Alhamdulillah akhirnya bisa maju setelah berminggu-minggu menunggu giliran untuk mempresentasikan Proposal Penelitian Skripsi yang berjudul Kajian Pembelajaran
Matematika Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Kaitannya dengan
Analisis Ayat Surat Ibrahim. Akan tetapi semakin saya telusuri mengenai ilmu-ilmu matematika yang erat kaitannya dengan al-quran dan tentunya erat kaitannya juga dengan Alam Semesta. Maka ada tulisan singkat hari ini yang bisa saya sampaikan lewat blog kecil ini.
Ada petuah yang sangat berharga
mengenai pentingnya penguasaan bahasa, yaitu “jika ingin mengenal suatu
bangsa, kuasailah bahasanya”. Petuah ini mempunyai arti bahwa jika kita
ingin mengenal, memahami, atau bahkan berdialog dengan suatu bangsa, baik
manusia maupun binatang, maka kuasailah bahasanya. Jika kita ingin berdialog
dengan orang Inggris, maka kuasailah dan gunakanlah bahasa Inggris. Jika kita
ingin berdialog dengan orang Malaysia, maka kuasailah dan gunakanlah bahasa
melayu. Jika kita ingin berdialog, mengerti, atau memahami ayat-ayat Qualiyah,
yaitu al-Qur’an, maka kuasailah bahasa Arab. Lalu, jika kita ingin berdialog,
mengerti, atau memahami ayat-ayat kauniyah, yaitu alam semesta,
jagad raya dan isinya, maka bahasa apa yang harus kita kuasai? Bahasa apa yang
harus kita gunakan untuk memahami? Jawabannya adalah MATEMATIKA.
Cobalah perhatikan tata surya.
Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan, serta planet-planet yang lain.
Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan bumi saat mengelilingi
matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain saat mengelilingi
matahari. Lintasannya berbentuk elip. Berdasarkan fakta ini, tidaklah salah
jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie mengatakan “Mathematics
is the language with wich God created the universe”. Melalui penelitian dan
penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta, ilmuwan pencetus Teori
Big Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti ungkapan Galilio dengan
mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan bahasa itu (Matematika)”.
Jika kita melihat ke dalam Al-Qur’an, maka kita tidak akan terkejut atau
mungkin akan mengatakan bahwa ungkapan Galilio ataupun Hawking adalah basi.
Sekitar 600 tahun sebelumnya, Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa segala sesuatu
diciptakan secara matematis. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Qamar ayat 49 berikut
Artinya:
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Semua yang ada di alam ini ada
ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya.
Ahli matematika atau fisika tidak
membuat suatu rumus sedikitpun. Mereka hanya menemukan rumus atau persamaan.
Albert Einstein tidak membuat rumus e = mc2, dia
hanya menemukan dan menyimbolkannya. Rumus-rumus yang ada sekarang bukan
diciptakan manusia, tetapi sudah disediakan. Manusia hanya menemukan dan
menyimbolkan dalam bahasa matematika. Lihatlah bagaimana Archimedes menemukan
hitungan mengenai volume benda melalui media air. Hukum Archimedes itu sudah
ada sebelumnya, dan dialah yang menemukan pertama kali melalui hasil menelaah
dan membaca ketetapan Allah SWT.
Pada masa-masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan
matematika yang dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru.
Pada hakikatnya, mereka hanya mencari persamaan-persamaan atau rumus-rumus yang
berlaku pada suatu fenomena. Bahkan, wabah seperti demam berdarah, malaria,
tuberkolosis, bahkan flu burung ternyata mempunyai aturan-aturan yang
matematis. Sungguh, segala sesuatu telah diciptakan dengan ukuran, perhitungan,
rumus, atau persamaan tertentu yang sangat rapi dan teliti. Perhatikan
Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 2
Artinya: …. Dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.
Mengamati dan
menemukan keteraturan, kecermatan, kerapian, dan ketelitian aturan atau
hukum-hukum dalam alam semesta, Albert Einstien dengan penuh ketakjuban
mengatakan ”Tuhan tidak sedang bermain dadu”. Tuhan tidak sedang
main-main, tidak sedang melakukan percobaan, tidak bermain peluang dalam
menciptakan alam semesta. Namun, ungkapan Einstien inipun sebenarnya juga basi,
karena sekitar 1200 tahun sebelumnya Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 16 menyatakan
Artinya: Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan
bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Demikian
juga dalam surat Ad-Dukhan ayat 38 disebutkan
Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main.
Salah satu kegiatan matematika adalah kalkulasi atau menghitung, sehingga
tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu hitung atau ilmu
al-hisab. Dalam urusan hitung menghitung ini, Allah SWT adalah ahlinya.
Allah SWT sangat cepat dalam menghitung dan sangat teliti. Kita perhatikan
ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT sangat cepat dalam membuat
perhitungan dan sangat teliti.
Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 39 disebutkan
Artinya: Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 199 disebutkan
Artinya: Sesungguhnya
Allah amat cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 202 disebutkan
Artinya: dan
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 41 disebutkan
Artinya: Dia-lah
Yang Maha cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 62 disebutkan
Artinya: Dan
Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat.
Lalu, siapa yang dapat menghitung dengan cepat kalau bukan ahli matematika?
Siapa yang dapat menentukan aturan-aturan, rumus-rumus, ukuran-ukuran, dan
hukum-hukum jagad raya dengan begitu telitinya kalau bukan ahli matematika?
Lalu, kalau Allah SWT serba maha dalam matematika, mengapa kita tidak mau
mempelajarinya? Bagaimana kita
memahami alam semesta yang menggunakan bahasa matematika kalau kita tidak
menguasai matematika?
Posting Komentar