Hari terus menerus berganti hari, berputar dalam seminggu
tujuh kali. Besok akan jadi hari ini dan hari ini akan jadi kemarin. Adakah yang
tercatat dari perjalanan hidup sampai akhirnya kita bertahun-tahun hidup. Ataukah
sekedar hidup saja yang penting kita makan dan punya uang. Atau yang penting
segala kebutuhan materi yang kita inginkan tercapai.
Ah, bagi saya tidak cukup itu. Sudah berapa realita yang
mampu kita baca. Sudah berapa kejadian yang mampu kita telaah. Sudah berapa
solusi sosial yang mampu kita partisipasikan. Sesuatu yang menarik jika segala
realita yang kita baca, kejadian yang kita telaah, dan solusi-solusi sosial
yang kita hadapi selalu kita kemas dalam sebuah tulisan.
Ketika kita bisa menulis pesan baik lewat SMS, WhatsApp,
Telegram, FaceBook setiap hari kurang lebih 300 kata, di sanalah potensi
menulis kita sudah terasah. Lalu tinggal kita alihkan yang awalnya di gadget
kita tulislah dalam sebuah narasi di microsoft word, atau di kertas
dalam 300 kata juga. Setiap orang tentu akan banyak kisah menarik, setiap orang
tentu selalu mendapatkan ilmu baru bahkan tidak hanya setiap hari tetapi setiap
waktu.
Sangat disayangkan, jika pengalaman menarik dan ilmu baru
itu tidak dibagikan kepada teman-teman, saudara, dan lingkungan dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Jika yang kita rasakan adalah kesibukan yang tanpa
istirahat, aktifitas yang menguras waktu 24 jam, dan bahkan menguras waktu
selama mingguan bahkan bulanan dan tahunan maka sejenak kita luangkan beberapa
waktu untuk introspeksi diri. Sejatinya manusia hidup untuk selalu bermanfaat
pada orang lain walaupun hanya lewat sebuah tulisan.
Walaupun tidak semua orang punya potensi mengarang,
mengetik, dan menulis sebuah ide, gagasan, pengalaman setidaknya kita mampu
bercerita lewat kata-kata. Kita kemas kata-kata itu dalam sebuah oretan kecil,
kita tuangkan dalam sebuah narasi bebas, dan kita edit dan perbagus lama-lama
kita akan menjadikan tulisan kita berharga bahkan bermakna.
Di era gadget menulis bisa dimana saja, karena
sudah terbantu dengan sangat cepat dan mudah. Lalu bagaimanakah kita menjadikan
pikiran ini bisa mengajak untuk menulis, tentu masing-masing dari kita punya
persepsi dan kebutuhan yang berbeda. Wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar