PESAN
IBU PADA NENEK, DALAM BAHASAKU
Tanggal 6 oktober sebuah tanggal kelahiranku yang tertera di setiap biodata formalku. Aku tidak mengerti entah itu tanggal asli atau tiruan, mengingat tidak ada satupun yang tahu dari saudara-saudaraku. Di tanggal sekarang ini, aku pun menulis cerita nenek dua bulan lalu saat aku liburan mudik lebaran. Pesan yang sudah dibahasakan dalam bahasa sepengetahuanku.
Tidak tahu mengapa, akhir-akhir ini aku selalu meneteskan airmata, terutama ketika aku membaca doa ini.
اَللهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، َاْلاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،
وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lantunan doa yang aku panjatkan semoga menjadi wasilah diampuninya ibu dan bapak dari segala dosa dan kesalahan. Tulisan singkat ini semoga menjadi pertanda hadiah anak pada ibu yang ada di alam sana.
Anakku
Bila
ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena
mengandungmu, Maka ibu akan memilih mengandungmu ? Karena dalam mengandungmu ibu
merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan
bulan nak
Engkau
hidup di perut ibu Engkau ikut kemanapun ibu pergi Engkau ikut merasakan ketika
jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Anakku
Bila
ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang
melahirkanmu, Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu. Karena menunggu dari jam
ke jam, menit ke menit kelahiranmu adalah seperti menunggu antrian memasuki
salah satu pintu surga. Karena perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia
sangat ibu rasakan dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua.
Malaikat
tersenyum
Engkau
menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan
berurai air matadiantara peluh dan erangan rasa sakit, Yang tak pernah bisa ibu
ceritakan kepada siapapun.Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia Saat
itulah paling membahagiakan Segala sakit dan derita sirna melihat dirimu yang
merah, Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan, Kalimat syahadat kebesaran
Allah
Anakku
Bila
ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,atau harus bangun tengah malam untuk
menyusuimu, Maka ibu memilih menyusuimu, Karenadengan menyusuimu ibu telah
membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat
berharga Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku
Bila
ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat Atau duduk di lantai
menemanimu menempelkan puzzle Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu Tetapi
anakku, Maafkan ibu, Maafkan ibu. Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan
puzzle kehidupan kita, Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan
kita yang hilang. Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu Percayalah nak, Engkau
adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu, Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa
sepi dan merana maka maafkanlah Ibu
Itulah beberapa pesan ibu yang masih terangkum dalam benakku.
ibu memang tak meninggalkan gambar apapun untuk kulihat, entah ktp atau surat nikah. Dari kakak-kakakku pun juga tidak ada yang sempat mengabadikan gambar wajah ibu, akupun hanya membayangkan kemiripan dengan bibiku.
Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesan ku, bukan gulungan uang
yang kau minta dalam keberhasilan ku, bukan juga sebatang perunggu dalam
kemenangan ku, tapi keinginan hati mu membahagiakan aku.
Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah: k-e-h-a-m-i-l-a-n. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: p-o-s-i-t-i-f.
Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.
Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.
Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.
Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.
Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.
Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.
Posting Komentar