Oleh: Misbahuddin
Masjid sering kali tergambar dalam pikiran dengan sebuah bangunan tempat sembahyang atau ibadah-ibadah lainnya. Tulisan ini tidak sedang memperdebatkan apa itu masjid, kapan pertama masjid ada, dan siapa perintis pertama adanya masjid. Bukan tentang itu, tetapi bagaimana kita memaknai masjid itu sendiri dalam konteks peribadatan ritual dan sosial.
Sejak dulu kala, ketika di masa Rasulullah masjid sangat multifungsi. Tidak hanya berisi kegiatan peribadatan ritual keagamaan. Melainkan juga pendidikan dan sosial. Munaqosyah atau diskusi-diskusi tentang kebangkitan umat yang dilakukan rosulullah dalam sejarahnya sering dilakukan di masjid.
Tidak terkecuali perkembangan yang ada saat ini. Masjid yang manajemennya berjalan dengan baik banyak menjadi sentral kemakmuran masyarakat. Bukan masalah masjid itu megah, besar dan mewah. Melainkan kegiatan-kegiatannya membangun peradaban umat yang lebih baik.
Kajian-kajian yang serba modern saat ini sudah tidak asing ada di beberapa masjid di perkotaan dan pedesaan. Kuliah Maghrib dan kuliah subuh sudah tidak kalah dengan fasilitas yang ada di perkuliahan atau di sekolah-sekolah bahkan tidak kalah juga dengan seminar. Jadi bagi siapapun yang haus ilmu, tanpa harus membayar sepeser pun bahkan yang ada mendapatkan makan dan Snack, tinggal pintar-pintarlah mendatangi majelis ilmu.
Sebenarnya ada banyak cara baru yang dilakukan para pecinta dakwah billisan. Kalau dulu saya semasa di kampung, ada salah satu jamaah pendakwah yang berceramah dari masjid ke masjid dengan jangka waktu tertentu, dengan misi memakmurkan masjid. Hasilnya pun, terkadang mampu membuat sholat jamaah di masjid sampai bershof-shof. Walau itu terkadang tidak bertahan lama.
Mungkin secara ritual, misi dakwah seperti ini sukses. Walaupun metode ceramahnya bisa dibilang metode "satu suara". Tiada membawa proyektor dan tiada tanya jawab atau diskusi terbuka. Tapi secara sosial, terkadang selalu menjadi omongan beberapa masyarakat.
Dengan begitu, dakwah-dakwah di masjid seyogianya mampu memberi daya tarik atau setidaknya membuat kegiatan yang masyarakat senang. Sehingga sedikit demi sedikit orang mulai menyadari bahwa masjid semata-mata bukan tempat sholat dan sembahyang. Wallahu a'lam
Malang, 12 April 2018
Posting Komentar