Apa sebenarnya makna dari kata rindu? Berapa jenis rindu
yang ada dalam kehidupan kita? Apa perlunya kita merasakan rindu? Kepada siapa
kita harus merindu? Pertanyaan-pertanyaan spontan ini mengingatkan saya pada
tulisan “Allah akan mengindahkan pertemuan dua Insan yang saling merindu”.
Kalimat singkat ini ditulis oleh sahabat hati bernama Alina.
Saya pun membayangkan kerinduan selama ini kepada Ibu
yang sama sekali saya belum melihat wajahnya, belum merasakan pelukannya, belum
mendapat sentuhannya, belum mendengar perintah dan larangannya, belum merasakan
omelan dan pujiannya, bahkan belum tahu apakah beliau juga merindukanku? Rindu
yang memang tak terdifinisikan hanya oleh objek semata. Sungguh bayangan
keindahan jikalau nanti Tuhan mempertemukan saya dengannya.
Dari perasaan rindu yang saya rasakan pada ibu, definisi
yang muncul dalam pikiran saya rindu adalah ungkapan perasaan yang timbul
didalam hati, dalam artian keinginan untuk bertemu, untuk melihat, untuk
mendengar, untuk merasa kepada objek tertentu, kepada yang dielu-elukan, yang
didamba, yang dipuja. Definisi bukan satu-satunya definisi yang perlu
diperdebatkan. Silahkan pembaca sekalian mendefinisikan sebagaimana yang
pembaca rasakan.
Kekasih yang mempunyai derajat tinggi bagi umat Islam
ialah Allah Robbu Ar-Rohman Ar-Rohim tuhan yang diyakini tiada duanya.
Kalau Allah diyakini selalu bersama kita, masih perlukah merindu pada-Nya? Atau
jangan-jangan kita sama sekali tidak merasa bahwa Allah bersama kita. Apa
mungkin sholat, puasa, shodaqoh dan ibadah-ibadah kita tidak menjadi perantara
bertemu dan melihat-Nya, sehingga akhirnya kita perlu merindu pada-Nya.
Begitupun rindu umat ini kepada kekasih agung Muhammad Shollallahu
‘alaihi wa sallam. Benarkah kerinduan selama ini kepada Nabiyullah Muhammad
datang dari hati? Ataukah sekedar rindu dalam kata-kata. Jikalau benar kita ini
merasakan rindu kepadanya, rindu yang seperti apa? Apakah nabi juga merindukan
kita? Ketika kita menganggap Rosulullah adalah kekasih para umat, bahkan
kekasih seluruh alam semesta, dari mana kita sudah membuktikan bahwa beliau benar-benar
orang yang kita kasihi.
Apakah cukup menjadi bukti sholawat yang kita baca di dalam
maupun di luar sholat, sholawat secara sendiri maupun secara berjamaah,
sholawat yang dengan musik maupun tanpa musik?
Kekasih secara singkat dapat terdefinisikan dalam arti
orang yang mendapatkan belas kasih. Di dalam bahasa romantika kekasih diartikan
hanya pada orang yang mendapatkan belas kasih lebih dari orang lain. Kekasih
selalu diidentikkan dengan anggapan antara seorang lelaki kepada wanita,
begitupun wanita kepada lelaki. Pernyataan ini menjadi gugur ketika ada
pernyataan berbunyi “Allah maha belas kasih”. Kasihnya tidak hanya pada satu
orang, melainkan semua mahluk.
Saya
pun mulai mengenal dan belajar rindu
dari sahabat yang bernama Alina. Ia selalu mengajarinya lewat bait-bait pesan
yang saya tangkap. Kerinduan ini pun semoga bisa terobati ketika sudah ada di
jalan dan waktu yang tepat. Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar