Cm2 dan Batu Bengkung - Mengukir cerita dalam
cerita yang tak pernah diceritakan oleh siapa-siapa kecuali kita sang pembuat
cerita kita, yaitu member of CM2. Education of recreation (Pendidikan
Rekreasi/hiburan) selalu menjadi moment pilihan menu utama kita untuk
mengisi suka duka dalam cerita kita. Dan pada akhirnya kita membuat sebuah
event estetik yang penuh kebersamaan
untuk mengakhiri perjalanan kuliah semester V yang penuh dengan logika abstrak
itu.
Waktu empat bulan
bersama analisis real, struktur aljabar, operation riset dan matematika diskrit
tidak selalu berjalan linier dalam kebersamaan menyapa alam semesta, menguras
waktu untuk berteman dengan pantai, gunung, atau hutan. Rasanya hati kita ini
mulai tidak sabar menyapa mereka, karena kenangan B29 yang membekas membuat
naluri berontak untuk kembali bersama dalam satu perjalanan menuju sebuah
kebersamaan.
Pada suatu waktu setelah
perkuliahan berlangsung di C2.05 Rahma Roeslan sang ketua kelas pun berani
berteriak dengan lantang di depan teman-temannya untuk mengadakan sebuah
camping bersama yang harus diikuti oleh semua member of Cm2. Sang ketua kelas
berargument dalam ceritanya bahwa “kita sudah lama kawan tidak bersama-sama
dalam satu event rekreasi, kekeluargaan
yang tidak hanya dalam belajar di kelas juga kita butuhkan sebagai nilai plus
perkuliahan kita, kita semua benar-benar rindu sebuah waktu dimana kita
berteriak bersama menyuarakan kita adalah sahabat, saudara, dan keluarga, tanpa
kita hijrah ke alam bebas, kita akan sulit menemukan itu”.
Waktu itu tepat H-20 sebelum
ujian akhir semeser V. Dengan sigap dan siap para member menyetujui apa yang
direncanakan oleh sang ketua kelas. Didampingi Siti Marah sang asisten yang
mengusulkan sebuah tempat yang begitu unik dan menarik, yaitu pantai BATU BENGKUNG.
Mereka berdua begitu antusias untuk mengadakan camping together, begitu pun
teman yang lain begitu semarak menerima usulan sang ketua dan sang asisten.
Satu minggu kemudian,
persiapan partner dari setiap member of Cm2 ditulis di papan tulis
dengan tinta boardmarker berwarna hitam. Tanpa terkecuali para member of Cm2 berpasang-pasangan,
dengan alternatif ada surat izin pondok bagi yang berdomisili di pondok
pesantren dan yang kedua dipinjamkan motor bagi yang belum ada kendaraan. Tawaran
yang penuh makna sebagai solusi demi sebuah kebersamaan tanpa harus ada yang
tertinggal dalam catatan sejarah cerita kita di Cm2.
Dukungan salah satu
member untuk memberikan pinjaman motor akhirnya menjadikan pasangan itu lengkap
tanpa terkecuali, tulisan di papan putih itu terekam dalam camera salah seorang
member of Cm2 itu untuk
tetap diingat sampai kita pemberangkatan menuju batu bengkung di tanggal 20
Januari 2016 dan untuk menjadi tulisan bersejarah sepanjang masa perjalanan
bersama ruangan C2.05.
Hari demi hari berputar
begitu cepat, ditemani tugas-tugas perkuliahan silih berganti dari satu mata
kuliah ke mata kuliah yang lain. Namun catatan dalam memori untuk bersama dalam
cerita akhir semester V tetap membekas dalam benak kita. Bahwa tugas kuliah ini
akan berahir pada waktunya, sebuah kelimat indah yang kita pegang
“berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian”.
Uas pun sudah tiba,
mulai pukul 12.30 tepatnya di tanggal 18 dan berahir di tanggal 20 tepatnya
pada pukul 14.00 sebuah waktu yang begitu mengunci hati untuk konsentrasi dalam
jawaban-jawaban kertas ujian. Tugas-tugas berat satu persatu mulai meninggalkan
kita, mulai dari Dobing Matdis, PKM, RPP, Simulasi, Flash, Kuis, dan tugas-tugas yang lain. Pada jam 15.00 hari
rabu 20 Januari 2016 kita pun berteriak bahwa tugas resmi hidup di semester V
tuntas. Dan saatnya kita bersiap-siap menuju tempat dimana kita akan tidur
bersama dalam selimut angin dan bantal ombak. Di sebuah pantai impian kita Batu
Bengkung.
Rintik-rintik hujan
membasahi bumi UNISMA menjadikan kita sedikit ragu, masihkah kita berangkat dalam
satu kebersamaan menuju pantai Batu Bengkung ataukah gagal dalam perceraian
menuju pertapaan kos masing-masing. Dengan nada optimis dari masing-masing kita
member of CM2 bahwa tak ada kata hujan, tak ada kata angin, tak ada
kata tidak bisa untuk berangkat. Hari ini sebuah waktu yang sangat berharga dan
bermakna. Kita harus manfaatkan waktu semaksimal mungkin. Karena dengan hujan
perjalanan kita akan berarti, karena dengan angin perjalanan kita akan
bermakna, dan dengan kebersamaan perjalanan kita akan terukir indah dalam
cerita kita.
Akhirnya group WA
Mathematic C pun ramai saling panggil satu sama lain untuk segera berkumpul
menuju kos sang ketua suku Rahma Roeslan. Ada salah satu member yaitu Nur
Habibah yang sepeda motornya mogok di parkiran kampus disebabkan mesinnya
terinfeksi air hujan. Disisi lain ada kendala salah satu member yang lain Banana
yang gagal ikut dikarenakan ada problem terkait kepengurusan pondoknya. Namun
semua itu tidak menjadikan kita menyerah tanpa tindakan apa-apa. Kurangnya
keanggotaan dalam perjalanan ini tidak bisa dijadikan alasan untuk gagal dan
menyerah pada keadaan. Kita pasti bisa dan bisa.
Berselang waktu 30
menit, segala persiapan sudah terealisasi dalam satu perkumpulan di samping kos
Bu ketua. Pukul 16.30 tepat 40 menit menuju waktu adzan maghrib dengan berpasang-pasangan
di sembilan sepeda motor yang sama-sama romantis antarmember of CM2
kita pun dengan berucap basmalah berangkat menuju BATU BENGKUNG. 35 menit
kemudian kita tiba di sebuah masjid yang begitu indah dan megah, dengan menara
yang terukir merdu oleh suara adzan menjadikan hati kita terketuk untuk sejenak
menghadap sang Ilahi. Sebuah masjid dengan sebutan Masjid Al-ihsan menjadi
saksi tempat shalat maghrib secara berjamaah.
Tak lama kemudian, kita
harus putuskan kesepakatan untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain. Ada
pemandu utama di posisi paling depan dan ada penjaga utama di posisi paling
belakang. Sikap solidaritas menjadi kunci utama keselamatan bersama, perjalanan
masih sangat panjang, butuh stamina dan energi yang benar-benar kuat, baik
fisik jasmani atau fisik sepeda motor. Berselang kurang lebih 10 menit kemudian
kita pun ditambah satu pasangan member baru yang telah menunggu di gondang
legi. Lengkap 10 sepeda motor kita meramaikan bumi arema menuju pantai indah
batu bengkung.
Perjalanan adalah
proses, dan setiap proses tidak lepas dari sebuah rintangan dan tantangan,
sebuah cobaan dan ujian, dan sebuah pelajaran dan hikmah. Kalimat sentuhan ini
kita alami sendiri dalam perjalanan ini. Di sebuah tempat sepi, setelah
melewati sebuah bukit tanpa cahaya, begitu gelap dan hening, salah satu sepeda
motor kita harus mogok karena ban-nya bocor. Dan untungnya dari sepuluh motor
yang berangkat pada saat itu ada satu sepeda motor yang jomblo tidak
berpasangan. Sehingga sangat tepat seorang pejuang seperti Mas Irul untuk
membantu menjadi seorang yang jomblo bersama motor yang mengalami kesakitan.
Sampai perjalanan dalam
jarak kurang lebih lima kilometer akhirnya kita bertemu dengan seorang bapak
yang sangat baik dan santun untuk membantu kita mengantarkan menuju bengkel
tembel ban. Karena kebetulan salah satu motor yang lain harus juga diobati
dengan tambahan angin maka di tempat ini juga dua sepeda motor dirawat cepat
darurat.
Waktu sudah semakin
malam, jalanan sudah sangat sepi. Hanya terdengar bising suara motor kita.
Jalan penuh liku hanyalah dibantu dengan cahaya lampu sepeda motor yang
kelihatan sudah sangat lelah dan kecapean. Tak lama kemudian jalan aspal hitam
pekat dengan marka yang masih terang menjadikan hati kita ini sedikit terbuka
dalam hidayah Allah. Bahwa pada akhirnya kita optimis pada pepatah
“bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Kita pun tiba pada
tulisan BATU BENGKUNG dengan warna natural dari batu, tepat sebelah kiri jalan
dari arah kita datang. Pikiran positif pada sebuah kenyataan akan kebersamaan
sudah sangat dekat. Sebuah sepak terjang perjuangan akan berahir dengan ucapan
syukur Alhamdulillah kepada sang ilahi rabbi Allah robbul ‘izzati. Pada
akhirnya kita tiba di bumi perkemahan.
Dengan wajah madesu,
wajah pucat, wajah ngantuk, tak menjadikan kita bersandar diri pada bantal
kemalasan. Kita pun mengisi perut dalam satu lingkaran kecil yang menjadi titik
awal di tempat ini untuk bersama dalam satu gazebo beratapkan daun siwalan
ditemani lampu pijar putih. Makan seru-seruan tanpa ada sisa ruang kosong di
kantung perut. Nasi putih dan lauk sederhana, dan sop tradisional, memberikan
sumbangsih besar untuk membangun semangat kita berkemah.
Senang ataupun sedih
tuhan selalu bersama kita, maka saatnya kita sejenak bermuwajjahah bersama
dalam satu barisan shalat isya. Kitapun mentafakkuri dan mensyukuri nikmat
Allah yang begitu agung dan indah. Alam ini adalah sahabat kita, tak ada kata
kecewa dan mengecawakan selama kita dalam lingkaran syukur kepada Allah SWT
robbul ‘alamin.
Hilir angin pantai mulai
terasa, benturan ombak dengan batu terdengar indah dan sedikit menakutkan. Saatnya
kita bangun ruang kegelapan sebagai tempat kita tidur bersama. Dengan kompak
dan serempak, dua tenda dalam ukuran berbeda selesai dalam waktu yang tidak
lama. Mata ini mulai berat untuk berkedip, badan mulai mengajak pikiran untuk
berbaring dalam tenda kebersamaan. Sebuah tenda persaksian dari musim ke musim
selama dua dekade perjalanan member of CM2.
Setelah dua tenda
berdiri tegap dan gagap, saatnya kita hangatkan raga dengan bunga api disebelah
tenda. Sambil kita berbagi canda dan tawa ditemani camilan Happytos kita pun tertawa
berbahak-bahak... haha ahaha akhirnya kita bisa camping teman-teman..... good
bye semester V...
Api itu mulai redup,
sinar merahnya mulai tidak kelihatan lagi hanyalah arang hitam yang membekas.
Pertanda hati kita mulai beristirahat dalam selimut angin berbantal ombak dan
bermusik bunyi air dan batu. Satu persatu gugur dalam lautan mimpi, deburan
bintang di langit melihat kita yang tidur dalam kebersamaan. Satu bintang
menyapa kita “hey kalian para saudara sejati CM2 bukan tempat yang
menjadikan kalian senang, bukan waktu yang membuat kalian berkesan, tapi sebuah
kebersamaan yang kalian rasakan”. Begitulah kata salah satu bintang di langit.
Perputaran detik ke
menit, dan menit ke jam mengantarkan kita pada jam 05.00 pagi untuk bangun
menjalankan kewajiban shalat subuh. Satu persatu bergantian mengisi presensi
kewajiban subuh kepada sang pencipta Allah yang maha sempurna. Dimana ada
kehidupan disitu kita diciptakan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah yang
menciptakan alam semesta beserta isinya.
Tak kuasa menahan sabar
untuk bertemu fajar pagi di ufuk timur, kita pun harus melewati tebing yang
licin dan penuh rabut. Seakan perjalanan ini benar-benar ada dalam my trip my
advanture. Ada sedikit pertentangan disini yang tidak menjadikan kita dalam
kebersamaan, ketika ada sebagian yang lain berangkat lebih awal dan sebagian
yang lain berangkat lebih belakang. Kebersamaan mulai tak terlihat dan mulai
mati ditelan ombak kebahagian masing-masing individu. Sehingga pada akhirnya
pantai batu bengkung yang begitu indah dengan ombak putih dan batu karang
cokelat tidak dinikmati secara bersama.
Proses itu tidak
selamanya berjalan dengan linier, harapan untuk kebersamaan di tempat ini
seakan sia-sia ketika ada satu kelompok di tempat satu, ada kelompok yang lain
di tempat berbeda. Sama sekali di tempat ini sangat menyedihkan, kita tidak
bisa memasang tongsis dalam tancapan pasir untuk mengambil foto dalam satu
keluarga CM2, mereka semua senang dengan kelompoknya masing-masing.
Hati ini benar-benar kecewa menangis. Dipasir itulah penulis juga mewariskan
tulisan “mengapa harus pecah di tempat ini”. Kebersamaan yang kita bangun
diawal seakan roboh layaknya batu bengkung yang masih tersisa di pinggiran
pantai.
Mereka semua berteriak
di masing-masing tongsis dan kameranya. Mereka bermain sendiri dengan
kebahagian kelompoknya. Seakan kebersamaan benar-benar gelas pecah menjadi
empat bagian. Ya tuhan hati ini tidak sabar untuk menyatukan mereka, tapi semua
dari mereka sudah terkutuk oleh keindahan alam yang menggoda perasaan. Tak
ingat lagi pada sebuah kebersamaan, sama sekali di foto kita tidak persatuan
yang disaksikan keindahan batu bengkung. Pengalaman ini semoga tidak mendarah
daging pada perjalanan kita selanjutnya. Hanyalah ikhtiar dan doa yang menjadi
penopang utama kita.
Penulis harus akhiri
kisah menyedihkan ini, kisah yang tak perlu dijadikan moral hidup sebuah
kebersamaan. Tak lama kemudian, masing-masing kelompok harus pamitan dengan
pantai indah itu, dengan meninggalkan tangisan kekecewaan pada sebuah
kebersamaan yang tak sempurna. Haruskah kita menyesal kawan, penulis mengira
itu hanyalah tantangan terberat kita, kita tidak boleh pergi dengan sendirinya
atau kelompoknya. Satu langkah bahkan dua langkah kita berjalan, kita harus
bersama. Apalagi sampai sepuluh langkah bahkan lima belas langkah.
Setelah tenda itu
tersentuh sinar hangat matahari, pertanda kita harus pamitan dengan semua
rekan-rekan yang mendukung kabahagian kita selama kita kemah. Mulai dari tempat
kita tidur, tempat kita makan, dan tempat kita mandi dan shalat. Hati kita pun
dengan tangisan sederhana masih berharap ada satu foto dalam satu pelukan
kebersamaan. Harapan itu terwujud di deket tenda kecerian. Di deket pantai
sederhana yang menemani kita tidur, kita take picture together. Sebuah senyum bahagia
dari kita semua. Pada akhirnya kita menggenggam bersama tulisan C Class
MatheMatic. Sebuah kebersamaan yang mengakhiri cerita perjalanan kita.
Pantai batu bengkung
telah menjadikan kita pecah dan bersatu. Menjadikan belajar akan sebuah
kebersamaan dan perpecahan. Mengajarkan sebuah emosi dan amarah, untuk kemudian
menjadi penyabar dan penerima. Di tempat ini kita mengukir tangisan dan
kebahagian untuk kemudian kita satukan dalam tekad semangat menuju semeseter
VI.
Dimana ada berangkat
disitu kita ada pulang, saatnya kita berteriak gembira menyuarakan bye bye batu
bengkung.... sampai ketemu di kemudian hari, kita sukses................ dengan
wajah dalam kecerian kita sejenak duduk manis bersama di depan nama BATU
BENGKUNG untuk mengukir cerita indah dalam camera. Jalan terjang menuju tempat
kita pulang masih halus, dihiasi pemandangan pantai disepanjang jalan pulang
kita tertawa bahagia tanpa terlihat sedikit pun masalah dalam diri kita. Kita
benar-benar berhati kosong dari sebuah rasa kegelisahan.
Perjalanan pulang itu
sejenak mampir di rumah salah satu member of CM2 saudari Risma untuk
silatur rahmi bersama keluarga dan mengharap rejeki tuhan yang gratis. Dan
akhirnya dengan sapaan senyum dari keluarga yang menerima kita, kita langsung
dihidangkan berbagai makanan dan minuman. Bersama-sama kita nikmati dengan
lahap penuh kebahgian. Kita pun kenyang dan bersiap-siap untuk kembali ke
tempat kita berangkat semula. Good bye semuanya sampai ketemu di event
berikutnya...
Perjalanan history yang
menjadi rekor terbanyak sepanjang perjalanan CM2. Semoga tidak
menjadi akhir dari sebuah catatan kita, dalam sebuah buku rangkuman jejak CM2.
Perjalanan ini tak terlupakan begitu saja, dalam foto yang terpangpang lebar
disitulah nama kita tersimpan. Semoga bermanfaat dan bermakna dalam kehidupan
kita selanjutnya. Amin....
Posting Komentar