Oleh: Misbahuddin
Tinggal menghitung pekan. Beberapa minggu lagi. Kuliah hari Selasa tidak lagi ada. Sepertinya aku tidak ketemu lagi. Walaupun ketemu mungkin sesekali tidak sengaja. Aku pun paling menyapa "hai mas, hai mbak, sudah Bab berapa, gmn dosen pembimbingnya?". Itu pun kalau sampek nyapa dan kalau tidak terburu-buru.
Aku punya waktu sendiri. Aku punya cerita sendiri. Harapanku, kita semua sukses dalam target ingin dicapai dari kita. Jika kamu jadi guru, didiklah muridmu dengan caramu yang baik. Jika kamu jadi pemimpin, pimpinlah rakyatmu dengan caramu yang adil dan bijaksana. Jika kamu jadi yang lain, tekuni dan jangan mengeluh. Ataupun jika kamu tidak menjadi apa-apa bersabarlah dan berikhtiarlah.
Pertemuan yang berawal indah, semoga berakhir dengan indah. Walaupun kita yakini dalam naluri. Tiada kata perpisahan. Karena suatu saat akan bertemu di waktu dan tempat berbeda, yang kita sengaja atau tidak.
Tiada yang tahu perjalanan hidup kita. Dengan keterbukaan hati, aku memaafkan segala khilaf kalian kepadaku. Begitupun aku, untuk kau maafkan dengan hati yang tulus.
Misbah.... sekali lagi aku berkata kepadamu. Jangan rewel dan cerewet. Aku bosen dengar kata-katamu yang tidak penting ini. Kenapa sih, kamu ini?
Misbah pun berkata. Aku hanya menuliskan sedikit cerita indah hari-hari yang lalu. Ya...., walaupun tiada yang membacanya atau yang mengingatnya. Karena saya senang dengan kalian. Tidak nyangka loh saya punya cerita seperti ini. Satu kelas terus bersama kalian. Dan yang lebih membahagiakan lagi, kalian itu kompak.
Kata siapa kompak, Buktinya? Lanjut kata-kata sang raja yang menamparku. Dulu itu, kita banyak sekali kebersamaan. Bahkan kejuaraan pun dalam setiap lomba yang kita ikuti bersama. Aku senang dengan semua itu, dengan wajah haru bahagia diselimuti tetesan air dari bola matanya.
Jadi, izinkan aku menulis cerita ini. Izinkan buku ini terbit. Aku ingin kamu mendukungku. Dan ingin sekali menutup buku dengan keindahan bersama.
Bersambung...
Malang, 28 September 2017
Posting Komentar