Saya
menempuh pendidikan di dua perguruan tinggi yang semuanya di fakultas Keguruan
dan Pendidikan. Menandakan bahwa mau tidak mau saya akan dicetak menjadi
pendidik. Satu kampus mengajarkan saya untuk menjadi pendidik dari mata
pelajaran Matematika dan satunya mengajarkan untuk menjadi pendidik dari mata
pelajaran Agama Islam. Dua tempat dalam satu rumpun keilmuan ini tidak pernah termimpikan
sebelumnya. Semua itu berjalan tak menentu dari waktu ke waktu sampai akhirnya
buntu di satu waktu.
Maka
pertanyaan berikutnya bisakah saya menjadi pendidik yang diharapkan oleh
peserta didik? Apakah kompetensi saya sudah cukup untuk disalurkan ke peserta
didik? Kalau sudah siap sejauh mana kemampuan saya memberikan pengajaran
terbaik sesuai keinginan peserta didik? Sudah siapkah saya tidak mengeluh
ketika bertemu dengan karakteristik yang punya keinginan berbeda? Bisakah saya
melayani dengan penuh kasih sayang tanpa pilih kasih? Solusi-solusi apa yang dapat membuat peserta didik senang dan selalu rindu untuk kita ajari lagi?
Di dua perguruan tinggi
tempat saya belajar, pertanyaan-pertanyaan itu tidak ada dalam mata kuliah. Dari
situlah kita perlu mengasah secara otodidak dengan berbagai cara kita
masing-masing.
Untuk
menjadi seorang yang hebat merupakan keinginan dari setiap orang. Namun hebat
dari segi apakah itu yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya.
Sebagian besar orang ingin menjadi hebat karena mereka berkeinginan untuk dapat
bermanfaat bagi satu sama lain. Sebagai warga indonesia langkah apa yang dapat
kita ambil sehingga kita bisa menjadi orang yang hebat dan bermanfaat bagi
sekeliling kita?
Pengaruh
lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemikiran
dan pola hidup seseorang. Kita yang hidup di dalam sebuah masyarakat akan lebih
baik jika pandai dalam memilih dan menyaring pengaruh dan informasi yang datang
kepada diri kita. Hal pertama yang penting untuk kita lakukan yaitu
meningkatkan kualitas diri kita, baik dalam pengetahuan, berorganisasi,
bermasyarakat, dll. Untuk meningkatkan kualitas diri, maka kita harus menjadi
pribadi yang bersifat terbuka dan menerima kritikan maupun saran yang ditujukan
kepada kita. Penilaian yang diberikan orang kepada kita dalam bentuk kritikan
dan saran tersebut dapat membantu kita dalam menilai apa yang ada dalam diri
kita, sehingga mampu mengintropeksi diri menjadi lebih baik.
Dalam
pendidikan, bukan merupakan proses yang mudah untuk dijalani. Banyak kendala
yang nantinya akan dialami tiap masing-masing orang, mereka yang tidak
menanamkan niat yang ikhlas dalam mencari ilmu maka hanya akan berhenti di
jalan karena suatu alasan yang sepele yakni bosan dengan belajar yang
begitu-begitu saja.
Pendidikan
merupakan sebuah proses dari masa kanak-kanak sampai dewasa sehingga dapat
memberikan pengaruh dalam suatu negara di masa depan, yakni sebagai pelajar dan
menjadi generasi bangsa. Pelajar yang sukses sering kali dikaitkan dengan
sebuah prestasi yang cemerlang, tinggi, dan genius. Saya pun tidak mengerti
kenapa pelajar harus seperti itu, lalu bagaimana dengan pelajar yang
biasa-biasa saja tetapi mampu melewati berbagai proses dalam belajar.
Berbicara
mengenai pendidikan, jenjang pendidikan yang saya tempuh mulai dari TK dan saat
ini saya menjalani study di perguruan tinggi swasta yang nantinya saya akan
meninggalkan kesan baik dan membawa nama baiknya. Terfikir dalam benak saya,
lalu apa yang nantinya akan saya berikan untuk negara ini, sedangkan saya hanya
seorang pelajar yang mampu menyelesaikan study tepat waktu, nilai tidak jauh
dari rata-rata, dan tidak genius. Namun semua hal tidak membuat saya lelah
dalam belajar dan menemukan jati diri saya sebagai warga negara Indonesia,
karena saya telah dididik, sedang dididik, dan nantinya saya ingin terus mendidik
di masa depan.
Pemahaman
saya diatas membuat saya berpikir keras untuk menjadi seorang pendidik yang
nantinya dapat pintar melebihi saya dan mampu menjadikan Indonesia lebih
berjaya di masanya kelak. Dari awal saya duduk di bangku sekolah dasar saya
sudah bermimpi ingin menjadi guru yang memahami muridnya dimasa dewasa nanti.
Saya tidak ingin menjadi guru yang memaksakan muridnya, seperti kata KH.
Maimoen Zuabair yaitu menjadi guru tidak usah berniatan bikin orang pintar,
nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar, ikhlasnya
jadi hilang, yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik.
Tidak
hanya dibangku sekolah saat itu yang memotivasi diri saya, namun dorongan dari
orang tua yang menjadikan saya menjadi lebih percaya diri, seperti halnya biaya
pendidikan yang tidak murah, doa yang selalu mengiringi langkah yang saya
tempuh, hal tersebut juga merupakan suatu proses didikan yang tidak semua orang
mendapatkannya meskipun di bangku sekolah. Dan kini tibalah saya menjadi
mahasiswa yang katanya kita ini harus mencari, menemukan sendiri, dan dimanapun
adalah kompetisi. Memang benar kenyataannya, tidak hanya saya yang ingin
memakmurkan Indonesia melalui jalan sebagai pendidik. Disinilah saya menempuh
pendidikan sebagai mahasiswa yang siap berkompetisi untuk berkontribusi demi
negara Indonesia.
Seperti
pepatah cinta “guru membuka pintu, tapi anda harus masuk sendiri”. Kita dididik
tapi apakah kita mau menerima didikan atau tidak itu tergantung dengan kita.
Niat, tekat, serta motivasi yang menjadikan saya menjadi lebih yakin untuk
menjadi pendidik bagi generasi bangsa di masa depan. Karena saya tidak
merenungi mimpi, tetapi saya menjalani mimpi saya sampai mimpi saya terwujud.
Pendidikanku untuk generasiku, dan mimpiku untuk Indonesiaku. wallahu a'lam bisshowab
Posting Komentar