Waktu kecil segalanya
kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti
raksasa. Pandangan itu berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata
tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh dengan misteri ternyata hanya
begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia bisa sebesar daun kelor,
bagi orang yang putus asa.
Seperti inilah kita
belajar ilmu matematika, yang hanya momok kesulitan yang tertanam. Bahwa ini
semua terjadi karena sebenarnya kita sendiri tidak memahami hakekat matematika
itu, dan tidak mengenal filsafat dalam matematika itu sendiri.
Mengapa Matematika ada?
Ya….. Matematika itu timbul
dari pemikiran manusia yang terkadang saya sendiri merasa Matematika itu…..
Ada dengan
ketiadaannya.
Berhingga dengan
ketakberhinggaannya.
Sukar dengan kemudahnnya.
Indah dengan kekacauannya.
Dan
masih banyak lagi pemikiran-pemikiran berbeda tentang Matematika yang sering
membuat saya terkesan sekaligus berpikir. Kegiatan berpikir tentang seluk-beluk
suatu hal itu, dinamakan filsafat. Tapi menurut saya pribadi, filsafat itu
merupakan cara kita berpikir terhadap sesuatu yang ingin kita pikirkan baik secara
intensif maupun ekstensif.
Dalam
kemunculannya sebagai salah satu ilmu pengetahuan, tentunya Matematika tak
lepas dari pemikiran orang-orang yang memikirkannya. Sehingga kita dapat
menyimpulkan bahwa Matematika berawal dari filsafat, diikuti oleh logika yang
mengaitkan segala sesuatu dalam akal pikiran manusia dan diekspresikan ke dalam
suatu bahasa, yang kemudian kita kenal dengan bahasa matematika yang terdiri
dari simbol-simbol aneh yang memiliki arti tersendri untuk menghindari
kerancuan di dalamnya. Sehingga lahirlah Matematika itu.
Kata
filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang
artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan, sehingga filsafat
itu sendiri diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Sedangkan menurut
istilah, filsafat meruapakan disiplin ilmu yang memikirkan dunia metafisika
atau di balik realitas yang ada, secara kritis dan tersistematis.
Dalam
memahami Matematika, ada tiga aliran yang digunakan sebagai acuan berpikir,
yaitu:
Formalisme
Formalis memandang
Matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan (Ernest, 1991). Pandangan ini
dikemukakan oleh David Hilbert. Hal ini disederhanakan sebagai deretan
permainan dengan rangkaian tanda-tanda linguistik, seperti huruf-huruf dalam
alpabet Bahasa Inggris. Bilangan dua ditandai oleh beberapa tanda seperti
2 atau II, dan seterusnya. Formalis memiliki dua tesis, yaitu:
a.
Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak
dapat ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui
teorema-teorema formal.
b.
Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan
dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan.
Intuisionisme
Menurut L.E.J.
Brouwer, Matematika adalah suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti
cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada
akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek
segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran
kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada.
Logisisme
Logisisme memandang bahwa
Matematika sebagai bagian dari logika. Pernyataan ini dikemukakan oleh G.
Leibniz. Dua pernyataan penting yang dikemukakan di dalam aliran ini, yaitu:
a.
Semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika.
b.
Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma
dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika semata.
Dalam
filsafat Matematika, dikenal adanya pemikiran absolut dan fallibilis.
Dalam pemikiran absolut, dinyatakan bahwa Mathematics is the one and
perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge yang
maksudnya adalah matematika adalah suatu kemungkinan dan kenyataan yang tak
terbantahkan dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif. Sedangkan secara fallibilis,
Mathematica truth is corrigible, and can never regarded as being above
revision and correction, yang maksudnya adalah kebenaran matematika
dapat dibenarkan dan tidak pernah bisa ditentang, diperbaiki maupun dikoreksi.
Sehingga The Liang Gie memberikan pengertian filsafat matematika dengan
menyatakan bahwa filsafat matematika merupakan sudut pandang yang menyusun dan
mempersatukan pelbagai bagian dan kepingan matematik berdasarkan beberapa asas
dasar.
+ komentar + 3 komentar
Gaje
™ HANnihbos 🥺
👙
Posting Komentar