Potensi jiwa selalu berkaitan dengan tingkah laku psikologi,
tingkah laku tersebut dalam pandangan imam al-Ghazali dan Abraham Maslow selalu
berhubungan dengan motivasi, baik bersifat psikologis maupun fisiologis,
keterkaitan antara motivasi dan tingkah laku ini bagi mereka merupakan sebuah
keniscayaan, karena motivasi yang ada memiliki keterkaitan mutlak dengan
kebutuhan yang melandasi timbulnya tingkah laku. Motivasi tingkah laku selain
didasarkan atas keinginan untuk pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisiologis,
juga yang bersifat psikologis.
Apabila kebutuhan manusia yang berkaitan dengan rasa aman
dan fisiologi telah terpenuhi, maka muncullah motivasi baru untuk memuaskan
kebutuhan akan rasa memiliki, rasa cinta dan kasih sayang, dengan motivasi
tersebut orang akan merasa haus akan tata hubungan yang harmonis dengan
pihak-pihak lain. Sangat dirasakan manakala kawan-kawan, kekasih, isteri serta
anak-anak benar-benar terpisah hubungan dengannya.
Menurut Maslow, orang yang ingin sehat akan selalu
mengharapkan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain, mendambakan
kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah-tengah kelompoknya, dan ia akan
berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan tersebut melebihi dari yang
lain.
Pemikiran Maslow tersebut berdasarkan atas suatu teori
psikososiologi yang berpandangan bahwa terwujudnya kelompok masyarakat sehat
selalu dimotivasi oleh kehausan akan hubungan akrab, rasa saling memiliki, dan
kebutuhan untuk mengatasi perasaan alienasi (pengasingan) yang dalam
istilah Maslow disebut kebutuhan akan cinta dan kebutuhan berteman.
Dengan demikian, manusia tak hanya memerlukan pemenuhan
kebutuhan fisik-material, melainkan juga memiliki keinginan untuk memenuhi
kebutuhan di luar lingkup biologis yang disebut trans-utilitarian
(melampaui kemanfaatan). Hal ini berarti manusia tak hanya ingin mengetahui apa
yang diperlukan untuk hidup, tetapi juga memahami apa yang berkaitan dengan
kehidupan manusia itu sendiri.
Komitmen cinta diukur berdasarkan tingkat perasaan
kelekatan, kepemilikan, dan komitmen pasangan terhadap hubungannya. Keterbukaan
diukur dari perasaan tentang privasi diri dalam hubungan. Ambivalensi diukur
dengan tingkat perasaan bingung atau ketidakpastian mengenai pasangan atau
hubungan yang ada. Ungkapan konflik diukur dari frekuensi terjadinya argumen
dan tingkat keseriusan masalah.
Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
cinta dan tingkah laku individu. Privasi seseorang yang tidak ingin diketahui
orang lain, akan tetapi dengan pasangan, privasi tersebut lebih bisa
diekspresikannya dalam cerita serta tukar pendapat. Hal ini berarti
mengorbankan rahasia pribadi untuk diketahui oleh orang lain, karena orang lain
disini tidak lagi menjadi orang lain, akan tetapi telah menjadi bagian dari
dirinya sendiri.
Cinta mempunyai manifestasi, sedangkan hati manusia adalah
alat cinta yang menunjukan berbagai aspek dan posisi. Dalam arti bahwa seberapa
besar cinta yang terdapat di dalam hati seseorang, maka akan terwujud
manifestasi-manifestasi cinta dalam kehidupan.
Cinta mempunyai kekuatan yang dahsyat dalam melakukan
sesuatu hal yang mungkin di luar kebisaan manusia. Energi dan kekuatan cinta
dapat menyita waktu, pikiran, dan tenaga hanya untuk orang yang dicintai,
kapanpun sang kekasih membutuhkan, sang pecinta akan siap melayaninya, karena
dalam tataran inilah kekuatan cinta menampakan dirinya, dengan energi-energi
kimia yang telah tersusun di dalam tubuh seseorang. Dengan kata lain, bahwa
setiap individu yang masuk dalam dimensi cinta, maka pengorbanan secara
otomatis akan dilakukan, hal tersebut dipengaruhi seberapa besar kadar cinta
yang ada pada individu.
Cinta bukanlah realitas psikologi yang unik, cinta tak
memiliki kekuatan kreatif untuk menyamar sebuah kebencian. Cinta selalu merawat
dominasi dan perbudakan terhadap yang dicintainya. Bagaimanapun juga hal
tersebut bukanlah suatu yang sulit untuk cinta, semuanya akan menjadi lebih
mudah ketika seseorang dapat mencintai.
Tidak setiap orang mempunyai keinginan untuk mencintai dalam
tingkat yang sama. Setiap individu sangat sulit untuk ditebak, baik secara
emosional ataupun secara intelektual. Akan tetapi, semua orang setuju bahwa
cinta merupakan aspek kehidupan manusia yang sangat penting sekali, karena
tanpa cinta kehidupan yang maknawi sulit untuk dijalani.
Rasa murah hati, keinginan untuk memberi dan menyenangkan
orang adalah karakteristik dari cinta, adanya rasa bahagia katika memberi jasa
ataupun hadiah kepada yang dicintai. Kecenderungan untuk bersikap murah hati
serta kesediaan melakukan sesuatu untuk orang yang dicintai merupakan khayalan
yang umum, yaitu dengan memberikan pengorbanan besar demi kepentingan
kekasihnya.
Dalam teori motivasi dinamis mempunyai statment, bahwa
percintaan pada tingkat yang lebih tinggi menyebabkan kebutuhan yang lebih
rendah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang mencintai dengan
perasaan cinta yang semakin mendalam, maka ia tak lagi memikirkan dirinya dan
kebutuhannya. Semua yang ada menjadi sesuatu yang tak berarti lagi tanpa sang
kekasih. Bahkan sesuatu yang tak berarti dalam pandangan orang lain menjadi
sangat berarti bila tertanam sebuah kenangan atau yang berhubungan dengan sang
kekasih.
Cinta adalah ekspresi dari aktifnya afeksi individu. Sebuah
simbol kebebasan yang terbelenggu dalam empirisme yang telah terbentuk, banyak
orang yang melakukan sesuatu semata-mata karena tuntutan dan keterpaksaan,
walaupun hal tersebut adalah pilihan mereka yang seakan-akan bukan tuntutan
serta keterpaksaan.
Motivasi-motivasi yang mereka bangun berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, manusia tak menyadari motivasinya
terbentuk dari sebuah tuntutan keadaan. Sedangkan cinta adalah sebuah kebebasan
yang manusia raih, cinta berdiri sendiri tanpa tuntutan dan paksaan, sehingga
kekuatannya begitu dahsyat. Dalam bentuk yang paling umum, karakter aktif dari
cinta dapat dijelaskan bahwa; cinta adalah persoalan memberi dan bukan menerima.
Memberi adalah ekspresi tertinggi dalam jiwa manusia, karena
di sana manusia merasa bahagia, puas, hidup berkelimpahan dan penuh berkah.
Dengan kata lain, memberi adalah ungkapan adanya sesuatu kebahagiaan dan
kemanusiaan yang hidup dalam jiwa seseorang.
Dalam suatu hubungan cinta kasih, cinta selalu mempunyai
elemen-elemen dasar tertentu, yaitu perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan
pemahaman akan orang yang dicintai. Wallahu a'lam Bisshowab.
Posting Komentar