sumber foto: rumahcerdasbalita.blospot.com
Malam itu jam 21:49, tiba-tiba saya mendapatkan pesan
WhatsApp dari Ali sebutan akrabnya Kancil yang berisi “siap sinau lagi?
Detak Aksara”. Saya pun menjawab pesan itu jam 0:15 dengan singkat “monggo
monggo”. Percakapan ini membangunkan saya dari tidur panjang selama ini
yang sudah mulai jauh dari baca buku dan diskusi (sinau bareng konco-konco).
Banyak kesibukan yang selalu saya jadikan alasan, entah urusan akademik,
urusan pribadi, urusan sosial dan urusan-urusan yang tak perlu diurus.
Ruh budaya baca dan diskusi memang perlu dan seharusnya
kita hidupkan dimana pun dan kapan pun. Lebih-lebih kesempatan dan waktu luang
masa muda ini masih bersama kita. Forum sinau Detak Aksara sebelumnya
memang pernah ada, kurang lebih berjalan satu setengah bulan. Forum yang tidak
formal ini mengajak teman-teman pecinta pena, pecinta buku, pecinta literasi,
pecinta aksara untuk bertukar pikiran dan tidak untuk menyatukan pendapat. Memperkaya
wawasan dan mengenal banyak sudut pandang bukan untuk berpikir satu arah.
Forum yang tempatnya kodisional ini akan mengupas tuntas
berbagai tema menarik. Salah satu contohnya yang akan dibahas pada perkumpulan
pertama di hari ahad nanti tentang “perempuan”. Tema ini diangkat oleh Supriadi
sebagai pemantik sekaligus pengantar obrolan. Ia seorang calon sarjana
pendidikan bahasa inggris Unisma. Apakah ada hal menarik dari kata “perempuan”?
mengapa harus perempuan yang menjadi bahasan pemula? Siapa seorang bernama “perempuan”
itu?
Itulah tema yang akan diobrolkan pada hari ahad tanggal
12 Maret jam 15.30. harapan para pecinta aksara ini tentu bisa jadi istiqomah
dan konsisten dalam belajar. Komitmen harus menjadi pilar utama. Berapapun personil,
berapapun yang datang, dan berapapun yang ingin belajar kita harus ciptakan
budaya istiqomah. Adanya budaya dan tradisi yang maju dibangun dari
pilar komitmen dan konsisten pada yang apa yang menjadi tanggung jawab hidup. Kita
punya kewajiban untuk menyibukkan dengan belajar melalui membaca maupun
diskusi. Bisakah kita beralasan “maaf saya lagi sibuk sinau”.
Sungguh eman sisa kehidupan yang mungkin tidak
lama lagi dari kita ada yang berkomitmen menggapai cita-cintanya. Pulang kampung
jadi guru, ke daerah orang jadi karyawan, ke pulau orang berjualan, dan bahkan
ke negara orang jadi TKI atau menetap di kota ini jadi jurnalis, budayawan,
sastrawan dan barangkali jadi sibuk dengan menulis ribuan buku dan mengisi
seminar-seminar. Tidak bisa dipungkiri dari itu semua pasti ada pilihan hidup akan kita hadapi.
Apa yang dapat kita jadikan bekal, seberapa siap, dan
seberapa banyak buku yang kita baca? Kesibukan kecil saja sudah menyita waktu
membaca, bagaimana dengan kesibukan-kesibukan besar nanti masih menyisakan
waktu apa tidak? Maka jawabannya tidak jauh dari apa yang ada pada diri kita
saat ini. Jika hari ini kita peduli pada buku, maka masa-masa yang akan datang
pun tidak jauh berbeda. Karena komitmen dan kekonsistenan sudah menjiwai dalam
diri kita. Semoga dengan bangkitanya Detak Aksara ini menjadikan hidup
kita lebih suka pada budaya ilmu. Wallahu a’lam bisshowab.
+ komentar + 2 komentar
Aku ikut boleh kah..
Monggo... untuk semua orang tanpa syarat. Tanpa memandang jabatan.
Posting Komentar