Saat ini
teknologi IT begitu massive digunakan oleh manusia dari mana saja, Amerika,
Eropa, Australia, Afrika, maupun Asia. Saat ini era gadget, era dimana manusia
memegang smartphone-nya untuk mengakses apa saja, dari kegiatan telephone, sms,
email, browsing sampai kepada sosial media. Namun dari perkembangan IT yg pesat
ini, sosial medialah yang mendominasi. Hampir setiap orang yang membawa
smartphone pasti juga menggunakan sosial media.
Tahun 2016
ini, di Amerika diadakan kegiatan pilpres untuk menggantikan Presiden Barrack
Obama yang telah menjabat dua periode. Kandidat kuat dari partai Demokrat
adalah Hillary Rhodam Clinton maupun Bernie Sanders, sedangkan calon kuat dari
partai Republik adalah pengusaha real estate Donald Trump. Awalnya Trump adalah
pendatang baru yang popularitasnya cukup rendah, sedangkan Clinton mempunyai
popularitas yang sangat bagus. Namun seiring dengan waktu, meski Trump kampanye
yang juga mendiskreditkan kaum immigran, namun kampanyenya konsisten bahwa
Trump akan mengembalikan supremasi kulit putih di Amerika.
Di sisi lain,
melalui adanya teknologi, Presiden Putin yang saling menyanjung dengan Trump
juga menginginkan agar Trump yang menjadi Presiden Amerika menggantikan Barrack
Obama. Tak pelak hacker hacker Russia bekerja membongkar email email Hillary
Rhodam Clinton yang isinya tentang dukungan terhadap kaum terroris termasuk
mempersenjatai atau mendanai konflik di Timor Tengah sehingga Hillary sampai
dijuluki sebagai “Queen of War”.
Penggunaan IT
untuk pertarungan presiden amerika kali ini tidak hanya diwarnai oleh hacker
hacker Russia yang menjebol email Hillary saja, namun dari Silicon Valley juga
mengumumkan bahwa teknologi mesin pencarinya bisa digunakan untuk memprediksi
peluang kandidat, dalam hal ini Clinton yang disebut bakal menang. Sehari
menjelang pilpres, popularitas Clinton yang semakin terpuruk berada di level
47%, hingga hanya mempunyai gap 2% dengan Trump yang popularitasnya telah
mencapai 45% dengan margin of error 3%.
Akhirnya, pada
pilpres 2016 ini Donald Trump-lah yang mampu mengungguli Hillary Rhodam Clinton
dengan kemenangan sangat tipis 48% vs 47% dan selisih suara sekitar 500 ribu
suara saja,
Dengan fakta
ini, maka kita sadar betapa pentingnya Internet baik bagi kampanye jabatan
politik, atau malah digunakan sebagai sarana politik, misal yang dilakukan oleh
hacker Russia terhadap email Clinton, atau malah seperti milis apakabar yang
bisa menjatuhkan rezim orde baru.
Dunia saat ini
cepat berubah karena adanya teknologi digital Internet.
Posting Komentar