Cm^2 dan Batu Bengkung

Sabtu, 30 Januari 20160 komentar

http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/01/cm2-dan-batu-bengkung.html


Cm2 dan Batu BengkungMengukir cerita dalam cerita yang tak pernah diceritakan oleh siapa-siapa kecuali kita sang pembuat cerita kita, yaitu member of CM2. Education of recreation (Pendidikan Rekreasi/hiburan) selalu menjadi moment pilihan menu utama kita untuk mengisi suka duka dalam cerita kita. Dan pada akhirnya kita membuat sebuah event  estetik yang penuh kebersamaan untuk mengakhiri perjalanan kuliah semester V yang penuh dengan logika abstrak itu.

Waktu empat bulan bersama analisis real, struktur aljabar, operation riset dan matematika diskrit tidak selalu berjalan linier dalam kebersamaan menyapa alam semesta, menguras waktu untuk berteman dengan pantai, gunung, atau hutan. Rasanya hati kita ini mulai tidak sabar menyapa mereka, karena kenangan B29 yang membekas membuat naluri berontak untuk kembali bersama dalam satu perjalanan menuju sebuah kebersamaan.

Pada suatu waktu setelah perkuliahan berlangsung di C2.05 Rahma Roeslan sang ketua kelas pun berani berteriak dengan lantang di depan teman-temannya untuk mengadakan sebuah camping bersama yang harus diikuti oleh semua member of Cm2. Sang ketua kelas berargument dalam ceritanya bahwa “kita sudah lama kawan tidak bersama-sama dalam satu event  rekreasi, kekeluargaan yang tidak hanya dalam belajar di kelas juga kita butuhkan sebagai nilai plus perkuliahan kita, kita semua benar-benar rindu sebuah waktu dimana kita berteriak bersama menyuarakan kita adalah sahabat, saudara, dan keluarga, tanpa kita hijrah ke alam bebas, kita akan sulit menemukan itu”.

Waktu itu tepat H-20 sebelum ujian akhir semeser V. Dengan sigap dan siap para member menyetujui apa yang direncanakan oleh sang ketua kelas. Didampingi Siti Marah sang asisten yang mengusulkan sebuah tempat yang begitu unik dan menarik, yaitu pantai BATU BENGKUNG. Mereka berdua begitu antusias untuk mengadakan camping together, begitu pun teman yang lain begitu semarak menerima usulan sang ketua dan sang asisten.

Satu minggu kemudian, persiapan partner dari setiap member of Cm2 ditulis di papan tulis dengan tinta boardmarker berwarna hitam. Tanpa terkecuali para member of Cm2 berpasang-pasangan, dengan alternatif ada surat izin pondok bagi yang berdomisili di pondok pesantren dan yang kedua dipinjamkan motor bagi yang belum ada kendaraan. Tawaran yang penuh makna sebagai solusi demi sebuah kebersamaan tanpa harus ada yang tertinggal dalam catatan sejarah cerita kita di Cm2.

Dukungan salah satu member untuk memberikan pinjaman motor akhirnya menjadikan pasangan itu lengkap tanpa terkecuali, tulisan di papan putih itu terekam dalam camera salah seorang member of Cm2 itu untuk tetap diingat sampai kita pemberangkatan menuju batu bengkung di tanggal 20 Januari 2016 dan untuk menjadi tulisan bersejarah sepanjang masa perjalanan bersama ruangan C2.05.

Hari demi hari berputar begitu cepat, ditemani tugas-tugas perkuliahan silih berganti dari satu mata kuliah ke mata kuliah yang lain. Namun catatan dalam memori untuk bersama dalam cerita akhir semester V tetap membekas dalam benak kita. Bahwa tugas kuliah ini akan berahir pada waktunya, sebuah kelimat indah yang kita pegang “berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian”.

Uas pun sudah tiba, mulai pukul 12.30 tepatnya di tanggal 18 dan berahir di tanggal 20 tepatnya pada pukul 14.00 sebuah waktu yang begitu mengunci hati untuk konsentrasi dalam jawaban-jawaban kertas ujian. Tugas-tugas berat satu persatu mulai meninggalkan kita, mulai dari Dobing Matdis, PKM, RPP, Simulasi, Flash, Kuis, dan  tugas-tugas yang lain. Pada jam 15.00 hari rabu 20 Januari 2016 kita pun berteriak bahwa tugas resmi hidup di semester V tuntas. Dan saatnya kita bersiap-siap menuju tempat dimana kita akan tidur bersama dalam selimut angin dan bantal ombak. Di sebuah pantai impian kita Batu Bengkung.

Rintik-rintik hujan membasahi bumi UNISMA menjadikan kita sedikit ragu, masihkah kita berangkat dalam satu kebersamaan menuju pantai Batu Bengkung ataukah gagal dalam perceraian menuju pertapaan kos masing-masing. Dengan nada optimis dari masing-masing kita member of CM2 bahwa tak ada kata hujan, tak ada kata angin, tak ada kata tidak bisa untuk berangkat. Hari ini sebuah waktu yang sangat berharga dan bermakna. Kita harus manfaatkan waktu semaksimal mungkin. Karena dengan hujan perjalanan kita akan berarti, karena dengan angin perjalanan kita akan bermakna, dan dengan kebersamaan perjalanan kita akan terukir indah dalam cerita kita.

Akhirnya group WA Mathematic C pun ramai saling panggil satu sama lain untuk segera berkumpul menuju kos sang ketua suku Rahma Roeslan. Ada salah satu member yaitu Nur Habibah yang sepeda motornya mogok di parkiran kampus disebabkan mesinnya terinfeksi air hujan. Disisi lain ada kendala salah satu member yang lain Banana yang gagal ikut dikarenakan ada problem terkait kepengurusan pondoknya. Namun semua itu tidak menjadikan kita menyerah tanpa tindakan apa-apa. Kurangnya keanggotaan dalam perjalanan ini tidak bisa dijadikan alasan untuk gagal dan menyerah pada keadaan. Kita pasti bisa dan bisa.

Berselang waktu 30 menit, segala persiapan sudah terealisasi dalam satu perkumpulan di samping kos Bu ketua. Pukul 16.30 tepat 40 menit menuju waktu adzan maghrib dengan berpasang-pasangan di sembilan sepeda motor yang sama-sama romantis antarmember of CM2 kita pun dengan berucap basmalah berangkat menuju BATU BENGKUNG. 35 menit kemudian kita tiba di sebuah masjid yang begitu indah dan megah, dengan menara yang terukir merdu oleh suara adzan menjadikan hati kita terketuk untuk sejenak menghadap sang Ilahi. Sebuah masjid dengan sebutan Masjid Al-ihsan menjadi saksi tempat shalat maghrib secara berjamaah.

Tak lama kemudian, kita harus putuskan kesepakatan untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain. Ada pemandu utama di posisi paling depan dan ada penjaga utama di posisi paling belakang. Sikap solidaritas menjadi kunci utama keselamatan bersama, perjalanan masih sangat panjang, butuh stamina dan energi yang benar-benar kuat, baik fisik jasmani atau fisik sepeda motor. Berselang kurang lebih 10 menit kemudian kita pun ditambah satu pasangan member baru yang telah menunggu di gondang legi. Lengkap 10 sepeda motor kita meramaikan bumi arema menuju pantai indah batu bengkung.

Perjalanan adalah proses, dan setiap proses tidak lepas dari sebuah rintangan dan tantangan, sebuah cobaan dan ujian, dan sebuah pelajaran dan hikmah. Kalimat sentuhan ini kita alami sendiri dalam perjalanan ini. Di sebuah tempat sepi, setelah melewati sebuah bukit tanpa cahaya, begitu gelap dan hening, salah satu sepeda motor kita harus mogok karena ban-nya bocor. Dan untungnya dari sepuluh motor yang berangkat pada saat itu ada satu sepeda motor yang jomblo tidak berpasangan. Sehingga sangat tepat seorang pejuang seperti Mas Irul untuk membantu menjadi seorang yang jomblo bersama motor yang mengalami kesakitan.

Sampai perjalanan dalam jarak kurang lebih lima kilometer akhirnya kita bertemu dengan seorang bapak yang sangat baik dan santun untuk membantu kita mengantarkan menuju bengkel tembel ban. Karena kebetulan salah satu motor yang lain harus juga diobati dengan tambahan angin maka di tempat ini juga dua sepeda motor dirawat cepat darurat.

Waktu sudah semakin malam, jalanan sudah sangat sepi. Hanya terdengar bising suara motor kita. Jalan penuh liku hanyalah dibantu dengan cahaya lampu sepeda motor yang kelihatan sudah sangat lelah dan kecapean. Tak lama kemudian jalan aspal hitam pekat dengan marka yang masih terang menjadikan hati kita ini sedikit terbuka dalam hidayah Allah. Bahwa pada akhirnya kita optimis pada pepatah “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.

Kita pun tiba pada tulisan BATU BENGKUNG dengan warna natural dari batu, tepat sebelah kiri jalan dari arah kita datang. Pikiran positif pada sebuah kenyataan akan kebersamaan sudah sangat dekat. Sebuah sepak terjang perjuangan akan berahir dengan ucapan syukur Alhamdulillah kepada sang ilahi rabbi Allah robbul ‘izzati. Pada akhirnya kita tiba di bumi perkemahan.

Dengan wajah madesu, wajah pucat, wajah ngantuk, tak menjadikan kita bersandar diri pada bantal kemalasan. Kita pun mengisi perut dalam satu lingkaran kecil yang menjadi titik awal di tempat ini untuk bersama dalam satu gazebo beratapkan daun siwalan ditemani lampu pijar putih. Makan seru-seruan tanpa ada sisa ruang kosong di kantung perut. Nasi putih dan lauk sederhana, dan sop tradisional, memberikan sumbangsih besar untuk membangun semangat kita berkemah.

Senang ataupun sedih tuhan selalu bersama kita, maka saatnya kita sejenak bermuwajjahah bersama dalam satu barisan shalat isya. Kitapun mentafakkuri dan mensyukuri nikmat Allah yang begitu agung dan indah. Alam ini adalah sahabat kita, tak ada kata kecewa dan mengecawakan selama kita dalam lingkaran syukur kepada Allah SWT robbul ‘alamin.

Hilir angin pantai mulai terasa, benturan ombak dengan batu terdengar indah dan sedikit menakutkan. Saatnya kita bangun ruang kegelapan sebagai tempat kita tidur bersama. Dengan kompak dan serempak, dua tenda dalam ukuran berbeda selesai dalam waktu yang tidak lama. Mata ini mulai berat untuk berkedip, badan mulai mengajak pikiran untuk berbaring dalam tenda kebersamaan. Sebuah tenda persaksian dari musim ke musim selama dua dekade perjalanan member of CM2.

Setelah dua tenda berdiri tegap dan gagap, saatnya kita hangatkan raga dengan bunga api disebelah tenda. Sambil kita berbagi canda dan tawa ditemani camilan Happytos kita pun tertawa berbahak-bahak... haha ahaha akhirnya kita bisa camping teman-teman..... good bye semester V...

Api itu mulai redup, sinar merahnya mulai tidak kelihatan lagi hanyalah arang hitam yang membekas. Pertanda hati kita mulai beristirahat dalam selimut angin berbantal ombak dan bermusik bunyi air dan batu. Satu persatu gugur dalam lautan mimpi, deburan bintang di langit melihat kita yang tidur dalam kebersamaan. Satu bintang menyapa kita “hey kalian para saudara sejati CM2 bukan tempat yang menjadikan kalian senang, bukan waktu yang membuat kalian berkesan, tapi sebuah kebersamaan yang kalian rasakan”. Begitulah kata salah satu bintang di langit.

Perputaran detik ke menit, dan menit ke jam mengantarkan kita pada jam 05.00 pagi untuk bangun menjalankan kewajiban shalat subuh. Satu persatu bergantian mengisi presensi kewajiban subuh kepada sang pencipta Allah yang maha sempurna. Dimana ada kehidupan disitu kita diciptakan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

Tak kuasa menahan sabar untuk bertemu fajar pagi di ufuk timur, kita pun harus melewati tebing yang licin dan penuh rabut. Seakan perjalanan ini benar-benar ada dalam my trip my advanture. Ada sedikit pertentangan disini yang tidak menjadikan kita dalam kebersamaan, ketika ada sebagian yang lain berangkat lebih awal dan sebagian yang lain berangkat lebih belakang. Kebersamaan mulai tak terlihat dan mulai mati ditelan ombak kebahagian masing-masing individu. Sehingga pada akhirnya pantai batu bengkung yang begitu indah dengan ombak putih dan batu karang cokelat tidak dinikmati secara bersama.

Proses itu tidak selamanya berjalan dengan linier, harapan untuk kebersamaan di tempat ini seakan sia-sia ketika ada satu kelompok di tempat satu, ada kelompok yang lain di tempat berbeda. Sama sekali di tempat ini sangat menyedihkan, kita tidak bisa memasang tongsis dalam tancapan pasir untuk mengambil foto dalam satu keluarga CM2, mereka semua senang dengan kelompoknya masing-masing. Hati ini benar-benar kecewa menangis. Dipasir itulah penulis juga mewariskan tulisan “mengapa harus pecah di tempat ini”. Kebersamaan yang kita bangun diawal seakan roboh layaknya batu bengkung yang masih tersisa di pinggiran pantai.

Mereka semua berteriak di masing-masing tongsis dan kameranya. Mereka bermain sendiri dengan kebahagian kelompoknya. Seakan kebersamaan benar-benar gelas pecah menjadi empat bagian. Ya tuhan hati ini tidak sabar untuk menyatukan mereka, tapi semua dari mereka sudah terkutuk oleh keindahan alam yang menggoda perasaan. Tak ingat lagi pada sebuah kebersamaan, sama sekali di foto kita tidak persatuan yang disaksikan keindahan batu bengkung. Pengalaman ini semoga tidak mendarah daging pada perjalanan kita selanjutnya. Hanyalah ikhtiar dan doa yang menjadi penopang utama kita.

Penulis harus akhiri kisah menyedihkan ini, kisah yang tak perlu dijadikan moral hidup sebuah kebersamaan. Tak lama kemudian, masing-masing kelompok harus pamitan dengan pantai indah itu, dengan meninggalkan tangisan kekecewaan pada sebuah kebersamaan yang tak sempurna. Haruskah kita menyesal kawan, penulis mengira itu hanyalah tantangan terberat kita, kita tidak boleh pergi dengan sendirinya atau kelompoknya. Satu langkah bahkan dua langkah kita berjalan, kita harus bersama. Apalagi sampai sepuluh langkah bahkan lima belas langkah.

Setelah tenda itu tersentuh sinar hangat matahari, pertanda kita harus pamitan dengan semua rekan-rekan yang mendukung kabahagian kita selama kita kemah. Mulai dari tempat kita tidur, tempat kita makan, dan tempat kita mandi dan shalat. Hati kita pun dengan tangisan sederhana masih berharap ada satu foto dalam satu pelukan kebersamaan. Harapan itu terwujud di deket tenda kecerian. Di deket pantai sederhana yang menemani kita tidur, kita take picture together. Sebuah senyum bahagia dari kita semua. Pada akhirnya kita menggenggam bersama tulisan C Class MatheMatic. Sebuah kebersamaan yang mengakhiri cerita perjalanan kita.

Pantai batu bengkung telah menjadikan kita pecah dan bersatu. Menjadikan belajar akan sebuah kebersamaan dan perpecahan. Mengajarkan sebuah emosi dan amarah, untuk kemudian menjadi penyabar dan penerima. Di tempat ini kita mengukir tangisan dan kebahagian untuk kemudian kita satukan dalam tekad semangat menuju semeseter VI.

Dimana ada berangkat disitu kita ada pulang, saatnya kita berteriak gembira menyuarakan bye bye batu bengkung.... sampai ketemu di kemudian hari, kita sukses................ dengan wajah dalam kecerian kita sejenak duduk manis bersama di depan nama BATU BENGKUNG untuk mengukir cerita indah dalam camera. Jalan terjang menuju tempat kita pulang masih halus, dihiasi pemandangan pantai disepanjang jalan pulang kita tertawa bahagia tanpa terlihat sedikit pun masalah dalam diri kita. Kita benar-benar berhati kosong dari sebuah rasa kegelisahan.

Perjalanan pulang itu sejenak mampir di rumah salah satu member of CM2 saudari Risma untuk silatur rahmi bersama keluarga dan mengharap rejeki tuhan yang gratis. Dan akhirnya dengan sapaan senyum dari keluarga yang menerima kita, kita langsung dihidangkan berbagai makanan dan minuman. Bersama-sama kita nikmati dengan lahap penuh kebahgian. Kita pun kenyang dan bersiap-siap untuk kembali ke tempat kita berangkat semula. Good bye semuanya sampai ketemu di event berikutnya...

Perjalanan history yang menjadi rekor terbanyak sepanjang perjalanan CM2. Semoga tidak menjadi akhir dari sebuah catatan kita, dalam sebuah buku rangkuman jejak CM2. Perjalanan ini tak terlupakan begitu saja, dalam foto yang terpangpang lebar disitulah nama kita tersimpan. Semoga bermanfaat dan bermakna dalam kehidupan kita selanjutnya. Amin....




Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger