Paling tidak lebih kurang 2500 tahun
yang lalu para filsuf mengajukan pertanyaan tentang rahasia alam semesta dan
misteri manusia kemanusiaan, (kerangka pikiran filosofis yang demikian dapat
tertelusuri dalam Ernst Cassirer, melalui karyanya An Essay On Man, diIndonesiakan
menjadi Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Essey Tentang Manusia, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1988). Filsuf Pitagoras bicara tentang bilangan/angka-angka.
Bilangan menurut Pitagoras merupakan sesuatu yang sakral, karena bilangan atau
angka-angka yang akan menyelesaikan atau membuka rahasia-rahasia tentang Alam.
Demokritos dengan pengertian tantang Atom
dan substansi Alam. Salah satu pikiran yang dikemukakan oleh Demokritos
adalah gagasannya mengenai Ruang. Kalau kita memotong buah apel, maka yang kita
potong sebenarnya adalah ruang. Anaximenes dan Anazimander berkutat tentang Evolusi.
Ditandaskan oleh merekabahwa kehidupan itu bermula dari Air. Kemudian
berproses melaluikompleksitas peningkatan makhluk-makhluk.
Setelah manusia membicarakan tentang
bilangan, zat atau substansi dari alamdan masalah proses yang dijalani oleh
Alam, maka dalam sejarah perkembangan tertelusuri muncul pergelutan tentang
misteri manusia kemanusiaan. Terkisahkan 3 orang filsuf, Socrates mulai
bergelut dan bertanya tentang Manusia. Ditandaskan bahwa kehidupan
manusia yang tidak direnungkan merupakan suatu kehidupan yang tidak bermakna
atau sebuah kehidupan yang sia-sia. Oleh karena itu dalam kehidupan manusia,
sangat perlu untuk dipertanyakan pada diri sendiri si manusia itu, antara lain
tentang tujuan hidup si manusia itu, sesungguhnya untuk apa. Tentu menyentuh
pula pertanyaan tentang Identitas dan Eksistensi tentang manusia dan
kemanusiaan.
Kemudian tampil dua filsuf besar
lain,keduanya merupakan murid Socrates, yakni Plato dan Aristoteles.
Dari Plato terwarisiTeori Dua Dunia. Menurutnya dunia ini terbelah
menjadi Dua,yaitu Dunia Ide-ide yang disebut sebagai dunia bentuk-bentuk
sempurna dan abadi. Dunia yang satu lagi adalah Dunia Indrawi yang
selalu berubah-ubah dan tidak sempurna. Dengan demikian menurut Plato, manusia
itu dipahami melalui dua pengertian yaitu Dunia Badan dengan Dunia
Jiwa. Bagi Plato, dunia jiwa itu berasal dari alam lain yang menjadi tujuan
akhir perjalanan hidup manusia. Sedangkan dunia Badan itu, raga, nyata yang
terinderakan.
“Dua Dunia”-nya Plato inidalam
perenungan memunculkan pertanyaan apa bedanya ‘jiwa’ dengan ‘kesadaran’?
Pertanyaan demikian diwariskan oleh Plato dan sang filsuf itu mengganggap bahwa
jawaban seperti ini baru dapat dijawab melalui kemampuan yang disebut kemampuan
matematik. Dengan demikian bagi Plato, ilmu yang membuka segala rahasia
alam dan misteri manusia kemanusiaan, adalah Ilmu Matematik. Dia mengatakan
bahwa jiwa masuk ke dalam badan lalu dengan demikian menjalani kehidupan
sebagai manusia, tetapi jiwa itu tetap membawa berbagai hal dari dunia sana
yaitu pengetahuan.
Namun pengetahuan yang mendalam
(cermat) itu belum tampil, sebelum manusia menjadi pintar dan bijak. Maka itu
proses dimana daya ingat mulai muncul kepermukaan melalui proses pergulatan dan
perenungan (kontemplase). Dengan demikian masalah pengetahuan untuk Plato
adalah masalah daya ingat. Sebab bagi Plato, sebetulnya pengetahuan itu sudah
kita bawa dari dunia lain: maka itu proses ini disebut sebagaiproses “anamese”,
yakni suatu proses di mana melalui daya ingat manusia mencoba mengingat-ingat
kembali hal-hal yang terinderakan, kemudian menemukannya sebagaipengetahuan
baru, namun sesungguhnya tentang halitu (pengetahuan), setiap manusia sudah
membawanya dari dunia sana (dunia jiwa).
Jadi teori Dua Dunia-nya Plato
menyatakan bahwa di dunia nan jauh di sana (dunia jiwa) terdapat ide-ide atau
bentuk abadi, sedangkan di dunia kita (dunia raga/nyata) ini terdapat
benda-benda yang sifatnya semu. Contoh: Kalau kita melihat
patung/lukisan/sebuah bangunan megah, maka bagi Plato itu bukan merupakanyang
sebenarnya. Karenayang sebenarnya itu dalam bentuk ideasempurna dari dunia
lain.Jadi benda-benda yang nampak terlihat itu sebenarnya “mimesa”, sebuah
hasil tiruan saja.
Posting Komentar