Hujan
mulai menaungi tempatku berpijak. Aku terjebak tak dapat bergegas pulang
melepas lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah. Ingin rasanya aku
berlari menerobos hujan. Tapi, dengan seragam putih abu dan seluruh isi tas,
menjadi faktor terkuat untuk mengurungkan niatku. Dan di sinilah aku, berdiri
sendiri di pelataran toko menanti tangisan sang awan mulai reda.
Hujan
memang tak pernah meminta izin untuk mengunjungi bumi. Selalu saat aku tak
sedia payung ia malah turun, saat aku sedia payung tak ada sedikitpun tanda
kehadirannya. Sama seperti cinta, datang tiba-tiba bahkan saat kita tak
berharap kehadirannya. Suka kini sedang mengunjungiku. Akhir-akhir ini ada
seseorang yang membuat jantungku berdegup cepat. Rasanya mata ini tak pernah
lelah merekam setiap gerak-geriknya, dan ruang di otak ini tak pernah penuh
menyimpan setiap kata yang dia ucap.
Selama
penantianku yang dipenuhi oleh bayang-bayangnya, tiba-tiba aku melihat sesosok tinggi
wanita setengah tinggi memakai baju hitam dengan khas hijabnya berlari menerobos
hujan ke arahku.
“Hai Aldi,” sapanya. Kini dia berdiri tepat di sebelahku dengan tubuhnya yang
basah. Aku mengenalinya, sangat mengenalinya. Dia teman yang ku kenal dari tiga
bulan yang lalu, Dina namanya. Wanita pemilik mata indah yang kini sedang
memenuhi setiap sudut otakku.
“Hai, kok basah gitu, kamu dari mana?” tanyaku.
“Iya nih, tadinya mau ketemu Dodi di halte, tapi pas udah nyampe sana dia baru sms kalau dia udah pulang dijemput sopirnya,”
“Hai, kok basah gitu, kamu dari mana?” tanyaku.
“Iya nih, tadinya mau ketemu Dodi di halte, tapi pas udah nyampe sana dia baru sms kalau dia udah pulang dijemput sopirnya,”
Katanya-katanya
seperti menamparku. Aku harus sadar kalau dia tak sendiri. Namaku tak terukir
dalam hatinya, ada orang lain di sana. Di depannya aku selalu tersenyum setiap
mendengar cerita betapa bahagia dia habiskan hari dengan kekasihnya, dan di
depannya aku akan selalu siap dengan seribu solusi setiap mendengar cerita
bahwa hubungannya sedang dalam masalah. Apakah suka salah memilih orang?
Sepertinya tidak, karena tak ada yang salah dalam suka.
Hujan
semakin deras, udara pun semakin menusuk tulang. Dia menggigil, bajunya yang
basah membuat dia semakin kedinginan. Aku membuka jaket rajutku, meski tak akan
muat, setidaknya jaket ini bisa sedikit menghangatkan tubuhnya.
“Baju kamu basah, kayaknya kamu lebih butuh jaket ini dari pada aku,” Dia
mengambil jaketku, tapi tidak dia pakai, dia malah memakaikannya kembali
padaku.
Dia bilang “Jangan dibuka jaketnya, nanti kamu kedinginan.”
Dia bilang “Jangan dibuka jaketnya, nanti kamu kedinginan.”
Posting Komentar