ONE BIGFAMILY OF TABALWAR IN BENGKUNG - Hari itu
adalah hari terahir kita menjalani
perkuliahan semester III. Sebelum kita berpisah dalam satu bulan lebih tujuh hari,
maka kami keluarga ICP PAI 2014 yang biasa disebut tabalwar menulis sejarah
indah bersama di Pantai Balekambang sambil berbagi bersama adik-adik panti
asuhan di Gondang Legi. Liburan panjang yang indah dan penuh makna inspirasi
memberikan gairah semangat kuliah untuk mengawali perkuliahan di semester IV. Hari
demi hari group WA of tabalwar menemani proses libur yang tak pernah sepi
dengan salam senyum penuh semangat dari kita keluarga besar fahslud dauli.
Satu bulan
kemudian tibalah hari dimana kita tak kuasa menahan tangis rindu untuk bersatu
dalam pelukan “peluuuk tabalwar”. Satu februari sebagai moment awal untuk start
belajar di semester IV. Senin berlalu berganti selasa, selasa berlalu berganti
rabu dan begitulah seterusnya. Taaruf dengan para dosen baru menorehkan tinta
semangat baru dalam jejak perkuliahan selama empat bulan ke depan. Tugas-tugas
sudah mulai terdaftar rapi dalam catatan kertas kecil kita. Hati mulai
bergembira disambut para tugas kuliah yang seakan mengunci memori untuk fokus
pada sebuah retorika target sukses belajar semester IV.
Sebuah awal
yang baik dalam mengawali semester yang terangkum dalam 24 sks itu kita member
of tabalwar berinisiatif menulis jejak kebersamaan keluarga tabalwar di pantai
batu bengkung. Rencana yang terangkum dalam rapat di bu jagung itu membuahkan
hasil untuk camping together di pantai yang desir ombaknya menuai dahaga rindu
dan mutiara yaitu pantai Batu Bengkung. Catatan yang tersurat dalam rihlah ini
memberikan makna filosofis akan kebersamaan yang sudah mulai bangkit.
Tepat hari
jumat sebagai hari sayyidul ayyam rintik-rintik hujan membasahi bumi kampus
yang berjulukan ulul albab. Rasa resah gelisah termindset dalam pikiran kita,
masihkah kita akan berangkat menuju tenda kebersamaan di tepi pantai, ataukah
hanya tinggal rencana belaka. Sebuah kalimat indah terkirim dalam WA of
Tabalwar “apapun yang terjadi, kita tetap berangkat, dengan hujan perjalanan
kita akan berarti, dan dengan angin perjalanan kita akan bermakna, angin dan
hujan adalah sahabat sejati layaknya kita satu keluarga di ICP”. Kalimat ini membuat kita bersikeras dengan
bergegas menuju irasojrem tempat biasa kita berkumpul.
Satu mobil cokelat
sudah tiba di sebelah masjid putih Insan Karim. Para member satu persatupun
mulai tampak wajah gembira untuk mengikrarkan perjalanan kebersamaan kita. Setelah
sebagian berkumpul dalam satu pelukan tabalwar, kita pun menyusul mobil yang
satunya yang telah dua jam menanti di sebelah masjid at-Tarbiyah.
Adzan asarpun
berkumandang di masjid kebanggaan UIN MALIKI diiringi lagu-lagu indah yang
bernada rintik-rintik hujan yang semakin deras, sejenak kita membasuh muka
untuk menghadap sang ilahi dalam presensi shalat asar. Beberapa menit kemudian
kita semua sudah pada siap untuk chek it out dengan dua mobil sejati warna
hitam dan cokelat. Dengan berucap bismillah kita pun berangkat menuju pertapaan
di tepi pantai Batu Bengkung. Perjalanan adalah perjuangan, dan perjuangan
adalah proses, dan setiap proses terdapat hikmah dan pelajaran, terdapat ujian
dan tantangan, terdapat kemudahan dan kesulitan.
Tamasya yang
membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam dalam jarak 90 Km itu kita lewati
dengan penuh aral dan rintangan. Hujan deras yang membasahi jalanan membuat
mobil seakan menghalangi langkah kita untuk sampai pada tenda kebersamaan
dengan berbantal ombak dan berselimut angin. Kita selalu ingat pada pepatah “berakit-rakit
dahulu berenang-renang kemudian”. Di pertengahan malam yang sepi dan hening, di
sebuah jalan menanjak dan berbelok, satu dari mobil kita yang berwarna hitam tiba-tiba terdengar suara pintu mobil belakang
terbuka tanpa ada yang membuka, sehingga mengakibatkan sebagian barang bawaan
kita terjatuh. Namun, kejadian ini memberikan kesan inspirasi pada kita untuk
tetap berhati-hati dan berwaspada.
Jalanan itu
semakin menanjak dan kita seakan-akan ada di puncak dengan ketinggian kurang
lebih 500 km diatas permukaan laut. Kabut
asap sangat mengganggu perjalanan malam kita, dalam jarak pandang kurang lebih
dua kilometer, dengan belokan tajam berliku-liku, kita sangat berhati-hati. Shalawat
ala syekhermania pun dengan serempak dan kompak terlantunkan dalam mobil. Demi sebuah keselamatan bersama, bisa tiba dan
kembali lagi dengan sehat dan selamat.
Tidak lama
kemudian perjalanan kita tiba disebuah jalan lumpur yang menantang untuk terus
bersemangat menuju sebuah kebersamaan dalam sebuah tenda kebahagian. Rintangan-rintangan
itu kita lewati dengan disertai doa dan shalawat sehingga akhirnya dengan
berucap alhamdulillah pada jam 10.00 kita tiba di pesisir impian yaitu pantai
Batu Bengkung. Dengan semangat yang bergelora, dan torehan impian yang
tertuang, kita bangun tenda dengan semangat gotong royong. Satu sama lain bahu
membahu, wujud sukarela ini adalah warisan kita yang berasal dari berbagai
daerah yang bertempat di sebuah desa-desa kecil Indonesia.
Dengan kekompakan
yang luar bisa dari member of Tabalwar dua tenda selesai dengan waktu kurang
lebih 15 menit. Rasanya raga ini perlu disegarkan kembali dengan shalat maghrib
dan isya. Sebagai wujud pengabdian seorang hamba kepada Allah robbul alamin. Dengan
bergantian ada yang menjaga tenda dan juga ada yang shalat terlebih dahulu. Setelah
dalam waktu yang tidak lama lagi, kita semua berada dalam satu lingkaran
diantara dua tenda. Ditemani bunga api berwarna keemasan menjadikan pandangan
kita dalam satu kekuatan. Sambil makan malam bersama, kita bergembira dengan
serbuan asap-asap tak berdosa.
Perutpun pun
kenyang, hatipun senang. Saatnya kita bergembira bersama dalam untaian musik
bahagia, ditemani jagung bakar keharmonisan, dan ketela kesejahteraan. Penulis pun
menuai mimpi imajinasi diluar logika malaikat dengan lelap di gazebo,
angin-angin malam dengan bahagia menyelimuti canda tawa kesunyian. Bunyi-bunyi
hentakan ombak dengan batunya yang membekung menjadi alunan musik yang
terdengar indah.
Tak terasa
waktu mulai pagi, setelah dari jam ke menit dan kemudian berubah ke detik waktu
itu pun terasa begitu cepat. Kita pun dipanggil nurani untuk shalat subuh
menghadap sang kuasa pemilik alam semesta Allah SWT. Tak lama kemudian fajar
mulai tersenyum menyapa kita “hai tabalwar bagaiamana kabar kalian disini,
senang tidak..? Kita pun menjawab melalui foto bersama dengan melompat bersama
berpelukan bersama dalam balas senyum bahagia kepada sang surya.
Dalam jejak
waktu yang penuh sejarah untuk trip and advanture maka kita menuju sebuah
pantai batu leppek disebelah bukit dari tenda kita. Dengan melewati jalan menanjak
dan menurun, ada lumpur dan juga ada karang, dalam satu tarikan nafas
kebersamaan, di perjalanan ini kita penuh solidaritas tinggi satu sama lain. Kepalan
tangan tabalwar dari yang lain membantu tangan tabalwar yang takut dan khawatir
dalam mendaki jalan yang sangat licin itu. tangan tabalwar menjadi barisan
dalam satu perjuangan, kalian memang saudara yang tidak hanya seiman, tapi
saudara dalam satu impian dan perjuangan.
Perjalanan yang
penuh solidaritas ini mengajarkan kita untuk kuat dalam segala hal, dan berani
dalam menghadapi mindset-mindset yang membuat kita terkubur oleh mintal
ketidakbisaan. Bahwa pada hakikatnya kita adalah bisa. Pengalaman yang penuh
humanistik ini menjadi satu-satunya moment catatan cerita kita di keluarga
tabalwar.
Proses pendakian
bukit yang menantang kita itu membuahkan hasil sempurna sehingga akhirnya kita
bersama dalam satu tongsis kamera untuk berteriak bersama dan melompat bersama
dipantai putih diantara dua batu indah yang mengawal kebahagian kita, disini semua
member of tabalwar menyuarakan bahwa kita adalah one big family. Dengan teriakan
penuh impiris kita berbahagia bersama dalam tatapan mata membentuk tulisan ICP.
Sebuah ikrar yang sama menuju langit biru sebagai impian yang tinggi kita.
Setelah raga
ini mulai memberikan kode untuk beranjak meninggalkan tempat yang indah itu,
satu persatu mulai bersiap siaga untuk bergegas kembali ke tenda penginapan
kita. Dengan tetesan air mata yang tersimpan dalam desir ombak tempat kita
bermain bersama, kita pun berucap goodbye batu bengkung. Tabalwar pulang dulu. Terima
kasih atas semua kenangan indah yang kita bangun disini, tabalwar peluuuukk
emmmuuuuaaaacchhhhh....Semoga selamat sampai tujuan. wallahualam
Bali,
07-02-2016
Misbahuddin
Posting Komentar