Tauhid
dan matematika satu sama lain sangat erat berhubungan karena sejatinya berasal
dari sumber pemahaman dan pengamatan yang sama tentang diri kita sendiri
sebagai makhluk ciptaan yang akhirnya melahirkan dasar ilmu yang sama yaitu
sistem desimal alias sistem Adam. Sejak kapan pemahaman dasar ini terpisahkan
menjadi 2 fenomena besar yang meliputi kesadaran kita hari ini sebagai AGAMA
dan SAINS?
Pemisahan
inilah yang nampaknya menjadi dasar dari munculnya berbagai konflik umat
manusia karena faktor kesadaran sebagai kontinuum tentang hidup dan kehidupan
ternyata melibatkan dimensi kepentingan individual atau kelompok yang saling
berbenturan ketika ukuran-ukuran dipatokkan menjadi batasan-batasan kepemilikan
dan kemerasa berhakkan. Dan muara semua benturan kepentingan itu adalah keadaan
non fisik yang disebut kondisi psikis, persepsi dan kognisi, atau akhlak dan
perilaku kita sendiri akibat saling hubungan yang muncul diantara semua makhluk
dalam menjalani kehidupannya.
Orang
maupun sekelompok orang (misalnya kawanan maling) bisa menjadi gila emas dan
rela membunuh manusia lainnya karena munculnya keadaan-keadaan psikis yang
berbeda yang yang tidak bisa dikendalikannya karena kurangnya pemahaman tentang
makna dan arti ilmu itu sendiri, baik sebagai sarana untuk mencapai hasil
terbaik maupun sebagai bekal untuk mengenali Realitas Absolut. Dan tidak dapat
disangkal bahwa hal ini merupakan bagian dari kenyataan hidup bahkan boleh saja
disimpulkan secara bijak bestari sebagai pembelajaran dari Pencipta makhluk
supaya manusia yang suka lalai dan lupa menyadari kalau Dia itu Ada, Rahmat dan
MurkaNya ada, dan semuanya pada awalnya berada dalam koridor hukum yang sama.
Hanya
saja, bagaimana mencapai keseimbangan yang ideal terjadi tergantung sepenuhnya
kepada manusia yang telah dianugerahi akal, tangan, kaki dan panca indera fisik
dan non fisik lainnya untuk meningkatkan kualitas-kualitas hidupnya dengan cara
dan adab yang patut di hadapan Tuhan maupun makhluk lainNya (hamba-hambaNya)
sehingga pengenalannya kepada Pencipta tidak setengah jalan, tidak setengah
matang, tidak setengah hati dan tidak lantas menjadi kekanak-kanakkan yang
mudah putus asa, mudah lepas dari kebergantungannya kepada kekuasan Tuhan
karena kemalasannya menggunakan anugerah yang telah ada pada dirinya.
Matematika
sejatinya merupakan instrumen bagi manusia agar ketergantungannya kepada Tuhan
semakin besar dengan cara mengelola dirinya dengan pemahaman yang mendekati
kebenaran relatif. Jadi, kebenarannya dapat dibandingkan sebagai benar atas
realitas yang terukur maupun tidak terukur yang sama (kata penyanyi rock
Scorpion because we are living in the same sun, in the same planet dll), benar
dengan bertanggung jawab, berkeadilan dan seimbang sesuai dengan proporsinya,
serta bermanfaat dan diakui kebenarannya oleh manusia lainnya.
Diluar
batasan yang aman ini maka manusia disebut pelanggar al-Mizan dan ia telah
lepas diri dari buhul tali Tauhid yang sejati yaitu Shamadiyyah Dzat dan
Ahadiyyah Dzat Tuhan yang ada pada dirinya sebagai makhluk berpikir dan
berperasaan. Makhluk yang berlepas diri inilah yang kemudian disebutkan sebagai
makhluk yang terjebak salam Syirikus Kuntulbarisus karena meragukan Pertolongan
Allah. Makhluk seperti ini dalam tafsir agama dengan bahasa Arab
dikarakterisasikan sebagai Ablasa alias Iblis, yang memutuskan diri dari rahmat
Tuhannya karena lalai dan sombong, pemarah dan pongah, tidak mau berempati dan
bekerjasama, curang, licik, keji, dan enggan menggunakan semua anugerah yang
ada padanya sebagai makhluk ciptaan yang disebut Inssana Fii Ahsaani Taqwiim.
Pengenalan
matematika sebagai konsep dasar tauhid maupun sains sejak dini menjadi sangat
penting bagi Bangsa Indonesia yang dasar-dasar ideologisnya adalah Tauhid.
Mengabaikan matematika sama halnya dengan mengabaikan dasar-dasar agama maupun
sains yang kokoh. Karena itu keduanya harus kembali disatukan dalam perspektif
yang mengetahui segala sesuatu, awal dan akhir, lahir dan batin guna mampu
menyiasati kehidupan dengan manfaat dan kualitas yang terbaik sebagai Bani Adam
yang menjadi Khalifah Di Muka Bumi yang sebiji mata wayang ini.
Laa ilaahaa illaa Allah,
Muhammadurasulullah
Qs
2: 255 (455). Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Al-Kursi Allah meliputi langit
dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.
3:2.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
QS
57:3. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu.
Akhir kata, menghadirkan kehidupan
sehari-hari yang berkualitas dari segi lahir dan batin, awal dan akhir dengan
naungan Bismillah al-Rahmaan al-Rahiim adalah Utusan Tuhan (Maksudnya:
Kehidupan berkualitas terbaik adalah kehidupan yang merefleksikan
aktualitas-aktualitas kalimat Basmalah sebagai Induk Kitab Kehidupan)
Posting Komentar