sumber gambar : edumatik.net, motivasi-islami.com
ilustrasi : pribadi
Setiap hari saya ditemani buku-buku logika matematika,
baik yang berupa e-book maupun yang tercetak. Saya pun banyak mengetik dan
menyusun dalam sebuah tulisan dari Logika Matematika karena kebetulan skripsi
yang ajukan disetujui pada materi Logika Matematika. Sedikit banyak mengetahui
apa sebenarnya logika matematika.
Setiap saya menelaah logika matematika selalu teringat
saat diajari dosen di kelas dan saat diajari guru sewatku Madrasah Aliyah dulu.
Ketika itu saya masih sekedar bisa mengerjakan soal dan kemudian mendapat nilai
bagus dari sang pengajar. Tidak ada keinginan untuk belajar lebih serius
apalagi mendalaminya.
Tapi saat ini, saya mulai cinta dengan logika matematika.
Saya sudah hampir satu tahun pedekate dan baru jadian beberapa bulan
lalu. Saya merasa nyaman bersamanya, ketika ada di dekatnya seakan tidak ingin
jauh lagi. Ia pun selalu menjadi pondasi pola pikir saya dalam bidang ilmu yang
lain. Ia menuntut saya untuk terus berpikir logis dan matematis. Sampai memikirkan
tuhan dan firmannya pun ia memaksa untuk tidak sekedar tekstual belaka, tapi ia
rela dijadikan alat untuk menemukan dan mengenal Tuhan.
Saya pun menyatu dengan logika matematika lewat pernikahan
di skripsi. Saya manfaatkan ia untuk dijadikan sebagai alat bantu untuk
mengenal bahwa Al-Quran itu benar-benar Firman Tuhan. Untuk membuang keraguan
sejauh mungkin dari pikiran kotor yang menghantui selama ini. Saya semakin
sayang dan cinta ketika ia selalu taat dan setia menemani hari-hariku.
Ia selalu memberikan jalan terang, kemana dan darimana saya
mulai berpikir, menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan masalah. Bahkan ia mampu
mengubah pola hidup saya, untuk terus berpikir akan kebesaran dan keagungan
Tuhan. Walaupun pikiran yang ia paksakan tidak pernah aku capai. Ia menyuruhku
memulai dari hati, tapi hati saya seakan buta. Ia menyuruhku untuk tidak banyak
menggunakan lisan karena akan berbahaya pada kehidupan. Ia menganjurkan untuk
membuat tulisan.
Saya berharap semoga ia tetap jadi pendamping hidup saya,
memberikan sumbangsih keberanian berpikir dan bernalar. Memberikan banyak jalan
dan sudut pandang untuk menelaah suatu kejadian. Memberikan kebebasan menggunakan
akal lewat aturan-aturan logis yang tertuang di hati dan kitab suci. Memberikan
semangat hidup. Wallahu A’lam
Posting Komentar