Kisah ini
adalah kisah yang dikirmkan oleh sahabat Aliyah saya atas nama Titik Maulana by
gmail dan saya posting kembali di blog ini. Kisah ini juga pernah terbit
di Kompasiana 28 May 2010 ditulis oleh sahabat yang satunya Yuyus sewaktu MA
dulu, bagi yang belum pernah membaca kisah ini silahkan disimak.
Jalaludin Rumi
dalam bukunya Al-Misnawi menuliskan, seorang Petani sedang berusaha untuk
membawa sekarung Gandum yang diletakkan diatas keledai, namun Gandum itu selelu
jatuh. Kemudian dia berpikir, bagaimanakah caranya meletakkan sekarung Gandum
itu diatas punggung keledainya agar tidak terjatuh. Sampai pada akhirnya dia
menemukan sebuah ide, untuk mengisi sebuah karung lagi dengan Pasir kemudian
mengikatnya dengan karung Gandum tersebut. Dengan demikian Gandum tidak lagi
terjatuh karena sudah seimbang.
Ternyata baru berjalan sekian kilometer, keledainya kecapean karena beratnya beban. Maka si-Petanipun berpikir untuk mencari tempat beristirahat. Ketika sedang mencari-cari, si-Petani bertemu dengan seorang pengemis. Pengemis itu bertanya kepada si-Petani, “Apa yang dibawa keledaimu? Sang Petani menjawab, “Karung yang satu isinya Gandum, sedangkan yang satunya lagi berisi Pasir, agar seimbang”.
Lantas pengemis itupun berkata lagi kepadanya, “Kenapa diisi Pasir? Bukankan akan lebih baik jika Gandumnya yang kau bagi dua, sehingga keledaimu tidak kecapean karena beratnya beban”. Si-Petanipun berpikir, betul juga apa yang dikatakan lelaki Pengemis itu. Lantas diapun mengeluarkan Pasir dari karung yang satu, dan membagi dua karung yang penuh berisi Gandum.
Si-petani meneruskan perbincangannya dengan Pengemis itu. Dan dia semakin terkagum-kagum dengan pemikiran si-Pengemis. saking penasarannya maka ia pun mengomentari si-Pengemis. “Anda ini pintar, pemikiran anda sungguh luar biasa, tetapi kenapa Anda menjadi seorang Pengemis?”.
Pengemis itupun menjawab, ”Itulah, karena aku terus memikirkan banyak hal sampai-sampai aku tidak sempat melakukan apa-apa”. Setelah pertanyaannya dijawab oleh si-Pengemis tersebut, sambil berpikir kebingungan Si-Petani itupun bergegas meninggalkan si-Pengemis untuk melanjutkan perjalananya.
Melakukan sesuatu tanpa berpikir, akan menyusahkan diri sendiri. Tapi hanya berpikir saja itupun tidak cukup, jika tidak di-iringi dengan aksi
Posting Komentar