Peringatan hari kelahiran nabi Muhammad
SAW bukan hanya saja sekarang, tetapi telah berlangsung berabad-abad lampau,
dimana kegiatan ini selalu diperingati pada bulan mulud atau dalam istilah
bulan hijriyyah disebut bulan Rabiul Awwal. Sampaikini perayaan tersebut masih
terus berjalan meriah dan bernilai historis dimulai darikampung-kampung,
surau-surau, sekolah, kampus hingga presiden juga menjadikan moment ini sebagai
perayaan secara nasional. kegiatannya pun bervariatif, dari pengajian,
pembacaan al-barzanji (sejarah nabi), dialog interaktif, hingga festival budaya
daerah setempat dan ritual-ritual agama dan adat tertentu.
Penyelenggaraan/peringatan maulid nabi
seakan menjadi agenda tahunan wajib bagi kaum muslimin, yang artinya bahwa “
ibarat sayur kurang garamnya ”atau dengan kata ada terasa yang kurang jika
peringatan ini tidak dilaksanakan. Uniknya peringatan kelahiran nabi ini
dimulai dari kampung-kampung sampai perkotaan, dan di bulan ini juga tampak
semua masyarakat terlihat sibuk. Lihat saja anak-anak, pemuda, orang tua pun
tidak mau ketinggalan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Tak
lupa juga, para pengisi acara mulai dari ustadz, pembawa acara pun “mendulang
rupiah” di peringatan maulid nabi ini.
Hanya saja melalui sedikit pendapat
ini. Penulis ingin memberi pandangan kekinian berkaitan dengan perayaan maulid
nabi kali ini, hal ini menurut hemat penulis, ditinjau dari aspek sosial dan
pengingatan sejarah, kegiatan ini sangat positif untuk kemajuan umat islam.
Kemudian dalam dalam kontek judul besar
diatas, penulis melihat bahwa esensi yang ada dalam perayaan maulid nabi
Muhammad S.A.W kali ini. yang sudah merupakan kegiatan rutin umat muslim selama
ini dilaksanakan, diharapkan bisa menjadi referensi dan semangat yang tertanam dalam
kehidupan sikap kita selaku mahkluk sehari-hari. Kalaulah selama ini banyak
orang hanya melihat moment maulid nabi sebagai sejarah saja khususnya pada
bulan maulid/Rabiul awwal ini, mungkin ada baiknya jika keteladanan dan
perilaku beliau dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik
tingkah laku, pola hidup, kehidupan sosial dan lainya . Pasti hal ini menjadi
penting agar peringatan yang sangat bersejarah ini tidak menjadi ritual tahunan
semata yang cukup menghabiskan energi umat islam.
Tetapi setidaknya dapat
diaktualisasikan bahwa maulid nabi dalam kehidupan sehari-hari dapat dipakai
sebagai cerminan pribadi muslim yang harus dituangkan dalam diri setiap
individu. memang tak mudah, oleh karena itu berarti meneladani perilaku nabi
dalam kehidupan sehari-hari terlebih di tengah dahsyatnya arus globalisasi dan
modernisasi yang semakin menggerus akidah umat muslim yang salah satunya
ditandai dengan pesatnya teknologi, cepatnya arus informasi dan komunikasi saat
ini, setidaknya dengan adanya pondasi keimanan yang tertanam kuat dan menjadi
symbol (icon) kita dalam hidup di tengah-tengah arus modernism tersebut.
Kemudian pola aktualisasi ini dilakukan
dengan mengembalikan problem atau melihat sebuah peristiwa yang menimpa kepada
nabi. Sebagai contoh, dalam menghadapi orang yang syirik kita kembalikan kepada
apa yang dilakukan nabi ketika dilempari batu dan kotoran saat beliau hijrah ke
thaif, atau dapat kita petik pelajaran disana adalah bagaimana nabi merespon
perbedaan pandangan dan masalah-masalah lain baik hukum, doktrin, sosial yang
semuanya sudah konkrit, sampai kepada masalah politik yang telah dicontohkan
akhlak dan etikanya oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Dari cerita terebut banyak orang
berkomentar dan mungkin ada pertanyaan yang terbersit. Saya ini kan manusia
biasa, bukan nabi ? wajar memang, karena sebaik-baik manusia adalah kurun
pertama dan selanjutnya. Ini berarti bahwa semakin jauh dari nabi, semakin jauh
pula doktrin islam dijalankan dan tentunya kualitas umat semakin buruk. Tetapi,
minimal kita berusaha untuk meneladani nabi semampu kita. Karena memang apa
yang ada hari ini belum banyak yang tak ada atau tak terjadi pada masa nabi.
Namun hal itu bukan berarti kita
meninggalkan semuanya. Bukankan melakukan sedikit lebih baik daripada tidak
sama sekali? semoga saja dari sedikit uraian diatas, dapat dilihat bahwa
aktualisasi dan representasi kecintaan umatnya kepada nabi Muhammad S.A.W,
setidaknya bukan sebuah formalitas belaka atas dilaksanaknya perayaan ini.
Namun Jauh daripada itu, adalah terhadap pentingnya meneladani dan mengamalkan
ajaran nabi dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu ‘alam bisshowab.
Posting Komentar