foto: dok.pribadi
Koran kompas setiap hari menyajikan rubrik “membaca
Indonesia” yang bertemakan tidak lepas dari sejarah bangsa. Sejarah yang
diangkat sangat erat kaitannya dengan perjuangan dalam membela Indonesia. Berbagai
sejarah perjuangan para pahlawan dan peninggalannya diulas secara singkat,
padat dan jelas untuk dipahami. Rubrik ini mengimplementasikan pesan Sukarno
yang terdapat dalam jargonnya yang berbunyi Jasmerah (jangan sekali-kali
melupakan sejarah).
Khazanah keilmuan tentang sejarah Indonesia lebih mudah
dipahami dari pada membaca buku-buku tebal tentang sejarah. Kepedulian untuk
tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indoensia salah satunya dengan mengenal
sejarahnya. Banyak ibrah yang dapat diambil setelah membaca rubrik “membaca
Indonesia”. Topik yang disajikan setiap harinya pun berubah-rubah.
Banyak tokoh-tokoh pejuang bangsa dalam melawan penjajah
yang baru dikenal ketika membaca Indonesia di kompas. Saya kira pendidikan
sejarah di sekolah akan lebih menarik jika guru mengklaping atau mengoleksi
tulisan-tulisan di koran apapun yang mengandung nilai nasionalisme. Dari papa
monoton pada buku mata pelajaran yang terkadang membuat siswa malas untuk
mengikuti pelajaran sejarah.
Menariknya lagi, pada rubrik ini disajikan diagram berupa
alur singkat dari berbagai rentetan kejadian. Ditambah gambar dokumentasi yang
diambil dari foto terbaru. Banyak rasa keingintahuan untuk mengunjungi tempat yang
digambarkan pada rubrik “membaca Indonesia”. Karena sejatinya yang digambarkan
itu masih ada. Tokohnya pun yang diwawancari oleh pihak reporter masih ada,
sehingga kevalidan informasi yang didapat lebih dapat dipercaya karena
diceritakan langsung.
Rubrik seperti inilah saya kira lebih mengundang minat
baca karena bahasa yang digunakan mudah dipahami. Tidak seperti pada rubrik
opini yang mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menangkap dari apa
yang disampaikan penulis. Membaca sejarah memang tidak akan menarik jika tidak
dikemas dengan pola susunan dan tampilan yang menarik. Berbeda dengan yang ada
di kompas, rubrik “membaca Indonesia” memang diambil dari sumber terpercaya,
narasumber yang diwawancarai pun keturunan atau orang dekat dengan tokoh yang
terdapat dalam sejarah.
Perjalanan untuk menjadi Negara Indonesia memang bukan
sesuatu yang mudah. Jika mau mengenal lebih dalam lagi ada banyak perlawanan
yang membutuhkan darah juang dari para pejuang yang cinta tanah air Indonesia. Era
baru saat ini hanyalah menikmati hasilnya, tinggal menjaga dan merawatnya. Jika
menjaga saja tidak bisa maka setidaknya tidak merusak bangsa dan negeri
tercinta ini. Karena Sukarno pun pernah berorasi ketika Indonesia merdeka,
bahwa perlawanan berat untuk selanjutnya adalah melawan bangsa kita sendiri. Hal
ini mempunyai makna bahwa banyak bangsa ini akan dirusak oleh bangsa sendiri
ketika rasa cinta tanah airnya hilang seperti halnya korupsi terhadap uang
negara.
Maka sangatlah berterimakasih kepada tuhan yang telah
mengutus para pejuang baik yang tertulis namanya di sejarah maupun yang tidak
tertulis. Mereka berjuang dengan bertaruh nyawa demi anak dan cucunya bisa
hidup damai dan tentrem. Inilah beberapa hikmah yang dapat diambil dari “membaca
Indonesia”. Setiap kali membaca setiap kali perenungan diri ini ada. Setiap kali
menghayati maka disitulah kita merasa untuk terus menjaga dan merawat bangsa
ini. Wallahu alam bisshowab
Posting Komentar