia mencari dan mencari.
Walaupun yang ia alami selalu ada keraguan. Tentu hal ini sesuatu yang sangat
wajar dalam proses yang aneh. Setiap manusia punya rasa ingin tahu yang
mendalam dan berhak untuk menemukannya. Justru kita merasa bersalah ketika apa
yang kita percayai, apa yang ktia alami, dan apa yang kita kerjakan hanyalah
ikut sana dan ikut sini.
Sebelum ia mencari solusi bagaimana menemukan Tuhan, ia
mengawalinya lewat menelaah pengetahuan manusia itu sendiri lewat buku-buku
filsafat yang salah satunya dikarang oleh Darwin yang berjudul the origin of
species. Buku ini memang menarik untuk membuka dan membuat gairah pemikiran
untuk memikirkan asal usul manusia. Kenapa sampai ada manusia? Untuk apa
keberadaannya? Bagaimana bisa?
Kalau ditelaah pola pemikiran Lubis sesuai dengan apa
yang ada dalam syahadat orang Islam. Dalam syahadat yang tejemahnya berbunyi “saya
bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Saya bersaksi Muhammad utusan Allah”.
Mengetahui siapa “saya” terlebih
dahulu sebelum bertanya siapa Tuhan itu? Ia pun menggalinya dan mempelajari
secara mendalam lewat science. Di dalam filsafat science yang ia
ikuti adalah tentang reproduksi. Tentu kita juga pernah belajar reproduksi
walaupun hanya sedikit dan ala kadarnya baik dulu di bangku SD, SMP dan lebih
mendalam di jurusan IPA SMA. Reproduksi membahas dari mulai perkawinan,
pembuahan, sampai menghasilkan generasi berikutnya.
Kalau kita berpikir reproduksi tentu bukan sekedar
berpikir dari medis, tapi lebih sekedar penalarannya. Akan lebih menarik dan
menginspirasi otak jika kita bisa menelaah. Tetapi peneliti seluruh dunia,
bahkan yang jenius sekalipun masih belum bisa menjabarkan secara lebih detail
soal kenapa bentuk awal janin pada hampir semua hewan dan manusia, memiliki
bentuk yang mirip. Kalau secara genetik mungkin sudah banyak kita ketahui.
Setelah Lubis mengenal reproduksi ia pun memperdalam Ilmu
Politik. Tentu untuk mengawali di ilmu politik Lubis harus mempelajari sejarah
dan budaya. Ia semakin sadar betapa pentingnya peran reproduksi ketika digunakan
dalam bidang ilmu yang lain seperti halnya dalam ilmu politik. Bagaimana
kehidupan itu akan berjalan jika tanpa reproduksi. Ia pun berpikir dan
mengaitkan dengan seks. Sebuah pemikiran menarik dan logis karena seksual
merupakan bagian dari reproduksi.
Ia pun berusaha terus menggali dan mengkaji seks secara
serius. Sebagai seorang perempuan tentu rasa malu dan minder dengan anggapan
takut dibilang macam-macam oleh orang lain. Seorang yang berpikir terbuka dan
punya mental kuat merasa malas jika sampai dituduh sebagai perempuan jalang yang
belajar seks. Ia pun mampu mempertanggungjawabkan dari apa yang ia pelajari.
Bagi kita ketika mendengar nama seks, seakan yang ada
dalam pikiran kita sesuatu yang jorok dan jelek. Padahal kata seks yang
dimaksud dalam konteks keindonesiaan adalah seksual. Jika orang inggris
menyebutnya seks adalah sex yang berarti jenis kelamin. Benar saja dari
sekian pertanyaan lubis dan banyaknya artikel, tulisan, dan hasil penelitian
tentang seks membuat ia semakin gila memperdalam ilmu seks. Mulai melakukan
riset sendiri.
Waktu terus berjalan, ia pun semakin sadar dari kegilaan.
Bahwa semakin menemukan Tuhan dan semakin sadar akan keberadaannya. Ia pun
berkata “Tuhan memang ada”. Ia berusaha rasional ternyata tidak rasional sama
sekali. Ia pun mengabaikan faktor irasionalnya, padahal peran hati dan perasaan
begitu penting dalam menemukan Tuhan. Ia merasa pantas merasa tidak bisa
melihat Tuhan.
Ia pun menutupnya. Sekali lagi, pintu dibukakan. Seks
menjadi jalan utamanya. Menjadi pintu gerbang untuk membuka jalan yang lebih
lebar lagi dan atau lebih sempit lagi. Menjadi lebar karena membuka apa yang
selama ini telah ditutup-tutupi, dan menjadi lebih sempit karena hanya ada satu
tujuan utamanya. Tuhan. wallahu a'lam
Posting Komentar