Dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal
bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
Sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1998, mahasiswa menjadi penyeimbang
pemerintah yang represif, diktator dan bertindak semena-mena.
Mengapa
Harus Mahasiswa??? Mungkin dalam benak kita muncul pertanyaan itu. Mengapa
harus mahasiswa, siapa sebenarnya mahasiswa? Berdasarkan karakterisitik
alamiahnya, mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen -
elemen masyarakat lainnya.
Sebagai
seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa
dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki idealisme yang tinggi dalam
berjuang, mereka tidak segan - segan untuk menyuarakan kekesalan dan kritik
mereka terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal.
Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas
pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa ilmu yang
mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri ke
masyarakat.
Mahasiswa
juga dikenal kreatif dalam membangun ilmu yang didapatkannya serta
mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis mahasiswa masih
memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik.
Mahasiswa juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap
kondisi di sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang ia punya ia
senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar
menjadi lebih ideal dan dinamis.
Mungkin
hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa mahasiswa yang selalu menjadi
aktor peradaban dan tulang punggung perjuangan bangsa dalam membangun
peradabanya, bahkan seorang Soekarno juga mengakui kemampuan yang dimiliki
pemuda mahasiswa tersebut melalui statementnya "berikan aku sepuluh
pemuda, maka akan aku guncang dunia". Dan memang begitu lah kenyataannya
dan fakta yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
Namun
Saat ini, sejujurnya mahasiswa kehilangan jati dirinya. Jika dulunya mahasiswa
terlihat garang terhadap birokrasi dan pernah menjadi momok menakutkan bagi
aparat birokrasi yang berkuasa saat itu,Gerakan mahasiswa saat ini menjadi
mandul. Idealisme yang diagung-agungkan sejak masa lampau akhirnya dengan
sendirinya tergerus oleh zaman yang menghadirkan persaingan yang tidak sehat.
Mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan para birokrasi. Kenapa dan apa
penyebabnya?
Salah
satu penyebab yang saya yakini kenapa mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan
birokrasi,karena mahasiswa saat ini tidak sejalan dan satu tujuan lagi dalam
kehidupan di dunia kampus. Di dalam kampus Mahasiswa mengkotak-kotakkan diri
dalam dua blok. Blok mahasiswa Idealis dengan Blok Mahasiswa Apatis. Dalam
kilas penglihatan saya.
Dua
blok inilah yang saya yakini selalu bersengketa dikampus manapun. ‘Mahasiswa
aktivis’ menganggap ‘mahasiswa apatis’ sebagai mahasiswa yang tidak peka,
pragmatis, oportunis, pengkhianat intelektual, atau belum menyadari hakikatnya
sebagai mahasiswa. Sebaliknya ‘mahasiswa apatis’ menganggap ‘mahasiswa aktivis’
sebagi orang-orang yang tidak ada kerjaan, yang sok ikut campur, keras kepala,
cari ketenaran dan mengidap penyakit sok pahlawan.
Hari
ini jumlah mahasiswa yang cenderung bersikap apatis dan hedonis yang selalu
mengikuti perkembangan zaman dengan segenap perubahan global, lebih banyak
daripada mahasiswa yang mau berdiskusi dan senantiasa menyuarakan hak-hak dasar
rakyat. Memang dilematika gerak dan langkah mahasiswa tersebut tak dapat kita
salahkan sepenuhnya kepada mahasiswa itu sendiri.
Dari
kedua Blok ini memang mahasiswa yang memilih dalam blok Apatis memang lebih
banyak. Jika dipersentasekan di setiap kampus diseluruh Indonesia, mahasiswa
yang menjadi bagian blok Apatis ada 80% sedangkan untuk mahasiswa yang memilih
tetap mempertahankan dan mewariskan perjuangan para mahasiswa terdahulu yang
pernah berdarah-darah ketika memperjuangkan dan merebut kemerdekaan, Malari,
menjatuhkan diktator soeharto,dll hanya 20 %.
Banyaknya
mahasiswa yang memilih menjadi bagian Blok Apatis (rumah-kampus-rumah). Dalam
kasus ini kita tidak bisa menghakimi kawan mahasiswa yang tidak peduli terhadap
persoalan rumit bangsa ini..Mungkin karena tuntutan hidup yang tidak
menganjurkan mahasiswa untuk berlama-lama di kampus. Kuliah hingga 5 tahun atau
lebih saat ini, bukan sebuah hal yang patut untuk dibanggakan. Biaya kuliah
semakin mahal dari tahun ke tahunnya. Sehingga pilihannya cuma kuliah dan
kuliah. Tidak untuk yang lainnya.
Namun
Pengkotak-kotakan dalam Mahasiswa seharusnya tidak perlu ada kotak yang
memisahkan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, yang hendak berbuat banyak
bagi orang lain disekitar, sebenarnya inilah pilihan yang sebenarnya. Sejatinya
mahasiswa merupakan sebuah kekuatan besar yang telah mencatatkan namanya pada
panggung sejarah di negeri ini.
Gerakan
mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun
di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan,
intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di
dalamnya. perihal tinta emas yang telah digoreskan oleh mahasiswa terdahulu
yang mampu membawa perubahan dalam bangsa ini.
Mungkin
sejarah gerakan mahasiswa ini layaknyalah kita jadikan sebagai bahan refleksi
kita semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah
sebenarnya peran dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yang telah ditunjukkan
oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak
perubahannya di negeri ini.
Lantas
kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka harus bagaimana??? apakah
sejarah ini layak kita sia-siakan dengan keapatisan kita selama ini??
Menghilangkan pengkotakan dan menyatukan kembali seluruh elemen mahasiswa di
bawah panji ”kedaulatan rakyat” ataukah malah sebaliknya? Tetap terkotak-kotak
sebagai bagian dari tuntutan perkembangan zaman yang tidak berpihak bagi
perkembangan bangsa ini agar lebih baik dan sehat.
Tulisan lepas tak bertepi ini, pembaca boleh setuju atau tidak. Saya sekedar mengarang bebas mengisi kegelisahan diri karena banyak kebimbangan.
Wallahu a'lam bisshowab.
Tulisan lepas tak bertepi ini, pembaca boleh setuju atau tidak. Saya sekedar mengarang bebas mengisi kegelisahan diri karena banyak kebimbangan.
Wallahu a'lam bisshowab.
Posting Komentar