Pengalaman tahun sebelumnya masih membekas di benak
kenangan. Suasana ketenangan dan kemakmuran batin seakan menjadi bagian dari
hidup yang tak terpisahkan. Solidaritas langsung bersama masyarakat menjadi
pembelajaran yang mendewasakan. Hidup penuh nikmat dengan berbagai rejeki
datang silih berganti. Saya merasa bahwa kebahagian ruhaniah itu sederhana.
Tinggal di ruang pojok masjid tidak sekedar memberikan
aura religusitas melainkan memegang tanggung jawab moral. Tanggung jawab yang
mengajarkan untuk terus berkonsultasi kepada tuhan melalui media masyarakat. Ketika
diri ini dipercaya untuk mendiami ruang berdimensi ruhani itu, tentu akan
menerima atas segala kebodohan yang menyatu dengan otak dan tubuh ini. Dengan
segala keterbatasan ilmu dan perilaku maka saya pun hadir untuk mewakili pemuda
yang saat ini mulai jauh dari tempat ini. Pemuda yang seakan begitu bangga
dengan keilmuannya dan menyepelekan aspek yang mensejahterakan masyarakat.
Sekilas memang dilema untuk berbuat baik dalam bidang
ini. Salah seorang berkata buat apa kau tinggal di tempat ini, kau juga belum
tentu diterima oleh Tuhan jika ada niatan berbeda dari hatimu. Seseorang yang
lain pun berkata anda beruntung masih bersedia menempati tempat ini, ketika
saat ini mulai kritis spritualitas di kalangan pemuda. Dua pernyataan itu saya
menanggapinya dengan sebuah senyum perenungan. Bahwa itulah manusia, bertindak
dan bertingkah tidak lepas dari dua aspek positif dan negatif. Aspek respon dan
kritik. Aspek apresiasi dan komentar. Tapi biarlah tuhan yang menilai, manusia
sama sekali tidak sedalam pengetahuan tuhan untuk mengetahui hatinya apalagi
hati orang lain.
Saya menyadari bahwa saya dikembalikan tuhan ke tempat
semula. Dimana waktu itu masih bersih dari pikiran kotor seperti yang pikiran
yang menghantui saat ini. Perjalanan hidup saya memang tidak lepas dari sebuah
tempat yang dikunjungi orang minimal lima kali dalam 24 jam. Mulai dari pendidikan dasar sampai kemudian pendidikan tinggi
raga dan jiwa ini memang menyatu dengan tempat yang membuat orang tenang dan
nyaman.
Harapan dari hati kecil ini, semoga dengan jalan terang
yang ditunjukkan tuhan untuk terus mengingat-Nya bisa menjadikan pribadi yang
lebih dekat dengan-Nya. Hati yang begitu kotor penuh noda dan dosa. Hati yang
begitu gelap karena tak pernah memahami firman-Nya. Mungkin dengan kembalinya
ke tempat yang Tuhan sediakan bisa menjadikan saya lebih baik, lebih cinta ilmu
untuk wasilah ibadah.
Posting Komentar