Menulis itu obat - Setelah
otak ini berpikir tak menentu, tak jelas arahnya, dan
yang diinginkannya pun penuh keraguan maka bagi saya obatnya adalah duduk di
depan laptop buka microsoft word dan merangkai tulisan lewat keyboard. Hal
ini sudah menjadi rutinitas saya semenjak saya menjabat sebagai mahasiswa. Curhat
paling memuaskan pikiran bagi saya adalah menulis. Karena penyelesaian
masalahnya bisa dijadi disumbang pembaca-pembaca yang lain atau pun diri
penulis sendiri saat membaca ulang tulisannya.
Menulis pada dasarnya kegiatan otak untuk terus aktif
merangkai kata, berfikir akan makna dan membaca ulang akan kesesuaian. Tiga komponen
menurut penulis ini menjadi hal pasti terjadi dalam kegiatan menulis. Dari berbagai
banyak kejadian selalu memadukan tiga hal penting ini.
Saat menulis ini menjadi obat dalam problem yang ada
dalam pikiran maka bagaimana dengan perasaan sakit dari raga kita, bisakah
menulis masih menjad obat? Penulis tetap menjawab ya. Belajar dari pengalaman
dua hari terahir ini raga ini sebenarnya sudah mulai rapuh dari saking
banyaknya aktifitas yang saya lakukan. Saya pun menluangkan waktu untuk menulis
mentransfer apa yang sedang saya pikirakan kedalam sebuah teks. Tulisan itu
berjudul “ketika manusia dilanda kesibukan”.
Tulisan ini benar-benar mengobati saya, dari penyakit rasa
malas dan penyakit kurang semangat. Dalam tulisan “tiket awal menulis skripsi”
sebenarnya hasil curhatan pikiran saya bahwa atas ketidak siapan menulis
skripsi. Maka dengan menulis judul itu, saya pun dengan percaya diri
seakan-akan seketika itu merasa siap dan kembali bersemanga lagi.
Di samping sebagai obat menulis bagi saya menjadi
kebutuhan sebagaimana penjual kepada pembeli dan pembeli kepada penjual. Jadi dari
apa yang saya baca, baik mengenai kehidupan ataupun teks dalam buku. Semua akan
jadi alat ukur sejauh mana hasil bacaaan kita bisa teraktualisasi dalam tulisan
dan kemudian bisa bermanfaat untuk saya pribadi dan juga pembaca yang lain. Semoga
saya tetap bisa menulis, walalupun hanya berupa tulisan lepas seperti ini. Amin
ya robbal a’lamin. Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar