Sangat menggelitik pikiran saya
ketika membaca tentang perkembangan literasi di Indonesia, yang menurut data
UNESCO kita termasuk kelompok yang rendah literasinya.
Betapa tidak hanya 0,01 persen penduduk yang menyukai membaca. Kalau kita
aktualisasikan persentase data tersebut, maka ada 1 orang diantara sepuluh ribu
orang yang mempunyai keinginan untuk membaca di negara kita. Begitu
mirisnya hal ini, padahal kita semua sudah mengetahui manfaat membaca itu
sendiri; selain menambah ilmu, membaca dapat jadi media hiburan, dan bahkan
sebagai alternatif pengobatan untuk penyakit pikun.
Kecilnya minat baca di tengah masyarakat sudah bisa
kita amati di dalam kehidupan sehari-hari. Coba lihat, berapa jumlah pengunjung
perpustakaan public yang ada di kota mu, mungkin tak lebih dari 150 hingga 200
orang. Sedangkan jumlah pelajar tingkat menengah saja bisa puluhan ribu yang
mendekati ratusan ribu orang. Hal itu sama saja, kemanfaatan membaca itu tidak
atau belum dirasakan dan disadari oleh kita semuanya.
Kalau sudah seperti itu, bagaimana upaya kita untuk
membangkiitkan semangat membaca di tengah masyarakat kita. Memang perkara yang
tidak mudah untuk dilakukan, mengingat lingkungan yang belum mendukung dan
infrastruktur yang belum lengkap dan mudah terjangkau (accesibility).
Berdasarkan pengalaman saya pribadi berikut akan disampaikan beberapa trik dan
tips untuk menumbuhkan minat baca sekaligus melejitkan literasi (membaca dan
menulis) kepada generasi muda khususnya anak-anak :
1.
Dimulai dari sejak Dini
Budaya membaca di negara maju seperti Australia, Jepang dan
Amerika Serikat sudah seperti mereka makan cemilan, sehingga tidak begitu
mengherankan kalau kita lihat mereka di atas bis membaca buku novel yang tebal.
Lah, kalau di Indonesia akan sangat berbeda, di atas pesawat kita habiskan
waktu hanya tidur atau sekadar mengobrol dengan teman di sebelah.
Sangat disayangkan, waktu banyak terbuang secara percuma. Budaya
membaca ini tidak kita tumbuhkan sejak dini.
Kalau anak sudah diperkenalkan dengan buku ataupun kartu
membaca di usia balita, maka ketika memasuki usia sekolah tidak akan
banyak kesulitan untuk diberikan buku bacaan. Anak akan tertarik untuk membaca
buku, ketika mereka sudah tahu apa yang mereka dapatkan darinya. Bagi anak yang
suka membaca, majalah "Bob*" sangatlah menyenangkan
sehingga mereka akan rela berjam-jam membaca cerpen ataupun cergam yang ada di
majalah tersebut, walaupun habis waktu karenanya. Perlu disadari bahwa membaca
tidak hanya buku pengetahuan saja ya, buku fiiksi yang baik (tidak mengandung
unsur porno, takhayul, dan criminalitas) bisa juga sebagai pembangkit semangat
membaca anak.
Selama ini, kebanyakan orang tua
tidak mau anaknya menghabiskan waktunya membaca buku cerita, "nanti mereka
tidak mau belajar" itu alasan orang tua. Padahal membaca novel, cerpen dan
cergam yang bermanfaat membuka wahana kehidupan yang
lain dari kehidupan nyata mereka. Sehingga anak yang biasa membaca novel bisa
mengerti tentang kehidupan dan lebih dewasa dalam berfikir dibandingkan teman
se-usianya.
2. Siapkan buku sesuai dengan usianya
Pada saat ini jenis buku banyak
pilihan. Yang terpenting, lihatlah kemampuan setiap individu, anak yang
usia lima tahun jelas berbeda dengan kakaknya yang berusia sepuluh tahun.
Pilihan buku yang tepat adalah suatu keharusan. Perasaan traumatic akibat membaca yang tidak cocok dan
membosankan menurut mereka akan berdampak kepada kesukaan dari membaca
itu sendiri. Akhirnya mereka akan menjauhi buku.
Kita akan menjumpai banyak pilihan buku di "Toko Buku
Grame”, yang memberikan orang tua beragam jenis buku terbitan dalam
negeri atau luar negeri yang sudah dialihbahasakan. Buku-buku
tersebut sangat menarik dari sisi gambar dan bahasanya yang ringan.
Sekarang tinggal kita orang tua adakah upaya untuk memberiikan buku tersebut
kepada anak-anak kita.
3. Ajak
Anak-Anak ke Perpustakaan atau Toko Buku
Mengajak anak ke toko buku akan memperlihatkan kepada
mereka bahwa banyak orang yang menyukai membaca. Sehingga kalau
kita memberiikan buku kepada mereka, hal itu sudah lumrah.
Logikanya,membaca bisa dipersepsikan seperti makan nasi dan sayuran. Anak yang
tidak suka makan nasi dan sayuran karena mereka tidak melihat contoh orang yang
beramai-rramai makan sepeti itu. Pergilah ke rumah makan lihat banyak orang
makan dan kalau kita ajak makan disana mereka akan makan dengan lahapnya.
Begitu juga dengan anak yang sering kita ajak ke Perpustaakaan,
suasana hening dan semua wajah tertunduk kepada buku akan membuat mereka
penasaran akan aktivitas tersebut. Memang usia muda lebih banyak bermain, tapi
kalau buku di perpustakaan lebih menarik dan dibaca dengan cara mendongeng maka
Balita akan langsung duduk dengan manisnya di depan kita untuk ikut
mendengarkan buku bacaan, hal itu hanya disediakan secara gratis di
perpustakaan.
4. Beri
contoh
Sebagaimana sudah dijelaskan diatas, untuk menumbuhkan semangat
membaca pada anak harus dimulai dari diri kita. Seandainya ayah dan bunda tidak
suka membaca bagaimana kita akan mengajak buah hati kita membaca buku.
Sering-seringlah membaca buku bersama dengan anak di ruang keuarga. Anak akan
merasa ada support yang sangat kuat dari orang tua mereka. Ayah yang membaca di
rumah pasti akan ditiru oleh si kecil, karena seperti sudah menjadi
tradisi keluarga dan mendarah daging.
Sikap membudayakan membaca di keluarga terutama bagi anak-anak
di bawah tujuh tahun akan sengat melekat di jiwa mereka hingga dewasa. Kalau
anak sudah melihat orang dewasa di rumahnya suka membaca pasti mereka akan
menirunya. Dan sediakan saja buku di rak buku yang mudah dijangkau oleh
anak sehingga mereka akan lambat laun terbiasa membaca.
5. Tanamkan melalui Diskusi
Membicarakan buku di rumah
termasuk prosses pembudayaan membaca di rumah. Ragam diskusi, seperti
mendiskusikan tokoh di dalam cerita yang baru selesai dibaca, membicarakan
novel yang sedang populer, atau bisa juga bermain peran tokoh buku
cerita. Mendiskusikan buku itu tersebut hal curiosity, sehingga nilai positif dari diksusi
tentang buku adalah menumbuhkan rasa penasaran anak akan buku bacaan dan
utamanya ilmu pengetahuan.
Sebenarnya masih banyak lagi yang
bisa kita tambahkan untuk men-stimulasi budaya
membaca di tengah keluarga. Intinya adalah mulailah kebiasaan ini sedini
mungkin, jangan sampai ketika sudah dewasa anak-anak kita tidak senang membaca
atau malah membencinya. Semoga hal itu tidak terjadi bagi generasi Indonesia.
Posting Komentar