Manusia sebagai mahluk berkelompok tidak lepas dari
adanya komunikasi. Dalam berkomunikasi maka terdapat yang namanya bahasa lisan.
Ketika membahasakan dalam bentuk lisan tentu ada pihak yang menjadi pendengar. Manusia
yang menjadi pendengar inilah yang kemudian akan merasakan yang namanya
kebisingan dan keramaian.
Ketika makan dan minum saja diperintahkan untuk berpuasa.
Maka puasa dari keramaian sesekali perlu untuk dilakukan. Bathin manusia
terkadang perlu diolah dalam pikiran yang tenang. Tuhan pun menganjurkan
melakukan jihad melawan kemalasan di malam hari yang disebut dengan nama
tahajjud. Tuhan ingin mempekenalkan bagaimanakah suasana keheningan
bercengkrama dengan tuhan. Komunikasi dengan bahasa hati, diiringi semilir
bunyi-bunyi alam terasa lebih menyatu.
Istirahat sejenak dari keramaian manusia yang setiap hari
bertikai dan berkonflik. Sesekali mewujudkan diri dalam konteks sebagai mahluk
individu. Ada waktu dimana manusia harus hidup sendiri dan harus hidup sosial.
Terutama hal ini terkait dengan masalah ibadah. Manusia akan menghadapi ibadah
ritual yang itu hak preogratif individu dengan Tuhan, begitu pun ibadah sosial yang
interaksinya diatur sendiri oleh sesama manusia.
Hidup individu dengan Tuhan dan individu dengan manusia
harus diseimbangkan dengan proses perenungan diri. Mengasingkan diri sebagai
proses mencari wasilah untuk menuju perubahan hidup lebih baik. Ikhtiar ini
menjadi proses yang semua manusia tidak menyetujuinya. Bahkan ada yang tidak
sependapat dengan apa yang saya tulis dalam tulisan ini. Marilah eksplore pengalaman yang memberikan wawasan pengetahuan
untuk berdiskusi dan saling memberikan manfaat.
Kalau
kita benar-benar menyatu dengan kenikmatan
yang
Tuhan limpahkan salah satunya ketika
keheningan itu di tengah alam, di puncak gunung, dan di hamparan lautan.
Berbagai bunyi natural yang memberikan gairah nuansa kenyamanan bathin. Perjumpaan
melalui pertapaan dalam keheningan memang memberikan aura positif bagi saya
pribadi untuk belajar melepas dari segala apa yang menjadi rasa sayang dan
cinta yang berlebihan kepada mahluk.
Belajar merelakan diri untuk menjadi pengabdi yang secara nyata mengakui
Tuhan bukan sekedar lisan dan kata-kata. Semoga diri pribadi ini selalu dekat
dengan-Nya dimanapun saya berada. Wallahu a’lam bisshowab
+ komentar + 1 komentar
Bagus mas
Posting Komentar