Oleh: Misbahuddin
Judul yang saya tulis hari ini Selasa 26 September 2017 terinspirasi dari diskusi yang berlangsung dalam mata kuliah masail fiqh. Diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam. Tema yang menjadi pembahasan tentang poligami.
Tema ini tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Jadi tidak heran jika berlangsungnya diskusi mengundang canda dan tawa. Lucunya dalam diskusi ini, karena yang presentasi dari kalangan perempuan. Yang mayoritas perempuan kontra dengan poligami.
Saya tidak lebih membahas apa itu poligami, karena saya yakin pembaca juga tahu bahkan lebih paham dari saya. Tapi lebih kepada berlangsungnya diskusi. Walaupun bisa dibilang kurang kondusif, tapi saya mendapat banyak kelucuan.
Yang pertama, audiens laki-laki seakan membela diri untuk ngotot berpoligami. Kedua, pihak pemateri tidak setuju dengan alasan apapun untuk dipoligami. Ketiga, moderator tidak mampu menengahi, dan bawaannya membuat ketawa audiens.
Sebenarnya kalau dibaca lagi, tidak ada yang lucu ya. Terus, lucunya dimana? Nah itu saya juga tidak tahu lucunya dimana. Hanya terbesit sejenak bahwa "diskusi tanpa literasi" seakan lucu. Bicara ngawang tanpa referensi. Yang berlaku hanya opini dan opini.
Oh...itu yang lucu. Ya itu yang lucu. Soalnya, diskusi seperti ini kan formalitas bro. Bukan sekali dua kali saja, hampir empat tahun kuliah gaya presentasi di kelas perkuliahan begini-begini saja.
Jadi diskusi sekedar duduk duduk di kursi, dengerin, ketawa, atau main HP. Tapi, dari pada bengong, atau tidur di kamar, tidak apa-apalah ikut-ikutan nyentil bahas materi-materi kuliah.
Wallahu a'lam
Malang, 26 September 2017
+ komentar + 1 komentar
Kalau dipikir2 bener juga, "Bicara ngawang tanpa referensi. Yang berlaku hanya opini dan opini"...
Posting Komentar