Oleh: Misbahuddin*
Kita semua para guru, pastinya juga melewati fase dimana kita menjadi siswa. Pastinya kita ketika mengajar sering bernostalgia dan membanding-bandingkan dengan masa ketika kita menjadi siswa. Terkadang kita sering merasa bahwa masa kita menjadi siswa dahulu lebih baik dari siswa sekarang. Dan dari zaman ke zaman fase itu selalu berulang.
Apakah memang selalu demikian, tentu tidak. Karena setiap zaman yang berganti ada generasi yang berganti. Dan setiap pergantian generasi pastilah disanalah juga lahir manusia yang mampu melewati zaman tersebut. Maka jangan heran, ketika saat ini kita mengajar menemukan berbagai variasi perilaku, sifat, dan watak kekinian yang dimiliki para siswa. Kemasan perubahan zaman dan perkembangan teknologi pasti selalu orangnya.
Hal itu bukan berarti siswa zaman sekarang lebih buruk dari zaman dulu. Justru bisa jadi sebaliknya. Akan tetapi di sisi lain, memang kita dapatkan kesamaan. Diantara sekian siswa di kelas, pastinya kita akan dapat keunikan dari sekian siswa tersebut. Dan dalam konteks ini kita bolehlah feedback bahwa di zaman siswa dulu sama. Ada yang suka gurau, suka ramai, suka main, tidak suka belajar, malas dengan tugas dan lain-lain.
Jika memang dahulu di zaman kita siswa juga menemukan hal demikian pada teman-teman. Maka juga tidak perlu heran dengan siswa yang kita hadapi sekarang. Dari kepanikan kita tanpa evaluasi dengan perenungan lalu kemudian menganggap siswa-siswi sekarang sungguh berbeda jauh dari siswa-siswi dahulu. Jika hal demikian yang terus kita renungkan, tidak akan membuat penyelesaian baru.
Konteks dahulu dengan sekarang sangat berbeda. Ada kesamaan dan juga ada perbedaan. Baik dari perilaku siswa, sifat, kemampuan dan hal lainnya. Maka kemudian ada pernyataan bahwa "didiklah anak-anak didikmu sesuai zaman yang ia hadapi". Dari pernyataan ini kita pendidik atau guru zaman sekarang jangan lagi mendidik dengan cara ketika kita dulu diajarkan oleh guru kita.
Ketika dulu kita jadi siswa diajarkan dengan cara tidak menarik, membuat belajar menjadi terpaksa, membosankan dan membuat siswa ketakutan, maka perubahannya tentu tidak banyak. Buktinya pasti kita ketahui sendiri. Para guru yang terus belajar, akan mampu mengintrospeksi diri dari setiap pembelajaran yang berkembang. Mengevaluasi dari setiap pembelajaran yang dulunya ketika menjadi siswa kurang menyenangkan.
Kita bisa banyak belajar dari setiap perilaku siswa. Sehingga saya pribadi berkata, semua siswaku hebat-hebat. Dengan jadwal yang padat, silih berganti pelajaran, silih berganti tugas dari masing-masing guru, dan hanya sedikit istirahat. Mereka terus patuh, taat, dan disiplin pada aturan perintah dan motivasi orang tuanya, gurunya, sekolahnya, dan lembaganya. Seiring berjalan waktu, dengan modal membaca, maka para siswaku akan menjelajahi dunianya sendiri dengan pengalaman yang akan mereka kembangkan sendiri. Akhir kata, saya mengatakan kepada para siswa, bahwa kalian adalah Pelitaku.
*Guru MI Kalifa Nusantara
Denpasar, 10 September 2018
Posting Komentar