Gambar : Ukiran jendela di makam Daeng Manoaq, salah seorang raja yang meninggal dalam membela Negara. Dua ukiran melingkar tertulis Allah dan Muhammad.
Bali
seringkali disebut dengan Pulau Seribu Pura dengan penduduk mayoritas beragama
Hindu. Islam adalah agama terbesar kedua yang dianut oleh 13,37 persen penduduk
Pulau Dewata tersebut. Kehidupan umat beragama di provinsi beribukota Denpasar
itu tergolong tinggi bahkan patut ditiru oleh provinsi lain di Indonesia.
Bali
identik dengan berbagai sebutan, mulai dari Pulau Dewata, Pulau Surga, Pulau
Perdamian dan Pulau Cinta. Keterbukaan dan keramahan masyarakat Bali yang
mayoritas beragama Hindu menyebabkan umat beragama lain merasa nyaman
berkunjung maupun tinggal di Bali.
Saya
iseng-iseng sedikit kepo dengan suasana Bali yang begitu harmonis itu. Sehingga
saya pun angkat bicara untuk berbincang-bincang dengan keluarga teman saya. Ada
si bapak dan juga Ibu. Beliau menjawab apa yang saya tanyakan dengan jelas.
Tampaknya begitu mahir dan faham akan adat-istiadat. Satu persatu pertanyaan
saya pun tersampaikan. Dan jawaban-jawaban beliau sudah dalam bentuk tulisan
versi saya.
Bapak
apakah selama ini di Bali khususnya di Negara (karena kebetulan kemaren saya di
Kab. Negara) sering terjadi konflik yang menyebabkan bentrok antar agama?
Dalam
satu provinsi di Bali, tak pernah terdengar bentrok antar pemeluk agama.
Masyarakat Hindu menghormati umat Muslim yang sedang berpuasa, demikian
sebaliknya Umat Islam menghormati pemeluk Hindu yang sedang merayakan Nyepi.
Pun demikian dengan penganut agama-agama lain di Bali seperti Kristen dan
Buddha.
Apa
bapak bisa berikan contoh kegiatan yang membangun kerukunan antar pemeluk Agama
di Bali?
Di
Bali, tidak sedikit masjid yang berdiri berdampingan dengan pura, vihara,
ataupun gereja. meski demikian, kerukunan antar umat berbeda agama tetap
terjalin dengan harmonis. Jika perayaan Hari Raya Nyepi bertepatan dengan hari
Jumat dimana umat Muslim wajib menunaikan ibadah sholat Jumat, maka Umat Islam
tetap dapat menjalankan kewajibannya ke masjid, bahkan dikawal keamanannya oleh
para pecalang adat, pun demikian umat Islam juga menghormati penganut agama
Hindu yang sedang melakukan Catur Brata dengan tidak menggunakan pengeras
suara.
Biar
tidak bapak terus nih,, kalau ibu sendiri yang menjadi kekaguman tersendiri
untuk tinggal di Bali apa bu?
Kalau
saya sendiri mengagumi tradisi ngejot, yaitu tradisi memberikan makanan kepada
tetangga. Ngejot ini dibagikan pada hari raya kepada umat berbeda agama sebagai
tanda kehidupan yang rukun dalam bertetangga.
Bagi umat Hindu, tradisi ini digelar untuk Hari Raya Galungan, Nyepi,dan
Hari Raya Kuningan, sedangkan bagi umat Islam, tradisi tersebut dilaksanakan
menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Tidak
diketahui secara pasti sejak kapan tradisi unik ini ada. Namun tradisi ini
sudah dilakukan secara turun-temurun dan menunjukan keharmonian hubungan antar
umat beragama. Umat Hindu mengirim kue dan buah-buahan, nasi, dan lauk dari
daging ayam karena memahami bahwa umat Islam dilarang mengkonsumsi makanan yang
diharamkan.
Sementara
itu umat Islam melakukan tradisi ngejot saat menjelang Idul Fitri. Makanan yang
diberikan beraneka ragam, misalnya opor ayam. Makanan yang dikirim ke tetangga
dalam tradisi ngejot ini adalah makanan yang siap santap.
Pertanyaan-pertanyaan
yang saya lontarkan sebenarnya masih sangat banyak, baik mengandung humor
maupun yang mengandung moral. Karena kebetulan saya tidak bisa jelajah wisata,
maka saya manfaatkan waktu dua jam untuk berbincang dengan keluarga dari teman
saya ini. Dan karena bolpen dan kertas tidak tidak bersamaku waktu itu, maka
tulisan pun jadi sedikit. Mungkin lain waktu ketika sudah teringat lagi akan
saya tulis kembali. Wallahu a'lam Bisshowab
Posting Komentar