Terletak di
seberang timur laut pulau Jawa, pulau Madura dikatakan mulanya hanya terdiri
dari gundukan-gundukan tanah yang kadang tampak hijau dari kejauhan tatkala air
laut surut namun ‘hilang’ dari pandangan bila air laut pasang. Sebab itulah
orang Jawa menyebutnya “Lemah Dhuro” yakni tanah yang tidak sesungguhnya;
kadang terlihat dan kadang raib. Bahkan sampai sekarang pun masih ada orang
Jawa yang memanggil orang Madura itu “Wong Dhuro”.
Sejarah lisan (legenda) masyarakat Madura mengatakan bahwa nenek moyang penduduk Madura berasal dari pulau Jawa, yaitu Raden Segoro, putra seorang raja dari negara Medangkamulan di dekat gunung Semeru dan Bromo. Meski sukar untuk dipastikan historisitasnya, keberadaan tokoh Raden Segoro dan Kyai Poleng begitu kuat dipercaya oleh masyarakat turun-temurun. Maka tak mengherankan kalau sejarah Madura terkait erat dengan sejarah Jawa. Kerajaan-kerajaan Madura sejatinya merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan besar di Jawa, mulai dari Kediri, Singasari, Majapahit dan Mataram. Oleh karena itu, pada zaman pra-Islam, penduduk Madura umumnya beragama Hindu-Buddha, sebagaimana masyarakat jawa pada umumnya.
Namun demikian, sejarawan mengakui sangat kesulitan untuk merekonstruksi masa pengaruh Hindu-Budha di Madura ini karena kelangkaan sumber sejarah. Hanya ada beberapa candi baik di Pamekasan dan Sumenep sebagai bukti bahwa agama Hindu-Budha pernah dianut masyarakat Madura. De Graaf mengakui, untuk merekonstruksi sejarah Jawa, termasuk Madura, terpaksa menggali dari sumber yang keruh. Diperkirakan pengaruh Hindu-Budha yaitu sejak abad ke 9, sejak berkembangnya cerita Raden Segoro, sampai sekitar abad ke 15, yakni setelah mulai berkembangnya masyarakat mengenal Islam lalu memeluknya. Pengaruh kuat Hindu-Budha juga diperkuat dengan adanya catatan bahwa di abad-abad itu secara berturut-turut Madura dibawah pengaruh Kediri (1050-1222), Singosari (1222-1292) dan Majapahit (1294-1572), yang kesemuanya beragama Hindu dan Budha. Sebab itu, istilah “Madura” tidak jarang disebut-sebut dalam tulisan-tulisan orang Hindu sebagaimana dalam Pararaton yang menyebut istilah “Madura Wetan”, Madura bagian timur, yakni Sumenep.
Sampai di sini agama primitif orang Madura bisa dipastikan tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa pra Islam, yaitu Hindu-Budha. Adapun agama selain itu adalah agama baru yang datang kemudian, termasuk Islam dan Kristen. Selanjutnya akan dijabarkan proses Islamisasi Madura
Posting Komentar