Setelah satu
setengah bulan keluarga tabalwar berlibur di semester lima kerinduan antar
anggota keluarga bagaikan kerinduan seorang anak yang ditinggal ibunya. Kerinduan
yang harus diobati dengan becanda ria, bergurau bareng, ketawa bersama, saling
jail, saling gojlokin, dan saling-saling yang lain. Agenda itu seperti halnya
piknik tipis-tipis saat gerimis agar lebih harmonis dan romantis sebagaiman
yang ada dalam foto ini.
Bagi
sebagian anggota keluarga bahkan sebagian mahluk akademisi di keluarga yang
lain acara piknik semacam ini dianggap kurang bermanfaat dan berfaedah. Karena
hanya membuang waktu menjadi tak berguna dan sia-sia. Biarlah apa yang mereka
katakan, yang penting kita heppi.... kata seorang anggota keluarga yang lain.
Di
semester-semester sebelumnya keluarga tabalwar sudah banyak piknik kecil maupun
besar yang tak terhitung jumlahnya, baik yang melibatkan seluruh anggota
keluarga maupun yang hanya separuh anggota keluarga. Tapi rutinitas itu menjadi
pijakan kuat untuk saling mengepal keeratan antar anggota keluarga. Semoga
acara-acara berikutnya lebih meriah dan menarik.
Di keluarga
bernama Tabalwar ini semakin tua semakin bertambah keharmonisan, keceriaan, dan
kebersamaan. Walau keeratan antar
keluarga diluar rumah M104 tidak seperti beberapa dekade sebelumnya. Maklum
pemikiran dan pengetahuannya semakin sepuh, semakin banyak tanggung jawab
keibuan dan kebapak-an, semakin serius dengan persiapan diri masing-masing
dalam mencapai apa yang ingin dicapai. Saya anggap hal itu dinamika sosial
masyarakat yang tergambar dalam kelas PAI Jl. M103 Blok H No 14.
Kelas yang
berdiri pada Januari tahun 2015 itu selain bisa tergambar sebagai keluarga
besar juga bisa digambarkan sebagai sebuah Rukun Tetangga (RT) dalam sebuah
dusun ICP FITK. Kalau kita lihat di sebuah RT banyak ditemui perbedaan jabatan
dari setiap keluarga, perbedaan profesi, perbedaan keuangan, perbedaan
pendapat, dan perbedaan-perbedaan yang lain. Sehingga perangkat RT-nya pun
harus benar-benar memfasilitasi agar bisa menyatu dalam setiap kegiatan.
Di RT
bernamakan tabalwar ini juga banyak perbedaan yang terkumpul dalam satu kelas.
Mulai dari yang menjabat sebagai ketua HMJ, ketua AICS, ketua Angkatan ICP, dan
pengurus-pengurus organisasi intra yang lain dan juga ekstra. Dari sisi
akademiknya pun ditemui beragam warna yang sulit tergambarkan dalam sebuah
tulisan.
Di
lingkungan tabalwar yang berjumlah sembilan kepala rumah tangga dan 13 ibu
rumah tangga ini juga ditemui banyak ragam yang variatif, mulai dari ibu-ibu
super aktif, akitf dan yang pasif, mulai dari yang mampu mencairkan suasana
sampai yang hanya tersenyum hem.... Dan juga yang tidak kalah penting di kelas
yang dilabeli ICP Arabic ini terdapat bahasa-bahasa daerah khas Indonesia
seperti madura, sunda, jawa, kalimantan dan lampung.
Perbedaan-perbedaan
itu tidak membuat mereka saling mencela atau mengolok-olok. Mereka sadar dan
faham bahwa keluarga mereka tidak bisa sampai batas waktu yang ditentukan.
Kecuali ada alasan tertentu dari individu yang menyebabkan untuk berpindah RT.
Di rukun tetangga Tabalwar ini sudah lama tertanam “senang dan susah ditanggung
bersama”. Semoga hidup rukun dan samawa tetap terjaga sampai raga sudah tidak
satu keluarga.
Posting Komentar