MAKALAH
Oleh :
MISBAHUDDIN
NIM : 14110185
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah Bahasa Indonesia yang membahas “Pengaruh Perpaduan Antara Ma’had Sunan Ampel Al-Ali (Msaa) dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa”.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat.
2. Orang tua penulis yang telah memberi do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Dra. Hj. Siti Annijat Mainmunah, M.Pd selaku guru pembimbing matakuliah Media Pembelajaran Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam proses belajar mengajar hingga tersusunnya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kami dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada era globalisasi ini mengakibatkan perubahan pada berbagai fakor
kehidupan, yang pada akhirnya berimbas pada kebutuhan pendidikan alternatif
bagi masyarakat yang mampu memberikan solusi akan kecemasan dari dampak –
dampak buruk yang terjadi, yakni ketidakseimbangan antara ilmu duniawi dan
ukhrawi. Masyarakat memerlukan lembaga pendidikan yang layak serta mampu
mencetak lulusan yang berkualitas dan seimbang antara ilmu duniawi
dan ukhrawi.
Disisi lain, globalisasi dunia yang
tengah berlangsung, membuat seluruh negera membuka diri seluas-luasnya. Dengan canggihnya system informasi dan teknologi, interaksi antar bangsa
satu dengan bangsa-bangsa lain di dunia semakin intensif dan nyata. Baik
interaksi fisik, budaya maupun konsep-konsep pemikiran. Hal ini berakibat
semakin mudahnya budaya asing dengan segala pengaruhnya masuk ke negeri kita
tercinta ini. Di satu sisi pengaruh positip sangat kita harapkan, namun pada
sisi lain ada pengaruh negatif yang ikut mempengaruhi pada arus budaya
tersebut. Dan celakanya, pengaruh negatif tersebut sering lebih menarik untuk
ditiru dan diserap oleh masyarakat kita. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi
keselamatan akidah dan akhlak, terutama anak-anak dan remaja generasi harapan
kita.
Untuk mengantisapi
kecenderungan negatif tersebut, perlu dicari solusi alternatif pendidikan yang
mampu menanamkan nilai-nilai Islam sedini mungkin dan mempunyai karakteristik:
kesatuan yang utuh antara peranan orang tua, sekolah dan masyarakat; memiliki
materi pembelajaran yang integrative antara ilmu dan agama, dan ilmu umum
(science) serta teknologi; adanya pengembangan kemampuan manusia yang
menyeluruh meliputi aspek intelektual, spiritual dan ketrampilan; metodologi
dan pendekatan yang integrated bukan hanya sekedar tranfer ilmu semata
tetapi juga tranfer nilai (berupa uswah) serta kerangka pengetahuan ilmu.
Dengan karakteristik tersebut tercapailah tujuan yang dinginkan yaitu
menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, yang menyadari bahwa dirinya adalah
makhluk yang harus tunduk kepada al Kholiknya. Sehingga terbentuk muslim yang
memiliki kepribadian Imtaq dan Iptek.
Oleh karena itu ada
tawaran untuk menjawab kegelisahan masyarakat, yaitu kolaborasi pendidikan
formal dan boarding school. Upaya untuk mengawinkan pendidikan umum
dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School yang
bertujuan untuk melaksanakan pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu
dunia (umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai
muncul banyak Boarding School yang didirikan.
Kehadiran Boarding School telah
memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan
anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami
yang bekerja tapi juga istri bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol
dengan baik. Maka, Boarding School adalah tempat terbaik untuk
menitipkan anak-anak mereka baik makananya, kesehatannya, keamanannya,
sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya yang sempurna. Selain
itu, polusi social yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat
seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dll ikut
mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di boarding
School.
Makalah ini akan menguraikan
mengenai karateristik kolaborasi pendidikan formal dan boarding
school yang meliputi pengertian boarding school, jenis –
jenisboarding school dan Pengembangan pendidikan
islam dan boarding school.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dalam materi
ini terdapat beberapa kajian permasalahan yang bisa ditarik ke dalam sebuah
pertanyaan untuk mempermudah pembahasan lebih lanjut yang diantaranya adalah :
1.
Apa
pengertian dan ma’had?
2.
Bagaimana
bentuk pembelajaran yang ada di ma’had?
3.
Bagaimana
keterkaitan pemebelajaran di ma’had dengan di universitas?
4.
Bagaimana pengaruh
program ma’had terhadap pencapaian jurusan yang diambil mahasiswa di
universitas?
5.
Bagaimana
pengaruh perpaduan program ma’had dengan universitas dalam pendidikan karakter
mahasiswa?
C. TUJUAN
PENULISAN
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan secara detail tentang yang
sebenarnya dirasakan oleh mahasiswa uin maliki malang pada saat menjalani
program ma’had ataupun setelah keluar dari ma’had. Diantara tujuan penjelasan
itu antara lain :
1.
Memberikan
penjelasan kepada segenap pembaca tentang program ma’had yang diselenggarakan
oleh UIN MALIKI MALANG.
2.
Memebrikan
informasi secara detail program pembelajaran yang ada di ma’had.
3.
Menyajikan
berbagai pengaruh yang diperoleh mahasiswa terhadap jurusan yang diambil di
universitas.
4.
Memberikan
informasi mengenai dampak yang diperoleh mahasiswa terhadap pendidikan
karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MA’HAD (boarding school)
Ada dua fenomena menarik dalam dunia
pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat
dasar hingga menengah), dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut
dengan Boarding School. Nama lain dariBoarding School adalah
sekolah berasrama.
Sesungguhnya term Boarding
School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia.
Karena sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep
pendidikan Boarding School yang di beri nama “pondok
pesantren”. Pondok pesantren ini adalah awal mula dari adanya Boarding
School di Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang boarding
school diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok pesantren atau Pendidikan
kepesantrenan (Boarding School) adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang
didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para
pendidiknya bisa berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya.Pendidikan
kepesantrenan (Boarding School) lebih dikenal di indonesia dengan nama
pondok pesamtren.
Adapun secara umum, arti dari
Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) sebagaimana tertulis dari
Word net bag.30[2] adalah a
private school where students are lodged and fed as well as taught, artinya
adalah: “sebuah sekolah swasta dimana siswa diasramakan, di beri makan serta
diberi pelajaran”.
Menurut Oxford dictionary Pendidikan
kepesantrenan (Boarding School) is school where some or all
pupil live during the term. Artinya adalah: Pesantren adalah lembaga
pendidikan yang mana sebagaian atau seluruh siswa nya belajar dan tinggal
bersama selama kegiatan pemebelajaran).
Selain itu Pendidikan kepesantrenan
(Boarding School) juga didefinisikan: is a school where some or
all pupils study and live during the school year with their fellow students and
possibly teachers and/or administrators. The word 'boarding' is used in the
sense of "bed and board," i.e., lodging and meals. Some Boarding
Schools also have day students who attend the institution by day and return
off-campus to their families in the evenings
Artinya adalah: “Sebuah pesantren
adalah sekolah di mana beberapa atau semua muridnya belajar dan hidup selama
tahun ajaran dengan sesama siswa, guru, dan administrator. Kata 'Asrama' ini
diartikan sebagai "tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan
makanan. Beberapa sekolah asrama juga memiliki siswa harian, artinya menghadiri
lembaga siang hari dan kembali kepada keluarga mereka di malam hari”.
Banyak petualangan dalam
kegiatan berasrama karena berada dalam lembaga pendidikan memungkinkan mahasiswa
untuk dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya di kampus. Ada beberapa beberapa
program yang menjadi kegiatan rutin ma’had sunan ampel al-aly universitas islam
negeri maulana malik ibrahim antara lain :
1. Program Pendidikan berbasis quran dan hadits
Sebagai
peserta didik yang bergelar mahasantri sudah tidak asing lagi untuk belajar
tentang berbagai ilmu pengetahuan dalam perspektif al-quran dan hadits. Di
ma’had sunan ampel al-ali mempunyai banyak kajian-kajian kitab tentang hidup
sosial dan beragama yang semua itu tidak lepas dari teori-teori yang sudah
termaktub dalam al-quran dan hadist. Salah satu contohnya adalah kitab tadzhib
dan qomiut tughyan yang mengajarkan bagaimana kita beribadah, beraqidah dan
bagaimana kita berinteraksi. Kitab ini dipelajari masing-masing satu kali dalam
seminggu dengan durasi satu jam antara jam 06.00 sampai dengan 07.00. Walaupun
waktu yang ada sangat terbatas tapi hal ini mengajarkan mahasantri untuk
selalau disiplin dalam beraktivitas. Waktu satu jam juga memberikan pelajaran
yang berarti untuk bekal hidup di dunia dan di akhirat sehingga mahasantri
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bermutholaah.
2.
Program
bilingual bahasa
Mengetahui
banyak bahasa bukan merupakan suatu yang mudah. Bahasa adalah komunikasi keseharian
dengan lingkungan tempat kita berinterakasi. Sehingga guru terbaik dalam
mengajarkan bahasa adalah lingkungan dan praktek. Bilingual bahasa yang
diprogramkan di MSAA adalah bahasa inggris dan bahasa arab. Alasan utama
menggunakan bahasa internasional yaitu untuk mengembangkan pola pikir yang
global sehingga tidak hanya menjadi budak dari perkembangan iptek. Pembelajaran
bahasa terbagi dalam dua even yaitu satu minggu bahasa arab dan satu minggu
bahasa inggris secara bergantian. Melalui pembelajaran berbasis praktek
langsung berbicara secara out class (di luar ruangan) merupakan solusi terbaik
untuk mengingat kosakata yang telah dihafal sekaligus tambah kaya karena
berkaitan langsung dengan benda-benda yang ada di lapangan.
3.
Program
pengembangan muhadharah
Muhadharah
merupakan program dibidang kecakapan berkomonikasi di depan publik. Seorang
public speaking mempunyai tugas kepada para pendengarnya yaitu memberikan
penjelasan yang dapat dimengerti dan tidak membosankan untuk terus diikuti.
Salah satu cara dari hal itu yaitu dengan membiasakan diri melawan rasa takut
dan membiasakan berani di lingkungan kecil terlbih dahulu. Seperti halnya yang
ada di MSAA program ini hanya diprogramkan pada setiap lantai disetiap mabna
masing-masing dengan tujuan mahasantri tidak begitu takut untuk berbicara baik
sebagai MC, qiroah, khitobah, dan penampilan-penampilan lain. Dengan kebiasaan
dilingkungan kecil yang terus menerus maka imbasnya sedikit demi sedikit rasa
takut itu hilang sehingga akhirnya mampu menjadi da’i di depan ribuan audiens.
4.
Program seni
religius
Seni religus
yang dimaksud disini lebih kepada seni rabana al-banjari. Al-banjari merupakan
tradisi yang didalamnya terdapat lantunan musik dan sholawat atau nasyid.
Tradisi ini tentu menjadi kebutuhan masyarakat karena dari segi fungsi dan
tujuan sangat bermanfaat. MSAA memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
seluruh mahasantri untuk belajar memukul rabana atau mengembangkan vokal dalam
kegiatan al-banjari.
C.
KETERKAITAN
MA’HAD DENGAN UNIVERSITAS
Kolaborasi
Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan
paradigma, konsep dan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan
empat karakteristik unggulan:
1.
Islami,
dengan seluruh karakteristiknya sebagai agama rabbani (bersumber dan
berorientasi kepada Allah-Tuhan alam semesta), universal, integral, seimbang,
permanen dan fleksibel, serta realistik dan manusiawi.
2.
Terpadu,
baik dalam sistem pembelajaran maupun kurikulumnya. Keterpaduan (Integration)
ini diperlukan untuk menghilangkan dikotomi antara Islam dan kehidupan,
kepentingan ukhrawi dan duniawi, termasuk dalam memahami dan menghargai
kemampuan anak didik khususnya dalam aspek kecerdasan.
3.
Unggul,
dengan bekal kompetensi, kemampuan, dan keterampilan hidup (life skills) yang
diperlukan dan sangat konpetitif, sehingga siap bersaing dalam menghadapi
tantangan kehidupan masa depan.
4.
Internasional,
dengan kompetensi dan wawasan internasional sebagai antisipasi memasuki
persaingan global khususnya dalam meraih peluang melanjutkan di Universitas
Internasional, baik sebagai seorang muslim, da’i, maupun sebagai seorang
profesional dan pemimpin masa depan.
D.
PENGARUH MA’HAD TERHADAP JURUSAN DI UNIVERSITAS
Dalam
pembahasan mengenai pengaruh kegiatan-kegiatan yang ada di ma’had terhadap
jurusan yang diambil di universitas mempunyai dua dampak positif dan dampak
negatif dengan penjelasan sebagai berikut :
1.
Dampak
positif
Pengaruh positif kegiatan ma’had yang
dapat diterima oleh mahasiswa terhadap jurusan yang diemban di uin maliki
malang antara lain :
a.
Mempunyai
banyak perspektif dalam meneliti, mengkaji, dan beropini melalui pendekatan
al-quran, hadits, tafsir dan lain-lain
b.
Jarak
antarteman sangat dekat untuk belajar kelompok
c.
Dapat
mengembangkan program studi yang diambil melalui relasi dengan mahasantri lain
di ma’had
d.
Tidak
kekurangan bahan materi perkuliahan dengan memanfaatkan teman kamar atau teman
sebelah kamar untuk dijadikan bahan referensi.
2.
Dampak
negatif
Adapun dampak negatif yang dapat
terjadi pada mahasiswa adalah sebagai berikut:
a.
Terjadinya
kejenuhan disebabkan banyaknya kegiatan ma’had yang tidak disukai dari setiap
mahasiswa.
b.
Kurangnya
kemandirian disebabkan selalu menggantungkan kepada teman-teman disekitar.
c.
Sedikit
waktu untuk mengaplikasikan pembelajaran kuliah ke lingkungan sekitar karena
adanya larangan keluar dan tidak boleh membawa sepeda motor.
d.
Selalu
beralasan kegiatan ma’had jika mempunyai kesalahan di lingkungan kampus.
E.
PENGARUH
MA’HAD TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA
Sebelum membahas secara lebih luasuh ma’had terhadap pendidikan karakter mahasiswa
akan lebih baik jika kita mulai dari definisi pendidikan karakter.
a.
Pendidikan Karakter
Secara harfiah, karakter berarti
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasinya. Dalam
pandangan Doni Koesoema karakter di-asosiasikan dengan temperamen yang
memberinya sebuah definisi yang me-nekankan unsur psikososial yang dikaitkan
dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut
pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki oleh
individu sejak lahir. Di sini karakter dianggap sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap seba-gai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungannya, misal-nya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawan seseorang
sejak lahir.
Menurut
Tadzkirotun Musfiroh karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitude),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampil-an (skills) Makna
karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahsa Yunani yang berarti to mark
atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai ke-baikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
berperilaku jelek dikatakan sebagai orang yang ber-karakter jelek. Sebaliknya
orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter
mulia.Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah
sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksnakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Mahaesa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insān
kāmil.
b. Faktor
yang Mendukung Keberhasilan Pendidikan Karakter Mahasiswa
Memperhatikan
gambaran program ma’had, sebagaimana yang telah terpapar di atas, dapat
disimpulkan bahwasanya pembentukan karakter pada santri akan berimbas kepada
budaya yang muncul di tengah-tengah komunitasnya. Karakter positif yang ada di
Ma’had melahirkan budaya-budaya yang sangat dibutuhkan bagi upaya peningkatan
peran mahasiswa di tengah-tengah pergaulan sosialnya. Di-samping itu pula,
budaya-budaya agung seperti budaya kejujuran, budaya disiplin, budaya kreatif
dan mandiri, budaya bersih serta budaya peduli terhadap lingkungan justru
memperkuat internalisasi karakter pada santri yang sudah terbentuk sebelumnya.
Dari itu, sebenarnya kalau melihat hubungan antara karakter personal dengan
budaya yang tercipta, bagaikan dua hal yang saling menunjang dan memperkuat
karakter itu sendiri. Dengan begitu, membangun karakter santri secara otomatis
menciptakan budaya yang sangat dibutuhkan oleh komunitas itu sendiri. Dalam
waktu bersamaan juga, terciptanya budaya turut pula menebalkan karakter yang
terpancang dalam ranah mental santri sehingga ini menjadi ukuran-ukuran moral
dalam melakukan tindakannya.
Kondisi
ini benar-benar terwujud baik di Pesantren Ma’had putera ataupun Ma’had puteri.
Kemudian, untuk menilai sejauh mana pendidikan karakter yang terjadi pada
mahasiswa setelah keluar dari ma’had bisa dinukilkan secara deskriptif mengenai
indikator-indikator yang menyertainya. Di MSAA ini, para santri terbiasa untuk
melaksanakan ajaran agamanya secara benar dan sempurna. Sehari semalam, waktu
mereka atur sedemikian rupa yang semuanya dihiasi dengan nilai-ibadah kepada
Allah SWT. Tentu hal ini tidak sekedar ibadah yang wajib saja, ibadah sunnah
pun juga mengisi waktun-waktuya. Ini bisa kita perhatikan dari aktivitas yang
sudah terjadwal ataupun yang mereka inisiatifkan sendiri.
Tidak
itu saja, dalam diri mereka, para santri juga mempunyai ke-sadaran tinggi untuk
melakukan muhāsabah diri. Muhāsabah ini tidak ter-batas pada koreksi atas
perbuatan mereka yang berakibat dosa dan pahala, tetapi juga pada
persoalan-persoalan pengembangan diri dalam rangka hidup dan bergaul di tengah
komunitas sosial Ma’had. Untuk bisa diterima oleh lingkungannya, mereka secara
jujur melakukan introspeksi atas kekurangan dan kelebihan yang mereka milik. Kekurangan
yang mereka miliki diupaya- kan perbaikannya, sebaliknya, kelebihan yang
dimiliki bisa dimanfaatkan dan diaktualisasikan demi manfaat tidak hanya diri
sendiri tetapi juga untuk orang lain. Maka dari itu, di MSAA ini, menghormati
teman sebagai salah satu etika dan sikap yang harus dijunjung tinggi. Sebab
teman adalah mitra dialog dan diskusi dalam rangka meningkatkan interaksi yang
efektif diantara mereka. Itu artinya, diantara mereka harus ada keterbukaan dan
kejujuran, bukan saling membohongi. Dengan begitu, upaya peningkatan kualitas
diri atas dasar pertemanan, ukhuwah, bisa tercipta secara efektif dan efisien.Upaya
di atas sangat membutuhkan sikap mental kepercayaan diri yang kuat.
Kepercayaan
diri atas ketidakmampuan atau kekurangannya, sekaligus kepercayaan diri atas
potensi dan kemampuan handal yang mereka miliki. Dengan sikap mental ini, para
santri mampu meningkatkan kreativitas yang selama ini terpendam. Sebagai contoh
praktis adalah kegiatan khithabah, berlatih pidato di depan banyak orang. Bagi
mereka yang mengaku belum bisa dan berkeinginan untuk mempunyai kemampuan orasi
verbal, maka mereka tidak segan-segan berlatih keras, meski hal ini membutuhkan
sikap mental kepercayaan diri yang kuat. Sebaliknya, mereka yang tidak mau
mengakui kekurangannya dan memliki sikap mental negatif, dalam artian takut
memulai, maka selamanya mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu untuk kebaikan
dirinya. Dari itulah, sikap kepercayaan diri merupakan salah satu karakter yang
dibentuk oleh pondok ini. Harapannya, dengan hal ini, para santri meledakkan
kapabilitasnya.
Indikasi lain yang bisa digunakan
sebagai parameter keberhasilan pen-didikan karakter adalah mematuhi
aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Kebiasaan
mematuhi aturan dan tata tertib telah ditanamkan pada santri sejak mereka mulai
masuk ke Ma’had. Dalam aturan itu, terdapat kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi. Larangan-larangan pun juga tertulis secara jelas, sehingga hal ini
juga harus dijauhi, jangan sampai dilanggar. Berikutnya adalah sanksi-sanksi
atas pelanggaran yang dilakukan oleh santri. Sebab, peraturan tanpa sanksi
dianggap efek-tivitasnya sangat lemah.
Kesadaran atas wujud aturan ini,
sebenarnya, adalah sebagai usaha untuk memayungi kepentingan pondok dalam rangka
mengemban tanggung jawabnya sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan mulia.
Aturan ini dibuat bukan semata-mata membatasi kemerdekaan santri, lebih pada
usaha untuk melindungi kepentingan bersama serta mewujudkan ketenteraman
bersama sehingga tujuan dan cita-cita santri bisa digapai secara maksimal. Bagi
mahasantri di MSAA ini, peraturan santri merupakan “panglima” untuk menciptakan
keteraturan dan kedisiplinan seluruh mahasantri. Meski demikian, banyak juga
mahsantri yang berpikirnya melewati batas-batas aturan normatif yang ada.
Artinya mereka sudah memiliki kesadaran tinggi serta menghayati dan mendalami
budaya-budaya pesantren yang selalu hidup mengiringi aktivitasnya. Menurut
mereka, aturan semacam ini hanya-lah pantas diperuntukkan bagi mereka yang hati
nuraninya belum bisa mengendalikan perilakunya. Dengan kesadaran seperti ini,
akan memuncul-kan pentingnya makna substantif atas aturan normatif yang dibuat
oleh mereka yang berwenang dalam batas pergaulan yang lebih luas.
Sedangkan
yang tidak kalah pentingnya, dalam rangka kesuksesan pen-didikan karakter dalam
perpaduan ma’had dan kampus adalah aktivitas pokok yang menjadi pilar utama
kesuksesan mahasiswa yaitu pelembagaan tata tertib mahasantri dalam bentuk
peraturan Ma’had yang ditandatangani oleh pengasuh. Karena secara teoritis,
sebaik apapun perencanaan Ma’had untuk mencapai tujuannya tidak akan terlalu
berpengaruh bila tidak didampingi The Rule of The Game, aturan main yang jelas
dan kuat. Jelas berarti mampu difahami dan dilaksana-kan santri, sedangkan kuat
berarti berasal dari pihak yang sangat disegani oleh para santri. Oleh sebab
itulah, di MSAA UIN MALIKI ini, seluruh agenda dan jadwal kegiatan yang
tersusun secara sistematis dan terencana di topang dengan peraturan mahasantri
yang langsung ditandatangani oleh pengasuh.
c.
Keunggulan
dan Kompetensi MSAA dalam Pendidikan Karakter dan perkembangan IPTEK Mahasiswa:
1.
Mampu
berinteraksi dengan al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan
spiritual (SQ), jiwa dan tanggungjawab kepemimpinan, karakter dan kepribadian
Islami.
2.
Mampu
Berbahasa internasional (Arab dan Inggris) di samping bahasa nasional yang baik
dan benar, sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan
intelektual (IQ), interpersonal dan emosional (EQ)
3.
Menguasai
sains dan teknologi khususnya Information and Communication Technology (ICT),
seni, broadcasting (TV & Radio) dan jurnalistik
4.
Memiliki
Kemampuan Manajemen Kewirausahaan (Khususnya dalam hukum bisnis syariah dan
manajemen) baik teori maupun terapan sebagai bekal pengembangan aspek kecerdaan
intelektual (IQ) dan emosional (EQ) untuk menjalani kehidupan anak didik yang
mandiri di masa depan
5.
Memiliki
kebiasaan (habit) untuk melakukan penelitian (research) dalam kehidupan
sehari-hari, tidak hanya terbatas tugas sekolah, sebagai dasar pengembangan
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.
6.
Melahirkan
kembali anak didik yang shalih dengan seluruh dimensi keshalihan sesuai
perspektif Islam
7.
Membentuk
generasi Qur`ani dambaan ummat, yang berpengetahuan, berwawasan dan bervisi
internasional, berkepribadian dan berperadaban Islami.
8.
Turut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan yang
berorientasi pada nilai-nilai bermutu tinggi khususnya dalam sistem Islam.
9.
Mempersiapkan
generasi yang terampil dan siap hidup terutama dalam memasuki persaingan ketat
di masa depan khususnya dalam kehidupan internasional yang semakin mengglobal,
dengan berbekal kemampuan menjadi:
1.
Seorang
pembelajar (to be a learner)
2.
Seorang
wirausahawan yang mandiri (to be an entrepreneur)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan jalan utama
yang diupayakan oleh berbagai Negara agar dapat dipakai sebagai lahan
pengolahan manusia untuk menghasilkan manusia yang unggul. Maka Sekolah
Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka
dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control
yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama.
Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang
cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan
manaklukkan dunia ini.
Mampu berinteraksi dengan al-Qur’an
dan Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan spiritual (SQ), jiwa dan tanggungjawab
kepemimpinan, karakter dan kepribadian Islami.Mampu Berbahasa internasional
(Arab dan Inggris) di samping bahasa nasional yang baik dan benar, sebagai alat
komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan intelektual (IQ),
interpersonal dan emosional (EQ).Menguasai sains dan teknologi khususnya
Information and Communication Technology (ICT), seni, broadcasting (TV &
Radio) dan jurnalistik.
Di sekolah berasrama anak dituntut
untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka
tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk
bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar
berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai
cita-cita tersebut.
B.
SARAN
Pendidikan
yang semakin maju manusia dituntut untuk mengelola alam dengan sebaik-baiknya.
Mahasiswa sebagai penerus estafet perjuangan harus mampu menghadapi tangtangan
masa depan yang lebih baik. melalui karakter yang baik maka moral bangsa ini
lebih baik. sehingga tercipta lingkungan yang baik, tentram, dan damai. Maka
sebagai pengembang pendidikan untuk terus mengupayakan pelayanan yang terbaik
kepada seluruh komponen masyarakat demi tercapainya kehidupan yang lebih baik.
Posting Komentar