Setelah kemarin
saya mendapat tanggapan dari teman kompasianer yang sama sekali saya
tidak mengenalnya bahwa tulisan yang saya uploud sama sekali tidak
sesuai pemikiran dia. Saya mengapresiasi karena sudah mau membaca tulisan yang
saya aploud. Saya mengucapkan terimakasih banyak semoga dengan menanggapi
tulisan saya bisa jadi hubungan silaturrahim dalam bertukar ilmu.
Beberapa alasan
yang ia lontarkan sebagai tanggapan atas ketidak setujuan dengan apa yang saya
pikirkan. Saya kira sesuatu yang wajar, apalagi hanya berbeda pendapat pada
masalah pendidikan formal. Di luar itu manusia sebagai mahluk sosial selalu
mempunyai sudut pandang yang berbeda yang tidak bisa dipaksa sesuai kehendak
orang lain.
Pikiran saya
pun kembali terbuka lagi setelah membaca tanggapan yang begitu kritis dan
sepertinya dalam keadaan marah. Saya jadi terpikir dengan apa yang tanggapi
bahwa sebenarnya sekolah itu surga bukan lagi jadi penjara. Baginya sekolah
satu-satunya jalan memutus rantai kemiskinan. Sekolah memberikan berbagai
materi pelajaran artinya memfasilitasi dari apa yang dibutuhkan siswa. Walaupun
tidak semua orang setuju dengan pendapat ini.
Ada banyak
sekolah yang memang tidak jadi penjara bagi para siswa oleh karena sistem
pendidikan di sekolah tersebut diakui dapat membuat siswa nyaman belajar.
Guru-gurunya dikagumi dan disukai. Metode dan media pembelajarannya menarik dan
tidak membosankan. Sekolah yang demikian itu biasanya sekolah yang siswanya
berada pada tingkat ekonomi menengah ke atas. Karena sekolah dikelola secara
internal tanpa campur tangan uang negara.
Sekolah yang
saya maksud itu, mampu membayar para pengajar dengan gaji tinggi, sehingga
seleksi yang diterapkan juga begitu menantang. Tenaga-tenaga kependidikan di
sekolah tersebut juga didatangkan dari berbagai ahli yang mampu mengatur dan
selalu memperbaiki kinerja sistem sekolah. Guru-guru yang berkompeten dan
kreatif inilah yang kemudian membuat siswa nyaman belajar.
Untuk tingkat
Sekolah Dasar (SD) rata-rata siswa menjawab dapat menyukai pelajaran tertentu
disebabkan karena guru yang mengajar disukai. Pastinya hal ini juga menjadi
jawaban para siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Ketika siswa menyukai gurunya maka apa yang ia ajarkan juga
akan disukai. Melalui pemilihan guru yang seperti ini akhirnya semua siswa
menganggap bahwa belajar di sekolah tidak lagi jadi penjara.
Sekolah di
tempat yang lain memang kadang memprihatinkan ketika tenaga pendidik banyak
tidak kompeten. Apalagi sampai hal yang demikian, terkadang ada sebagian
sekolah yang kekurangan tenaga pendidik dan ada sebagian yang lain kelebihan
pendidik dan anehnya di tempat lain banyak sarjana keguruan yang menganggur.
Tentunya kualitas tenaga pendidiklah yang akan menjadi nilai baik buruknya
pembelajaran pada siswa. Kualitas di sini dapat diartikan dalam berbagai aspek.
Misalnya punya kemampuan empat kompetensi yang mumpuni. Kreatif dan inovatif.
Mengerti kemauan dan kemampuan setiap siswa.
Saya tidak lagi
menyalahkan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, tidak lagi hanya bisa
menulis menyampaikan aspirasi, karena saya akan dikira orasi tanpa aksi. Saya
ingin bernarasi dengan apa yang terjadi dan memberikan solusi sejauh mana saya
mampu. Kinerja bimbingan dan konseling tentu juga akan memberikan pengaruh dan
sumbangsih pemikiran agar di sekolah dapat terjadi pembejalaran yang tidak
memenjarakan buat siswa. Walaupun beranika ragam hidangan mata pelajaran siswa
pun akan menanggapinya dengan senang hati. Wallahu a’lam bisshowab.
Posting Komentar