Tidak banyak orang menyukai
profesi keguruan, sebuah profesi yang tugasnya seakan begitu-begitu saja.
Padahal amanah dan tanggung jawab yang ia emban begitu mulianya. Sangat
disayangkan bagi pemuda-pemuda saat ini yang ia memiliki bakat untuk mengajar
dan mendidik tapi ia tidak menyukai profesi sebagai guru. Karena baginya,
menjadi guru gajinya kecil dan tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Padahal, sungguh Allah SWT maha kaya, kuasa yang Allah SWT berikan kepada kita
tiada terkira. Sampai saat ini pun, detik ini kita masih mampu beraktifitas
atas kuasa Allah SWT.
Memang, hidup ini saling mengisi
antara satu manusia dengan manusia yang lain. Jika semua menjadi guru, tentu
tidaklah mungkin. Karena diantara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan.
Tapi kalimat sebagaimana kalimat di muka tidak akan ada perkembangan pesat
kemajuan negeri ini jika kita sebagai pemuda tidak bergerak dari pendidikan.
Bagi saya, menjadi guru itu
penuh tantangan. Penuh dengan perjuangan. Semakin kita ingin mengabdi maka
cobaan bertubi-tubi. Tidak perlu khawatir, selagi ikhlas mengamalkan ilmu,
menjadi seorang guru yang mengajarkan murid-murid dengan penuh kasih sayang
maka ia tidak akan susah hidupnya. Keberkahan setiap hari akan ia rasakan
dengan sendirinya. Ada banyak cerita fakta yang telah kita ketahui bersama,
yang bisa kita baca dari kisah hidup guru-guru sepuh kita, kyai kita, dan
guru-guru ngaji kita.
Rasulullah sebagai guru pertama
di dalam Islam, bertugas membacakan, menyampaikan dan mengajarkan ayat-ayat
Allah (Al-Qur’an) kepada manusia, menyucikan diri dan jiwa dari dosa,
menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, serta menceritakan tentang
manusia di zaman silam, mengaitkan dengan kehidupan di zaman yang akan datang.
Tugas guru dalam proses belajar
mengajar berfungsi sebagai :
1. Motivator
(pendorong)
2. Reinforce
(pemberdaya)
3. Instruktur
(pelatih)
Seorang guru/ pendidik bukan
hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada murid, tetapi juga
membentuk kepribadian mereka sehingga bernilai tinggi. Guru adalah orang yang
menunjukkan jalan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh
karena itu, selayaknya guru memusatkan perhatian dan tenaganya untuk mencapai
tujuan ini, baik sewaktu mengajar ilmu agama maupun ilmu-ilmu keduniaan.
Interaksi belajar mengajar
antara murid dan guru dalam dunia pendidikan dewasa ini kurang mendapat
perhatian dari semua pihak. Penyebabnya adalah guru sering tidak mampu tampil
sebagai figur yang pantas diteladani di hadapan murid, apalagi berperan sebagai
orang tua. Karena itu, sering kali guru dipandng dan dinilai oleh muridnya
tidak lebih hanya sebagai orang lain yang bertugas menyampaikan materi
pembelajaran karena dibayar.
Bagaimana seorang guru dapat
membawa, mengarahkan, membimbing dan menunjukkan muridnya kepada pendewasaan
diri sehingga menjadi manusia yang mandiri dan bertanggung jawab ? oleh karena
itu, wahai guru, perhatikan segala persyaratan profesimu, perankanlah dirimu di
hadapan anak didikmu sebagai orang tua, junjung tinggilah tugas muliamu, jangan
sampai lengah menanamkan nilai kepada muridmu.
Dalam kegiatan mengajar, seorang
guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus, tidak menggunakan
kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru
hendaknya jangan mengekspos atau menyebarluaskan kesalahan/ kekurangan muridnya
di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak didik memiliki jiwa yang
keras, menjadi menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Hal ini dapat
menimbulkan situasi yang tidak mendukung terlaksananya pengajaran yang baik.
Dari sini semakin tampaklah
bahwa profesi guru sangat menentukan hidup suatu bangsa. Kejayaan atau
kehancuran suatu bangsa boleh dikatakan sangat tergantung pada keberadaan
guru-guru yang membidani lahirnya generasi muda. Seorang guru hendaknya pandai
dalam mendorong muridnya.
Menjadi guru adalah pekerjaan
yang sangat mulia, karena guru adalah pewaris pekerjaan Rasulullah SAW. Hal ini
disebutkan dalam salah satu hadist Nabi: “Sesungguhnya saya diutus ke dunia ini
untuk mengajar.”. Karena itulah para ulama’, para Kyai senantiasa menyempatkan
diri untuk mengajar dan mendidik para santrinya. Hal itu karena adanya dorongan
untuk mengikuti jejak Rasulullah, dan jauga meneruskan apa yang menjadi
cita-cita Rasulullah SAW, yakni: Innama buitsu liutammima makarimal akhlak,
“Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”
Guru menjadi pekerjaan yang
sangat mulia, karena apa yang dikerjakan guru memiliki nilai sosial yang tinggi
dalam membentuk masyarakat, dengan memberikan sumbangan ilmu melalui generasi
penerus bangsa. Itu sebabnya ustad ditempatkan pada porsi yang luar biasa, guru
dalam pandangan orang Jawa dipandang sebagai sosok yang bisa digugu dan ditiru
bahkan sebutan “pahlawan tanpa tanda jasa”, disematkan kepada diri para guru.
Begitu mulianya pekerjaan seorang guru, hingga Sayyidina Ali r.a. menyampaikan
pesan: “Hormatilah gurumu walau ia hanya mengajarimu satu ayat.”
wallahu 'alam
Malang. 16 Januari 2017
Posting Komentar