KONTINUITAS DAN DISKONTINUITAS AGAMA-AGAMA SEMITIK
Penulis : MISBAHUDDIN
(Penceramah : Dr. Abd. Muqsith Ghazali)
KONTINUITAS DAN DISKONTINUITAS AGAMA-AGAMA SEMITIK - Banyak ulama
yang berkata bahwa Islam datang tidak sepenuhnya dengan syariat baru. Pendapat
ini misalnya dikemukakan oleh seorang ulama seperti Fakhruddin Ar-razi. Bahwa
di dalam periode mekkah syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah syariat
Nabi Nuh.
Pendapat ini
tidak sepenuhnya keliru karena Al-qurtubi pun mendasarkan pandangan ini kepada
sebuah ayat di dalam al-quran surat Al-‘ala yang artinya “sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab terdahulu (18) yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa
(19).
Al-qurtubi
memberikan penjelasan dari ayat ini bahwa apa yang tercantum di dalam al-quran
tidak sepenuhnya baru. Sebagian besarnya menyangkut prinsip-prinsip dasar
ajaran islam. Sudah banyak dilakukan, sudah banyak diterapkan, dan dibawa oleh
Nabi-nabi sebelumnya.
Shalat pun
bukanlah syariat yang baru dan unik yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Karena
Nabi sebelumnya sudah membawa syariat shalat. Begitu juga dengan zakat. Begitu
juga dengan puasa. Itu berarti kehadiran syariat Islam bukan untuk membatalkan
syariat-syariat sebelumnya.
Di dalam
Al-quran dinyatakan bahwa kehadiran syariat islam itu adalah Al-quranul karim.
Berfungsi untuk “membenarkan apa yang ada dalam kitab taurat dan apa yang ada
dalam kitab injil”. Rosulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkata
“katakan muhammad aku bukanlah yang pertama”. Itu berarti Nabi Muhammad
bukanlah orang yang pertama. Bukanlah pula Nabi
pertama yang membawa dasar-dasar pokok ajaran islam. Seperti shalat,
zakat, puasa, haji, dan ajaran tauhid.
Kehadiran Nabi
Muhammad dengan syariatnya lebih banyak berfungsi melakukan kontekstualisasi
terhadap sejumlah syariat-syariat sebelum Islam. Yang dipandang sudah tidak
relevan dengan perkembangan zaman. Misalnya syariat Nabi Musa. Ketika seseorang
bajunya terkena kotoran cicak maka cara membasuhnya bukan dengan air. Tapi
dengan cara menggungtingnya. Syariat ini kemudian dibatalkan oleh Nabi Muhammad
bahwa tidak boleh menyucikan najis dengan cara menggungitng kain tapi dengan
cara mencucinya dengan air.
Begitu juga
syariat Nabi Adam yang sebelumnya membolehkan melakukan pernikahan sesama
saudara kandung. Syariat ini pula dibatalkan. Dengan demikian dalam syariat Islam
ada yang berfungsi sebagai syariat kontinuasi. Merupakan bablasan, merupakan
kelanjutan dari syariat-syariat sebelumnya.
Tapi dari
fungsinya yang lain adalah sebagai diskontinuiasi. Yaitu membatalkan dari
syariat-syariat yang tidak relevan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian
kehadiran nabi Muhammad, atau kehadiran syariat islam bukanlah sebagai ancaman
tehadap agama-agama sebelumnya. Bukan ancaman terhadap agama yahudi. Bukan
ancaman terhadap agama kristen.
Karena Nabi
Muhammad dalam menjalankan syariat islam lebih banyak merupakan melanjutkan
dari syariat-syariat sebelumnya. Kalau begitu penjelasannya. Maka seharusnya
antara agama yahudi, agama islam, dan agama kristen bisa saling bekerjasama,
bisa saling berdialog untuk menumbuhkan semangat kebersamaan.
Karena dari
tiga agama ini lahir dari satu nenek moyang yang sama yaitu nabi Ibrahim.
Misalnya ketika terjadi penaklukkan kota mekkah. Banyak patung yang dihancurkan
oleh orang-oang Islam. Kemudian ada tiga patung yang diselamatkan oleh Nabi
yaitu patung Nabi Ibrahim, patung Nabi Musa, patung Bunda Marya, bahkan juga
ada yang berkata patung Yesus Kristus Nabi Isa.
Seraya
menyelematkan patung-patung itu. Nabi Muhammad berkata “tidak ada orang yang
paling dekat hubungan kekerabatannya, hubungan persaudaraannya ketimbang dengan
orang-orang ini lebih dari persahabatan, lebih dengan kedekatanku kepada
mereka”.
Itu berarti
kedekatan Nabi Muhammad dengan agama Yahudi, dengan agama Kristen, bukan hanya
kedekatan dari sudut doktrin dan ajarannya. Tapi juga kedekatan dari sudut
persaudaraan. Dengan demikian marilah kita menyatukan agama-agama semitik
seperti agama yahudi, agama kristen, dan agama islam untuk bersatupadu di dalam
menggerakkan semangat kebersamaan sesama keturunan Nabi Ibrahim.
Posting Komentar