PENGARUH PERPADUAN ANTARA MA’HAD SUNAN AMPEL AL-ALI (MSAA) DAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA

Kamis, 07 April 20160 komentar


MAKALAH



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/04/pengaruh-perpaduan-antara-mahad-sunan.html


Oleh :
MISBAHUDDIN
NIM : 14110185


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah Bahasa Indonesia yang membahas “Pengaruh Perpaduan Antara Ma’had Sunan Ampel Al-Ali (Msaa) dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa”.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1.      Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat.
2.      Orang tua penulis yang telah memberi do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
3.      Bapak Dra. Hj. Siti Annijat Mainmunah, M.Pd selaku guru pembimbing matakuliah Media Pembelajaran Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam proses belajar mengajar hingga tersusunnya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kami dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Malang, 5 Desember 2014


Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ini mengakibatkan perubahan pada berbagai fakor kehidupan, yang pada akhirnya berimbas pada kebutuhan pendidikan alternatif bagi masyarakat yang mampu memberikan solusi akan kecemasan dari dampak – dampak buruk yang terjadi, yakni ketidakseimbangan antara ilmu duniawi dan ukhrawi. Masyarakat memerlukan lembaga pendidikan yang layak serta mampu mencetak lulusan yang berkualitas dan seimbang antara ilmu  duniawi dan ukhrawi.
Disisi lain, globalisasi dunia yang tengah berlangsung, membuat seluruh negera membuka diri seluas-luasnya. Dengan canggihnya system informasi dan teknologi, interaksi antar bangsa satu dengan bangsa-bangsa lain di dunia semakin intensif dan nyata. Baik interaksi fisik, budaya maupun konsep-konsep pemikiran. Hal ini berakibat semakin mudahnya budaya asing dengan segala pengaruhnya masuk ke negeri kita tercinta ini. Di satu sisi pengaruh positip sangat kita harapkan, namun pada sisi lain ada pengaruh negatif yang ikut mempengaruhi pada arus budaya tersebut. Dan celakanya, pengaruh negatif tersebut sering lebih menarik untuk ditiru dan diserap oleh masyarakat kita. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan akidah dan akhlak, terutama anak-anak dan remaja generasi harapan kita.
      Untuk mengantisapi kecenderungan negatif tersebut, perlu dicari solusi alternatif pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai Islam sedini mungkin dan mempunyai karakteristik: kesatuan yang utuh antara peranan orang tua, sekolah dan masyarakat; memiliki materi pembelajaran yang integrative antara ilmu dan agama, dan ilmu umum (science) serta teknologi; adanya pengembangan kemampuan manusia yang menyeluruh meliputi aspek intelektual, spiritual dan ketrampilan; metodologi dan pendekatan yang integrated  bukan hanya sekedar tranfer ilmu semata tetapi juga tranfer nilai (berupa uswah) serta kerangka pengetahuan ilmu. Dengan karakteristik tersebut tercapailah tujuan yang dinginkan yaitu menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, yang menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang harus tunduk kepada al Kholiknya. Sehingga terbentuk muslim yang memiliki kepribadian Imtaq dan Iptek.
 Oleh karena itu  ada tawaran untuk menjawab kegelisahan masyarakat, yaitu kolaborasi pendidikan formal dan boarding school. Upaya untuk mengawinkan pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu dunia (umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai muncul banyak Boarding School yang didirikan.
Kehadiran Boarding School telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja, sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik. Maka, Boarding School adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makananya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya yang sempurna. Selain itu, polusi social yang sekarang ini melanda lingkungan kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, narkoba, tauran pelajar, pengaruh media, dll ikut mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di boarding School.
Makalah ini akan menguraikan mengenai karateristik  kolaborasi pendidikan formal dan boarding school yang meliputi pengertian boarding school, jenis – jenisboarding school dan Pengembangan pendidikan islam dan boarding school.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam materi ini terdapat beberapa kajian permasalahan yang bisa ditarik ke dalam sebuah pertanyaan untuk mempermudah pembahasan lebih lanjut yang diantaranya adalah :
1.      Apa pengertian dan ma’had?
2.      Bagaimana bentuk pembelajaran yang ada di ma’had?
3.      Bagaimana keterkaitan pemebelajaran di ma’had dengan di universitas?
4.      Bagaimana pengaruh program ma’had terhadap pencapaian jurusan yang diambil mahasiswa di universitas?
5.      Bagaimana pengaruh perpaduan program ma’had dengan universitas dalam pendidikan karakter mahasiswa?
C.    TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan secara detail tentang yang sebenarnya dirasakan oleh mahasiswa uin maliki malang pada saat menjalani program ma’had ataupun setelah keluar dari ma’had. Diantara tujuan penjelasan itu antara lain :
1.      Memberikan penjelasan kepada segenap pembaca tentang program ma’had yang diselenggarakan oleh UIN MALIKI MALANG.
2.      Memebrikan informasi secara detail program pembelajaran yang ada di ma’had.
3.      Menyajikan berbagai pengaruh yang diperoleh mahasiswa terhadap jurusan yang diambil di universitas.
4.      Memberikan informasi mengenai dampak yang diperoleh mahasiswa terhadap pendidikan karakter.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN MA’HAD (boarding school)
Ada dua fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah), dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan Boarding School. Nama lain dariBoarding School adalah sekolah berasrama.
Sesungguhnya term Boarding School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Karena sejak lama lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang di beri nama “pondok pesantren”. Pondok pesantren ini adalah awal mula dari adanya Boarding School di Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang boarding school diantaranya adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok pesantren atau Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya.Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) lebih dikenal di indonesia dengan nama pondok pesamtren.
Adapun secara umum, arti dari Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) sebagaimana tertulis dari Word net bag.30[2] adalah a private school where students are lodged and fed as well as taught, artinya adalah: “sebuah sekolah swasta dimana siswa diasramakan, di beri makan serta diberi pelajaran”.
Menurut Oxford dictionary Pendidikan kepesantrenan (Boarding Schoolis school where some or all pupil live during the term. Artinya adalah: Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mana sebagaian atau seluruh siswa nya belajar dan tinggal bersama selama kegiatan pemebelajaran).
Selain itu Pendidikan kepesantrenan (Boarding School) juga didefinisikan: is a school where some or all pupils study and live during the school year with their fellow students and possibly teachers and/or administrators. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and board," i.e., lodging and meals. Some Boarding Schools also have day students who attend the institution by day and return off-campus to their families in the evenings
Artinya adalah: “Sebuah pesantren adalah sekolah di mana beberapa atau semua muridnya belajar dan hidup selama tahun ajaran dengan sesama siswa, guru, dan administrator. Kata 'Asrama' ini diartikan sebagai "tempat tidur dan papan," yaitu, penginapan dan makanan. Beberapa sekolah asrama juga memiliki siswa harian, artinya menghadiri lembaga siang hari dan kembali kepada keluarga mereka di malam hari”.  
Banyak  petualangan  dalam kegiatan berasrama karena berada dalam lembaga pendidikan memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya di kampus. Ada beberapa beberapa program yang menjadi kegiatan rutin ma’had sunan ampel al-aly universitas islam negeri maulana malik ibrahim antara lain :
1.       Program Pendidikan berbasis quran dan hadits
Sebagai peserta didik yang bergelar mahasantri sudah tidak asing lagi untuk belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan dalam perspektif al-quran dan hadits. Di ma’had sunan ampel al-ali mempunyai banyak kajian-kajian kitab tentang hidup sosial dan beragama yang semua itu tidak lepas dari teori-teori yang sudah termaktub dalam al-quran dan hadist. Salah satu contohnya adalah kitab tadzhib dan qomiut tughyan yang mengajarkan bagaimana kita beribadah, beraqidah dan bagaimana kita berinteraksi. Kitab ini dipelajari masing-masing satu kali dalam seminggu dengan durasi satu jam antara jam 06.00 sampai dengan 07.00. Walaupun waktu yang ada sangat terbatas tapi hal ini mengajarkan mahasantri untuk selalau disiplin dalam beraktivitas. Waktu satu jam juga memberikan pelajaran yang berarti untuk bekal hidup di dunia dan di akhirat sehingga mahasantri tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bermutholaah.
2.      Program bilingual bahasa
Mengetahui banyak bahasa bukan merupakan suatu yang mudah. Bahasa adalah komunikasi keseharian dengan lingkungan tempat kita berinterakasi. Sehingga guru terbaik dalam mengajarkan bahasa adalah lingkungan dan praktek. Bilingual bahasa yang diprogramkan di MSAA adalah bahasa inggris dan bahasa arab. Alasan utama menggunakan bahasa internasional yaitu untuk mengembangkan pola pikir yang global sehingga tidak hanya menjadi budak dari perkembangan iptek. Pembelajaran bahasa terbagi dalam dua even yaitu satu minggu bahasa arab dan satu minggu bahasa inggris secara bergantian. Melalui pembelajaran berbasis praktek langsung berbicara secara out class (di luar ruangan) merupakan solusi terbaik untuk mengingat kosakata yang telah dihafal sekaligus tambah kaya karena berkaitan langsung dengan benda-benda yang ada di lapangan.
3.      Program pengembangan muhadharah
Muhadharah merupakan program dibidang kecakapan berkomonikasi di depan publik. Seorang public speaking mempunyai tugas kepada para pendengarnya yaitu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti dan tidak membosankan untuk terus diikuti. Salah satu cara dari hal itu yaitu dengan membiasakan diri melawan rasa takut dan membiasakan berani di lingkungan kecil terlbih dahulu. Seperti halnya yang ada di MSAA program ini hanya diprogramkan pada setiap lantai disetiap mabna masing-masing dengan tujuan mahasantri tidak begitu takut untuk berbicara baik sebagai MC, qiroah, khitobah, dan penampilan-penampilan lain. Dengan kebiasaan dilingkungan kecil yang terus menerus maka imbasnya sedikit demi sedikit rasa takut itu hilang sehingga akhirnya mampu menjadi da’i di depan ribuan audiens.
4.       Program seni religius
Seni religus yang dimaksud disini lebih kepada seni rabana al-banjari. Al-banjari merupakan tradisi yang didalamnya terdapat lantunan musik dan sholawat atau nasyid. Tradisi ini tentu menjadi kebutuhan masyarakat karena dari segi fungsi dan tujuan sangat bermanfaat. MSAA memberikan peluang sebesar-besarnya kepada seluruh mahasantri untuk belajar memukul rabana atau mengembangkan vokal dalam kegiatan al-banjari.
C.    KETERKAITAN MA’HAD DENGAN UNIVERSITAS
Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School dirancang dengan paradigma, konsep dan sistem pendidikan yang berorientasi pada pembentukan empat karakteristik unggulan:
1.         Islami, dengan seluruh karakteristiknya sebagai agama rabbani (bersumber dan berorientasi kepada Allah-Tuhan alam semesta), universal, integral, seimbang, permanen dan fleksibel, serta realistik dan manusiawi.
2.         Terpadu, baik dalam sistem pembelajaran maupun kurikulumnya. Keterpaduan (Integration) ini diperlukan untuk menghilangkan dikotomi antara Islam dan kehidupan, kepentingan ukhrawi dan duniawi, termasuk dalam memahami dan menghargai kemampuan anak didik khususnya dalam aspek kecerdasan.
3.         Unggul, dengan bekal kompetensi, kemampuan, dan keterampilan hidup (life skills) yang diperlukan dan sangat konpetitif, sehingga siap bersaing dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depan.
4.         Internasional, dengan kompetensi dan wawasan internasional sebagai antisipasi memasuki persaingan global khususnya dalam meraih peluang melanjutkan di Universitas Internasional, baik sebagai seorang muslim, da’i, maupun sebagai seorang profesional dan pemimpin masa depan.
D.    PENGARUH MA’HAD TERHADAP JURUSAN DI UNIVERSITAS
Dalam pembahasan mengenai pengaruh kegiatan-kegiatan yang ada di ma’had terhadap jurusan yang diambil di universitas mempunyai dua dampak positif dan dampak negatif dengan penjelasan sebagai berikut :
1.                  Dampak positif
Pengaruh positif kegiatan ma’had yang dapat diterima oleh mahasiswa terhadap jurusan yang diemban di uin maliki malang antara lain :
a.              Mempunyai banyak perspektif dalam meneliti, mengkaji, dan beropini melalui pendekatan al-quran, hadits, tafsir dan lain-lain
b.              Jarak antarteman sangat dekat untuk belajar kelompok
c.               Dapat mengembangkan program studi yang diambil melalui relasi dengan mahasantri lain di ma’had
d.              Tidak kekurangan bahan materi perkuliahan dengan memanfaatkan teman kamar atau teman sebelah kamar untuk dijadikan bahan referensi.
2.                  Dampak negatif
Adapun dampak negatif yang dapat terjadi pada mahasiswa adalah sebagai berikut:
a.         Terjadinya kejenuhan disebabkan banyaknya kegiatan ma’had yang tidak disukai dari setiap mahasiswa.
b.         Kurangnya kemandirian disebabkan selalu menggantungkan kepada teman-teman disekitar.
c.          Sedikit waktu untuk mengaplikasikan pembelajaran kuliah ke lingkungan sekitar karena adanya larangan keluar dan tidak boleh membawa sepeda motor.
d.         Selalu beralasan kegiatan ma’had jika mempunyai kesalahan di lingkungan kampus.

E.     PENGARUH MA’HAD TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA
Sebelum membahas secara lebih luasuh ma’had terhadap pendidikan karakter mahasiswa akan lebih baik jika kita mulai dari definisi pendidikan karakter.
a.    Pendidikan Karakter
Secara harfiah, karakter berarti kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasinya. Dalam pandangan Doni Koesoema karakter di-asosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang me-nekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Di sini karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap seba-gai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misal-nya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawan seseorang sejak lahir.
Menurut Tadzkirotun Musfiroh karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampil-an (skills) Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahsa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai ke-baikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan berperilaku jelek dikatakan sebagai orang yang ber-karakter jelek. Sebaliknya orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia.Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksnakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Mahaesa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insān kāmil.
b.      Faktor yang Mendukung Keberhasilan Pendidikan Karakter Mahasiswa
Memperhatikan gambaran program ma’had, sebagaimana yang telah terpapar di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembentukan karakter pada santri akan berimbas kepada budaya yang muncul di tengah-tengah komunitasnya. Karakter positif yang ada di Ma’had melahirkan budaya-budaya yang sangat dibutuhkan bagi upaya peningkatan peran mahasiswa di tengah-tengah pergaulan sosialnya. Di-samping itu pula, budaya-budaya agung seperti budaya kejujuran, budaya disiplin, budaya kreatif dan mandiri, budaya bersih serta budaya peduli terhadap lingkungan justru memperkuat internalisasi karakter pada santri yang sudah terbentuk sebelumnya. Dari itu, sebenarnya kalau melihat hubungan antara karakter personal dengan budaya yang tercipta, bagaikan dua hal yang saling menunjang dan memperkuat karakter itu sendiri. Dengan begitu, membangun karakter santri secara otomatis menciptakan budaya yang sangat dibutuhkan oleh komunitas itu sendiri. Dalam waktu bersamaan juga, terciptanya budaya turut pula menebalkan karakter yang terpancang dalam ranah mental santri sehingga ini menjadi ukuran-ukuran moral dalam melakukan tindakannya.
Kondisi ini benar-benar terwujud baik di Pesantren Ma’had putera ataupun Ma’had puteri. Kemudian, untuk menilai sejauh mana pendidikan karakter yang terjadi pada mahasiswa setelah keluar dari ma’had bisa dinukilkan secara deskriptif mengenai indikator-indikator yang menyertainya. Di MSAA ini, para santri terbiasa untuk melaksanakan ajaran agamanya secara benar dan sempurna. Sehari semalam, waktu mereka atur sedemikian rupa yang semuanya dihiasi dengan nilai-ibadah kepada Allah SWT. Tentu hal ini tidak sekedar ibadah yang wajib saja, ibadah sunnah pun juga mengisi waktun-waktuya. Ini bisa kita perhatikan dari aktivitas yang sudah terjadwal ataupun yang mereka inisiatifkan sendiri.
Tidak itu saja, dalam diri mereka, para santri juga mempunyai ke-sadaran tinggi untuk melakukan muhāsabah diri. Muhāsabah ini tidak ter-batas pada koreksi atas perbuatan mereka yang berakibat dosa dan pahala, tetapi juga pada persoalan-persoalan pengembangan diri dalam rangka hidup dan bergaul di tengah komunitas sosial Ma’had. Untuk bisa diterima oleh lingkungannya, mereka secara jujur melakukan introspeksi atas kekurangan dan kelebihan yang mereka milik. Kekurangan yang mereka miliki diupaya- kan perbaikannya, sebaliknya, kelebihan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dan diaktualisasikan demi manfaat tidak hanya diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Maka dari itu, di MSAA ini, menghormati teman sebagai salah satu etika dan sikap yang harus dijunjung tinggi. Sebab teman adalah mitra dialog dan diskusi dalam rangka meningkatkan interaksi yang efektif diantara mereka. Itu artinya, diantara mereka harus ada keterbukaan dan kejujuran, bukan saling membohongi. Dengan begitu, upaya peningkatan kualitas diri atas dasar pertemanan, ukhuwah, bisa tercipta secara efektif dan efisien.Upaya di atas sangat membutuhkan sikap mental kepercayaan diri yang kuat.
Kepercayaan diri atas ketidakmampuan atau kekurangannya, sekaligus kepercayaan diri atas potensi dan kemampuan handal yang mereka miliki. Dengan sikap mental ini, para santri mampu meningkatkan kreativitas yang selama ini terpendam. Sebagai contoh praktis adalah kegiatan khithabah, berlatih pidato di depan banyak orang. Bagi mereka yang mengaku belum bisa dan berkeinginan untuk mempunyai kemampuan orasi verbal, maka mereka tidak segan-segan berlatih keras, meski hal ini membutuhkan sikap mental kepercayaan diri yang kuat. Sebaliknya, mereka yang tidak mau mengakui kekurangannya dan memliki sikap mental negatif, dalam artian takut memulai, maka selamanya mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu untuk kebaikan dirinya. Dari itulah, sikap kepercayaan diri merupakan salah satu karakter yang dibentuk oleh pondok ini. Harapannya, dengan hal ini, para santri meledakkan kapabilitasnya.
Indikasi lain yang bisa digunakan sebagai parameter keberhasilan pen-didikan karakter adalah mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Kebiasaan mematuhi aturan dan tata tertib telah ditanamkan pada santri sejak mereka mulai masuk ke Ma’had. Dalam aturan itu, terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Larangan-larangan pun juga tertulis secara jelas, sehingga hal ini juga harus dijauhi, jangan sampai dilanggar. Berikutnya adalah sanksi-sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh santri. Sebab, peraturan tanpa sanksi dianggap efek-tivitasnya sangat lemah.
Kesadaran atas wujud aturan ini, sebenarnya, adalah sebagai usaha untuk memayungi kepentingan pondok dalam rangka mengemban tanggung jawabnya sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan mulia. Aturan ini dibuat bukan semata-mata membatasi kemerdekaan santri, lebih pada usaha untuk melindungi kepentingan bersama serta mewujudkan ketenteraman bersama sehingga tujuan dan cita-cita santri bisa digapai secara maksimal. Bagi mahasantri di MSAA ini, peraturan santri merupakan “panglima” untuk menciptakan keteraturan dan kedisiplinan seluruh mahasantri. Meski demikian, banyak juga mahsantri yang berpikirnya melewati batas-batas aturan normatif yang ada. Artinya mereka sudah memiliki kesadaran tinggi serta menghayati dan mendalami budaya-budaya pesantren yang selalu hidup mengiringi aktivitasnya. Menurut mereka, aturan semacam ini hanya-lah pantas diperuntukkan bagi mereka yang hati nuraninya belum bisa mengendalikan perilakunya. Dengan kesadaran seperti ini, akan memuncul-kan pentingnya makna substantif atas aturan normatif yang dibuat oleh mereka yang berwenang dalam batas pergaulan yang lebih luas.
Sedangkan yang tidak kalah pentingnya, dalam rangka kesuksesan pen-didikan karakter dalam perpaduan ma’had dan kampus adalah aktivitas pokok yang menjadi pilar utama kesuksesan mahasiswa yaitu pelembagaan tata tertib mahasantri dalam bentuk peraturan Ma’had yang ditandatangani oleh pengasuh. Karena secara teoritis, sebaik apapun perencanaan Ma’had untuk mencapai tujuannya tidak akan terlalu berpengaruh bila tidak didampingi The Rule of The Game, aturan main yang jelas dan kuat. Jelas berarti mampu difahami dan dilaksana-kan santri, sedangkan kuat berarti berasal dari pihak yang sangat disegani oleh para santri. Oleh sebab itulah, di MSAA UIN MALIKI ini, seluruh agenda dan jadwal kegiatan yang tersusun secara sistematis dan terencana di topang dengan peraturan mahasantri yang langsung ditandatangani oleh pengasuh.
c.       Keunggulan dan Kompetensi MSAA dalam Pendidikan Karakter dan perkembangan IPTEK Mahasiswa:
1.       Mampu berinteraksi dengan al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan spiritual (SQ), jiwa dan tanggungjawab kepemimpinan, karakter dan kepribadian Islami.
2.       Mampu Berbahasa internasional (Arab dan Inggris) di samping bahasa nasional yang baik dan benar, sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan intelektual (IQ), interpersonal dan emosional (EQ)
3.       Menguasai sains dan teknologi khususnya Information and Communication Technology (ICT), seni, broadcasting (TV & Radio) dan jurnalistik
4.       Memiliki Kemampuan Manajemen Kewirausahaan (Khususnya dalam hukum bisnis syariah dan manajemen) baik teori maupun terapan sebagai bekal pengembangan aspek kecerdaan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) untuk menjalani kehidupan anak didik yang mandiri di masa depan
5.       Memiliki kebiasaan (habit) untuk melakukan penelitian (research) dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas tugas sekolah, sebagai dasar pengembangan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.
6.       Melahirkan kembali anak didik yang shalih dengan seluruh dimensi keshalihan sesuai perspektif Islam
7.       Membentuk generasi Qur`ani dambaan ummat, yang berpengetahuan, berwawasan dan bervisi internasional, berkepribadian dan berperadaban Islami.
8.       Turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai bermutu tinggi khususnya dalam sistem Islam.
9.       Mempersiapkan generasi yang terampil dan siap hidup terutama dalam memasuki persaingan ketat di masa depan khususnya dalam kehidupan internasional yang semakin mengglobal, dengan berbekal kemampuan menjadi:
1.              Seorang pembelajar (to be a learner)
2.              Seorang wirausahawan yang mandiri (to be an entrepreneur)
3.              Seorang pemimpin mulai dari lingkungannya (to be a leader).














































BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan merupakan jalan utama yang diupayakan oleh berbagai Negara agar dapat dipakai sebagai lahan pengolahan manusia untuk menghasilkan manusia yang unggul. Maka Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukkan dunia ini.
Mampu berinteraksi dengan al-Qur’an dan Sunnah, sebagai dasar pembentukan kecerdasan spiritual (SQ), jiwa dan tanggungjawab kepemimpinan, karakter dan kepribadian Islami.Mampu Berbahasa internasional (Arab dan Inggris) di samping bahasa nasional yang baik dan benar, sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial penunjang kecerdasan intelektual (IQ), interpersonal dan emosional (EQ).Menguasai sains dan teknologi khususnya Information and Communication Technology (ICT), seni, broadcasting (TV & Radio) dan jurnalistik.
Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.

B.     SARAN

Pendidikan yang semakin maju manusia dituntut untuk mengelola alam dengan sebaik-baiknya. Mahasiswa sebagai penerus estafet perjuangan harus mampu menghadapi tangtangan masa depan yang lebih baik. melalui karakter yang baik maka moral bangsa ini lebih baik. sehingga tercipta lingkungan yang baik, tentram, dan damai. Maka sebagai pengembang pendidikan untuk terus mengupayakan pelayanan yang terbaik kepada seluruh komponen masyarakat demi tercapainya kehidupan yang lebih baik.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger