Sumber Gambar: Kompasiana.com
Tulisan ini Berawal dari gejolak hati
terhadap dosen yang tidak memberikan kontrak kuliah sesuai kesepakatan pada
pertemuan pertama mata kuliah Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) atau di kampus
lain biasa disebut micro teaching. Dosen yang satu ini memang sangat disegani
karena kedisiplinannya untuk telat masuk kelas, disungkani karena kebijakannya
memberatkan, disegani karena tak pernah memuaskan mahasiswa di akhir
pembelajarannya.
Saat beliau mengampu mata kuliah yang
KDM ini dalam benak saya muncul pikiran lagi-lagi kampus UIN MALIKI ini tidak
tepat sasaran menempatkan dosen mengajar sesuai ahlinya. Ini sudah terjadi
dalam beberapa mata kuliah selama saya di UIN. Jadinya dengan jujur saya
berkata banyak dosen UIN yang mengajar tidak sesuai dengan kemampuannuya
sehingga korbannya mahasiswa tidak mendapat apa-apa.
Saya tetap husnudzan dalam hati kepada
beliau, bahwa beliau mengajar karena memang ditugasi mengajar oleh kampus bukan
untuk mahasiswanya bisa dan faham. Jika mengajar agar mahasiswa faham dan
mengerti tentu ajarilah dengan seenak mungkin, dan senyaman mahasiswa.
Bagaimana beliau mau mengajarkan KDM
dengan baik jika beliau sendiri mengajar dengan diktator. Esensi dari mata
kuliah ini mahasiswa mampu memberikan ilmu kepada siswa ketika sudah menjadi
guru dengan keterampilan mengajar sesuai prosedur yang ada di Indonesia. Kalau
sekilas melihat dosen mengajar dengan cara yang memberatkan, maka nanti
mahasiswa akan mengajarkan dengan cara itu pula.
Mengapa saya berkata memberatkan,
beliau menyuruh membuat Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP), Media
Pembelajaran, dan Perangkat yang lain dengan bahasa Arab. Walaupun memang di
kelas saya ini kelas International yang menggunakan bahasa arab sebagai alat
komunikasinya, tapi saya pribadi nantinya tidak akan mengajar ke luar negeri
karena memang masih mengeluarkan uang pribadi. Jadi walaupun ICP bagi saya,
tidak semua mata kuliah yang harus menggunakan bahasa Arab sebagai alatnya.
Karena mata kuliah itu hanya ada di Indonesia. Harus bisa menempatkan mana yang
menggunakan bahasa Arab dan mana yang tidak.
Anehnya beliau tidak menaggapi dengan
memberikan feedback atau umpan balik kepada saya, ketika saya memberikan
masukan dan komentar. Seakan-akan saya dikira memprotes, padahal maksud dan
niat saya agar esensi mata kuliah KDM itu tidak seperti angin lewat. Karena
saya tahu kelas ini bukan kelas bahasa yang tujuannya hanya satu untuk pintar
berbahasa arab. Dan dalam bahasa arab pun kita punya kemampuan berbeda-beda.
Ada yang memang mampu dalam kalamnya, ada yang mampu dalam istimaknya, ada yang
mampu dalam kitabahnya dan lain-lain. Dan kemampuan itu tidak harus dan wajib
semua mahasiswa mampu melakukan semua.
Dosen yang satu ini tentu juga punya
niat baik kepada mahasiswa salah satunya saya agar mampus berbahasa arab dengan
baik dan benar. Jadi berproseslah dengan baik dan benar pula. Tapi lagi-lagi
disini bukan kursus bahasa, karena UIN sendiri mengadakan ICP hanya untuk
mengejar label Word Class University (wcu) bukan untuk mahasiswa pilihannnya
mampu dengan cermat dan tegas berbahasa Arab ataupun Inggris.
Buktinya dari semenjak saya semester II
masuk ICP juga banyak dosen yang tidak menggunakan dua bahasa itu, karena
kemampuan kalam dosen tidak semuanya diatas 80%. Jadi kalau kemampuan dosen
saja seperti itu, bagaimana dengan kita, tentu berbeda-beda pula. Cobak kita berontak, sewaktu dosen yang ngajar di ICP sendiri tidak bisa berbahasa arab, pak kita disini ICP ngajar pakek bahasa Arab dong...
Sebenarnya beliau sangat bijaksana dari saking bijaknya saat saya memberikan masukan dan perkataan saya belum selesai dipotong mentah-mentah. Bagaimana tidak salah faham dan faham salah pada apa yang saya maksud. Jadi bukan karena saya takut untuk tidak bisa berbahasa arab dengan baik, tapi kerja menerjemahkan itu masih membutuhkan waktu lama. Belum lagi mempersiapkan metode, cara, dan strateginya. Mungkin ini terjadi pada saya saja, semoga teman kelas yang lain tidak seperti itu.
Maka harapan ke depannya, Ya setidaknya
kalau ngajar itu jangan kebawa emosi pak. Kita sepakati bersama demi kenyamanan
bersama. Apalagi mengajar keterampilan dasar mengajar.
Wallahu a'lam bisshowab.
Posting Komentar