Oleh: Misbahuddin
Seperti biasa setiap berangkat ke Malang dari Pamekasan saya lebih memilih bus patas jika kebetulan ada. Jika tidak ada lagi, dengan penuh terpaksa harus ikut bus yang tarip biasa. Walaupun dari segi harga jauh berbeda lebih mahal bus patas dengan selisih 14.000-an.
Kemarin sore Rabu 23 Agustus 2017, saya harus terpaksa lagi memilih bus tarip biasa. Karena tidak mau lama menunggu, akhirnya saya langsung naik ke salah satu bus tujuan Banyuwangi. Bus tersebut bertuliskan "AC TARIP BIASA".
Dengan mengucapkan bismillah, saya pun naik mengikuti bus tersebut. Dalam hati berkata, semoga tidak seperti beberapa tahun lalu yang penuh sesak karena selalu ditambah penumpang. Alhasil, kejadian itu terulang lagi.
Awalnya, ketika di terminal Pamekasan masih pas, bahkan masih banyak kursi kosong. Tiba di Sampang kursi-kursi itu mulai penuh. Berjalan sedikit lagi stok kursi sudah terisi semua. Anehnya, semakin jauh perjalanan sang sopir terus menerus menambah penumpang yang menyetop di pinggir jalan.
Suasana bus sudah sangat tidak nyaman. Deretan kosong antara barisan kursi kanan dan kiri penuh dengan penumpang yang berdiri. Mulai dari Kakek tua, ibu-ibu dan anak-anak.
Pikiran saya, kenapa sopir terus menambah penumpang jika yang terjadi banyak yang berdiri? Apa karena kasian orang yang menunggu bus di pinggir jalan? Saya berpikir lagi, apa mungkin tidak bus lagi beberapa menit setelah bus yang saya kendarai ini?
Atau jangan-jangan karena untuk mendapatkan hasil yang semakin banyak walaupun banyak penumpang berdiri dan merasa capek? Sedangkan ongkosnya, tetap dihitung sama seperti yang duduk jika jarak tempuhnya sama.
Hem.... Pikiran saya yang salah, apa saya salah berpikir ya. Apa mungkin sebenarnya tidak seperti itu.
Malang, 23-08-2017
Posting Komentar